Liputan6.com, Jakarta - Aprilia Manganang sudah merasakan dirinya berbeda sejak kecil. Akibatnya, dia sering jadi korban persekusi atau bullying sejak kecil.
Keraguan sosok kelahir di Tahuna, Sulawesi Utara, 27 April 1992, terhadap jenis kelaminnya pun tidak dapat dilawan lantaran orang tua dan dokter tempatnya dilahirkan meyakini dirinya adalah perempuan.
Baca Juga
"Sebelum tahu secara medis, dia itu hanya bisa rasakan saja. Tapi waktu bersamaan tidak bisa lawan assignment keputusan yang diberikan para medis saat dia lahir, dinyatakan sebagai wanita. Itu sudah ada," kata Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI Andika Perkasa.
Advertisement
"Kalau hasil wawancara kami itu sudah ada sejak awal-awal itu, tapi kita tidak bisa tempatkan itu seperti kita bicara sekarang, dia kan enggak tahu. Mungkin pertama yang dia sendiri ingin tahu, saya wanita tapi kok postur tubuh saya tidak seperti wanita lain," sambungnya.
Aprilia Manganang akhirnya mendapat kejelasan setelah menjalani tes jenis kelamin sebenarnya yang difasilifitasi TNI AD.
**Ibadah Ramadan makin khusyuk dengan ayat-ayat ini.
Saksikan Video Aprilia Manganang Berikut Ini
Pengakuan Aprilia
Aprilia mengaku lega dan bahagia setelah menjalani pemeriksaan medis terkait jenis kelaminnya. Ternyata, sejak kecil, dia memanglah seorang pria.
"Ini momen yang sangat saya tunggu-tunggu, bahagia banget. Puji Tuhan Yesus saya bisa lewati ini, dan saya bersyukur Tuhan pakai bapak dan ibu untuk pertemukan saya," tutur Aprilia.
Dia menyampaikan rasa terima kasih kepada KSAD Jenderal TNI Andika Perkasa dan para dokter RSPAD Gatot Subroto yang telah memberikan fasilitas pemeriksaan tersebut.
"Saya terima kasih ke dokter yang sudah bantu saya, saya sangat bahagia, selama 28 tahun saya menunggu keinginan saya dan akhirnya tahun ini tercapai," jelas Aprilia.
Advertisement
Masuk TNI AD
TNI AD merekrut Aprilia melalui jalur penerimaan khusus anak muda berprestasi pada 2016 lalu. Pemeriksaan medis kala itu pun tidak sampai pada diagnosa kelainan alat reproduksi hipospadia.
"AD memutuskan untuk menerima. Pemeriksaan tidak dilakukan selengkap yang kami gelar minggu lalu," tutur Andika.
Aprilia masuk dalam Bintara Komunitas Ajudan Jenderal. Dia lahir dan besar di daerah yang terbilang terbatas secara fasilitas hingga akhirnya dilahirkan dengan akta lahir perempuan.
"Sersan Aprilia Manganang dilahirkan di Tahuna, jadi inilah tempat lahir dan dibesarkan Aprilia Manganang. Tepatnya di Pulau Sangir, atau sering disebut Tahuna. Dan kalau kita hari ini naik kapal, itu kira-kira dari Manado delapan jam ke arah pulau ini," kata Andika.
"Seseorang yang diberi nama Aprilia Manganang tidak seberuntung kita semua. Saat dilahirkan, dia punya kelainan pada sistem reproduksinya. Hipospadia," imbuh Andika.
Berprestasi
Lebih lanjut, ayah dan ibu dari Aprilia juga tidak dalam kondisi berpendidikan cukup. Keduanya hanya seorang buruh tani dan asisten rumah tangga, bahkan melahirkan pun di rumah dengan fasilitas medis seadanya.
"Ini yang kemungkinan paramedis melihat hanya secara fisik bahwa anak ini perempuan. Kondisi ini terus berlangsung sampai Aprilia Sekolah Dasar dan SMP di Tahuna, pindah SMA ke Manado, sampai akhirnya 2016 Angkatan Darat melihat prestasi dari anak ini. Itulah kenapa Angkatan Darat saat itu memutuskan merekrut Aprilia dalam program rekrutmen khusus Bintara berprestasi. Aprilia direkrut jadi Angkatan Darat," Andika menandaskan.
Advertisement