Liputan6.com, Jakarta - Pemain sepak bola asal Kanada, Quinn, menjadi atlet transgender terbuka pertama yang berkompetisi di Olimpiade Tokyo 2020.
Sebelumnya, atlet yang menyatakan dirinya nonbiner dan transgender, juga pernah membawa pulang medali perunggu dalam Olimpiade Rio 2016.
Baca Juga
Adapun dalam Olimpiade 2020, Quinn telah bertanding membela Kanada dalam laga sepak bola putri melawan Jepang di Sapporo Dome pada Rabu (21/7/2021) lalu. Quinn dan rekan-rekannya meraih hasil imbang 1-1 atas tuan rumah.
Advertisement
Melalui unggahan Instagram pasca pertandingan melawan Jepang, Quinn menyampaikan ungkapan hatinya. Ia mengaku bangga melihat dirinya sendiri.
“Atlet Olimpiade transgender pertama yang secara terbuka bersaing. Aku tidak tahu harus merasa bagaimana. Aku bangga melihat Quinn,” ujarnya dalam keterangan Instagram, seperti dikutip dari SportBible.
Saksikan Video Menarik di Bawah Ini
Diskriminasi Transgender
Dalam unggahan yang sama, Quinn menyebutkan bahwa wanita transgender memang kerap mengalami diskriminasi dalam bidang olahraga.
“Saya sadar akan kenyataan. Wanita trans dilarang berolahraga. Wanita trans juga menghadapi diskriminasi dan bias ketika mencoba mengejar impian mereka di Olimpiade. Pertarungan ini belum berakhir,” sambung Quinn.
Meski demikian, Quinn merasa optimis akan adanya perubahan dalam hal aturan, struktur, hingga pola pikir terkait transgender.
Advertisement
Bukan Satu-Satunya
Quinn bukanlah satu-satunya atlet transgender yang berlaga di Olimpiade Tokyo. Melansir SportBible, atlet angkat besi asal Selandia Baru Laurel Hubbard juga akan menjadi atlet wanita transgender pertama yang ikut bersaing memperebutkan medali di Olimpiade 2020.
Wanita transgender memang telah diperbolehkan turut serta dalam festival olahraga empat tahunan ini sejak Olimpiade Musim Panas 2004 di Athena.
Lebih lanjut, Komite Olimpiade Internasional (IOC) juga melakukan perubahan aturan pada 2015 sehingga memungkinkan atlet yang beralih dari pria ke wanita ikut berkompetisi tanpa perlu melakukan operasi pada alat reproduksi mereka.
Penulis: Melinda Indrasari