Arti Angka Capjikia 1 Sampai 6: Makna dan Filosofi di Balik Permainan Tradisional

Liputan6.com, Jakarta Capjikia merupakan salah satu permainan tradisional yang memiliki makna filosofis mendalam di balik angka-angkanya. Meski kini jarang dimainkan, nilai-nilai budaya yang terkandung di dalamnya masih relevan untuk dipelajari. Mari kita telusuri lebih jauh arti dan filosofi di balik angka capjikia 1 sampai 6.

Capjikia berasal dari bahasa Hokkian yang berarti "dua belas tangkai". Permainan ini dibawa oleh para pedagang Tionghoa ke Nusantara pada abad ke-17. Awalnya populer di kalangan masyarakat Tionghoa di Batavia (Jakarta), namun kemudian menyebar ke berbagai daerah di Indonesia.

Pada masa kolonial Belanda, permainan capjikia sempat dilarang karena dianggap sebagai bentuk perjudian. Namun seiring waktu, capjikia berkembang menjadi permainan tradisional yang sarat makna filosofis. Angka-angka dalam capjikia tidak sekadar simbol, tapi mengandung pesan moral dan pandangan hidup.

Meski kini jarang dimainkan, nilai-nilai luhur dalam capjikia masih relevan untuk dipelajari sebagai bagian dari kearifan lokal. Memahami filosofi capjikia dapat memberi wawasan tentang cara pandang leluhur terhadap kehidupan.

Angka 1 dalam capjikia melambangkan "Ratu" yang memiliki beberapa makna mendalam:

• Segalanya - Angka 1 dianggap sebagai awal dari segala sesuatu, melambangkan kesatuan dan totalitas.
• Terang/Padhang - Melambangkan pencerahan, kebijaksanaan, dan kebenaran.
• Hilang/Ilang - Mengingatkan bahwa segala sesuatu bersifat sementara dan akan hilang.
• Lugu/Polos - Melambangkan kesederhanaan, ketulusan, dan kejujuran.

Filosofi di balik angka 1 mengajarkan pentingnya menjadi pribadi yang bijaksana, jujur, dan sederhana. Kita diingatkan untuk tidak terlalu terikat pada hal-hal duniawi yang bersifat sementara.

Dalam kehidupan sehari-hari, makna angka 1 dapat diterapkan dengan:

• Mengutamakan kejujuran dan ketulusan dalam berinteraksi
• Hidup sederhana dan tidak berlebihan
• Terus menuntut ilmu untuk mendapat pencerahan
• Menyadari bahwa segala sesuatu bersifat sementara

Angka 2 dalam capjikia disebut "Dhimpil" yang memiliki beberapa makna:

• Pinter/Cerdas - Melambangkan kecerdasan dan kebijaksanaan
• Diyan/Lampu - Simbol penerangan dan petunjuk
• Rugi - Mengingatkan akan risiko dan kerugian
• Kere/Miskin - Melambangkan kesederhanaan
• Ora tanggungjawab - Peringatan untuk bertanggung jawab
• Patrape manungso - Mencerminkan perilaku manusia

Filosofi angka 2 mengajarkan pentingnya menggunakan kecerdasan dengan bijaksana, menjadi penerang bagi sesama, bertanggung jawab, dan tetap sederhana. Kita diingatkan akan risiko dan konsekuensi dari setiap tindakan.

Dalam kehidupan sehari-hari, kita dapat menerapkan makna angka 2 dengan:

• Terus belajar dan mengasah kecerdasan
• Memberi manfaat dan pencerahan bagi orang lain
• Bertanggung jawab atas setiap perbuatan
• Hidup sederhana dan tidak berlebihan
• Memperhitungkan risiko sebelum bertindak
• Introspeksi diri dan memperbaiki perilaku

Angka 3 dalam capjikia disebut "Ciwir" yang memiliki beberapa arti:

• Gantheng/Tampan - Melambangkan keindahan dan daya tarik
• Pepak/Lengkap - Simbol kesempurnaan dan kelengkapan
• Bangsar/Kuat - Melambangkan kekuatan dan ketangguhan
• Gesik/Gesit - Mencerminkan kecepatan dan ketangkasan
• Siwir/Sedikit - Mengingatkan akan kesederhanaan
• Ocehane/Ocehan - Simbol komunikasi dan interaksi
• Senter/Cahaya - Melambangkan penerangan dan petunjuk

Filosofi angka 3 mengajarkan pentingnya keseimbangan antara penampilan luar dan dalam, kekuatan fisik dan mental, serta kecepatan dan kehati-hatian. Kita diingatkan untuk tetap sederhana meski memiliki kelebihan.

Dalam kehidupan sehari-hari, makna angka 3 dapat diterapkan dengan:

• Menjaga penampilan namun tidak berlebihan
• Mengembangkan kekuatan fisik dan mental secara seimbang
• Bertindak cepat namun tetap hati-hati
• Berkomunikasi dengan baik namun tidak banyak bicara
• Menjadi penerang bagi lingkungan sekitar
• Tetap rendah hati dan sederhana meski memiliki kelebihan

Angka 4 dalam capjikia disebut "Gundul" yang memiliki beberapa makna:

• Nandhakake barang olo - Melambangkan hal-hal buruk
• Setan - Simbol godaan dan kejahatan
• Sundul - Mencerminkan hambatan atau rintangan
• Jin - Melambangkan hal-hal gaib
• Senthun - Simbol kemarahan atau emosi negatif

Filosofi angka 4 mengingatkan kita akan adanya sisi gelap dalam kehidupan. Kita diajarkan untuk waspada terhadap godaan, hambatan, dan emosi negatif. Namun di sisi lain, angka 4 juga mengajarkan untuk tidak terlalu takut pada hal-hal gaib.

Dalam kehidupan sehari-hari, kita dapat menerapkan makna angka 4 dengan:

• Mawas diri dan introspeksi terhadap sifat buruk
• Waspada terhadap godaan dan pengaruh negatif
• Siap menghadapi hambatan dan rintangan
• Mengendalikan emosi negatif seperti kemarahan
• Tidak terlalu takut pada hal-hal gaib
• Berusaha menjadi pribadi yang lebih baik setiap hari

Angka 5 dalam capjikia disebut "Babi" yang memiliki beberapa arti mendalam:

• Polah/Tingkah laku - Melambangkan perilaku dan tindakan
• Tingkahe/Kelakuan - Mencerminkan sikap dan karakter
• Temen/Sungguh-sungguh - Simbol kesungguhan dan keseriusan
• Jujur - Melambangkan kejujuran dan integritas
• Katresnan/Cinta - Simbol kasih sayang dan cinta
• Bercinta - Melambangkan hubungan intim
• Membo-membo - Mencerminkan kepura-puraan

Filosofi angka 5 mengajarkan pentingnya menjaga perilaku, bersikap jujur, dan mencintai dengan tulus. Di sisi lain, kita diingatkan untuk tidak berpura-pura atau menutupi jati diri yang sebenarnya.

Dalam kehidupan sehari-hari, makna angka 5 dapat diterapkan dengan:

• Menjaga perilaku dan tindakan agar selalu positif
• Bersikap jujur dalam segala situasi
• Mencintai dengan tulus tanpa pamrih
• Bersungguh-sungguh dalam menjalani kehidupan
• Menghindari sikap pura-pura atau palsu
• Menjaga keharmonisan dalam hubungan

Angka 6 dalam capjikia disebut "Ningkrang" yang memiliki beberapa makna:

• Gapit - Melambangkan keeratan dan persatuan
• Ukoro-ganthet - Simbol keterkaitan dan hubungan
• Kretek - Mencerminkan kerapuhan
• Sumuk - Melambangkan kehangatan
• Santai - Simbol ketenangan dan kenyamanan
• Hadiah - Melambangkan pemberian dan kebaikan
• Bebane/Beban - Mencerminkan tanggung jawab
• Raga - Simbol fisik dan jasmani

Filosofi angka 6 mengajarkan pentingnya menjaga hubungan dan persatuan, namun tetap waspada akan kerapuhan. Kita diingatkan untuk bersikap santai namun tetap bertanggung jawab, serta menjaga keseimbangan antara jasmani dan rohani.

Dalam kehidupan sehari-hari, kita dapat menerapkan makna angka 6 dengan:

• Menjaga hubungan baik dengan sesama
• Bersikap hangat dan ramah pada orang lain
• Tetap tenang dalam menghadapi masalah
• Berbagi kebaikan tanpa mengharap imbalan
• Bertanggung jawab atas kewajiban
• Menjaga kesehatan fisik dan mental secara seimbang

Meski memiliki keunikan tersendiri, makna angka dalam capjikia memiliki beberapa kesamaan dengan sistem numerologi lain:

• Angka 1 dalam capjikia melambangkan awal dan kesatuan, mirip dengan makna angka 1 dalam numerologi Barat yang melambangkan kepemimpinan dan kemandirian.
• Angka 2 capjikia yang melambangkan kecerdasan memiliki kemiripan dengan angka 2 dalam numerologi Cina yang melambangkan kebijaksanaan.
• Angka 3 capjikia yang melambangkan kelengkapan mirip dengan makna angka 3 dalam numerologi Yahudi Kabbalah yang melambangkan keseimbangan.
• Angka 4 capjikia yang melambangkan hal-hal buruk berbeda dengan numerologi lain yang umumnya memaknai angka 4 secara positif.
• Angka 5 capjikia yang melambangkan cinta memiliki kemiripan dengan angka 5 dalam numerologi Vedic yang melambangkan keharmonisan.
• Angka 6 capjikia yang melambangkan keeratan mirip dengan makna angka 6 dalam numerologi Barat yang melambangkan cinta dan keluarga.

Meski ada beberapa kesamaan, capjikia tetap memiliki keunikan tersendiri yang mencerminkan kearifan lokal dan pandangan hidup masyarakat Indonesia.

Dalam permainan capjikia, terdapat dua jenis kartu yaitu merah dan hitam. Meski angkanya sama, makna filosofisnya memiliki beberapa perbedaan:

Angka 1

• Merah (Ratu): melambangkan keagungan, kekuasaan, dan kebijaksanaan
• Hitam (Petik): melambangkan kematian, kegelapan, dan kesementaraan

Angka 2

• Merah (Dimpil): melambangkan kecerdasan dan tanggung jawab
• Hitam (Plompong): melambangkan kebodohan dan ketidakpastian

Angka 3

• Merah (Ciwir): melambangkan kecantikan, kekuatan, dan ketangkasan
• Hitam (Gunung): melambangkan keteguhan, hambatan, dan kesulitan

Angka 4

• Merah (Gundul): melambangkan hal-hal gaib dan godaan
• Hitam (Cawang): melambangkan perpisahan dan hambatan

Angka 5

• Merah (Babi): melambangkan cinta, ketulusan, dan kejujuran
• Hitam (Kantong): melambangkan kebutuhan materi dan keinginan

Angka 6

• Merah (Ningkrang): melambangkan kenyamanan dan ketenangan
• Hitam (Kerok): melambangkan keramaian dan kekacauan

Perbedaan makna ini menunjukkan dualisme dalam kehidupan, di mana setiap hal memiliki sisi positif dan negatif. Hal ini mengajarkan kita untuk selalu melihat segala sesuatu secara seimbang dan bijaksana.

Meski kini jarang dimainkan, penting untuk memahami cara memainkan capjikia sebagai bagian dari pelestarian budaya:

1. Permainan menggunakan 12 kartu capjikia yang terdiri dari 6 kartu merah dan 6 kartu hitam.
2. Seorang bandar akan mengocok kartu dan mengambil satu kartu secara acak.
3. Kartu yang diambil dimasukkan ke dalam kotak tertutup.
4. Para pemain diminta menebak kartu apa yang ada di dalam kotak.
5. Pemain dapat membeli kupon untuk menebak. Semakin banyak kupon yang dibeli, semakin besar peluang menang.
6. Bandar akan memberikan petunjuk berupa syair atau sanepo yang sifatnya ambigu.
7. Pemain yang tebakannya benar akan mendapat hadiah sesuai aturan yang disepakati.

Penting untuk diingat bahwa capjikia sebaiknya dimainkan hanya sebagai hiburan dan sarana pembelajaran nilai-nilai budaya, bukan untuk perjudian.

Meski capjikia jarang dimainkan, nilai-nilai filosofisnya masih relevan untuk diterapkan dalam kehidupan modern:

• Angka 1 (Ratu): Mengajarkan pentingnya kepemimpinan yang bijaksana dan bertanggung jawab dalam era digital.
• Angka 2 (Dimpil): Mengingatkan akan pentingnya kecerdasan emosional dan sosial di samping kecerdasan intelektual.
• Angka 3 (Ciwir): Mengajarkan pentingnya keseimbangan antara penampilan fisik dan inner beauty di era media sosial.
• Angka 4 (Gundul): Mengingatkan akan bahaya informasi hoax dan pengaruh negatif di dunia maya.
• Angka 5 (Babi): Mengajarkan pentingnya kejujuran dan integritas di tengah maraknya kasus penipuan online.
• Angka 6 (Ningkrang): Mengingatkan akan pentingnya menjaga hubungan dan silaturahmi meski di era serba digital.

Dengan memahami dan menerapkan filosofi capjikia, kita dapat menjadi pribadi yang lebih bijak dalam menghadapi tantangan zaman modern.

Berikut beberapa pertanyaan yang sering diajukan terkait arti angka capjikia:

1. Apakah capjikia masih dimainkan saat ini?

Capjikia sudah jarang dimainkan saat ini. Namun, nilai-nilai filosofisnya masih relevan untuk dipelajari sebagai bagian dari kearifan lokal.

2. Apakah capjikia sama dengan judi?

Meski dulu sering digunakan untuk perjudian, capjikia sebenarnya adalah permainan tradisional yang sarat makna filosofis. Sebaiknya dimainkan hanya untuk hiburan dan pembelajaran nilai budaya.

3. Mengapa angka capjikia hanya sampai 6?

Angka 1-6 dalam capjikia melambangkan siklus kehidupan manusia dari lahir hingga mati. Angka 6 dianggap sebagai puncak kehidupan sebelum kembali ke asal (angka 1).

4. Apakah ada versi capjikia dari daerah lain?

Beberapa daerah memiliki permainan serupa dengan nama berbeda, namun makna filosofisnya kurang lebih sama.

5. Bagaimana cara mempelajari lebih dalam tentang filosofi capjikia?

Anda dapat mempelajari dari literatur sejarah dan budaya, atau berkonsultasi dengan tokoh budaya yang memahami permainan tradisional.

Arti angka capjikia 1 sampai 6 mengandung filosofi mendalam yang mencerminkan kearifan lokal masyarakat Indonesia. Meski kini jarang dimainkan, nilai-nilai yang terkandung di dalamnya masih sangat relevan untuk diterapkan dalam kehidupan modern. Memahami makna capjikia dapat memperkaya wawasan budaya dan membentuk karakter yang lebih bijaksana dalam menghadapi tantangan zaman. Mari kita lestarikan warisan budaya ini dengan mempelajari dan menerapkan filosofinya dalam kehidupan sehari-hari.