Mengenal Maskot Peparnas XVI Papua Hara dan Wara, Simbol Pantang Menyerah dan Mandiri

Panitia Peparnas XVI Papua memilih satwa burung kasuari sebagai maskot. Hewan ini dipilih karena mencerminkan motivasi hidup pantang menyerah

oleh AY Yustiawan diperbarui 02 Nov 2021, 09:30 WIB
Diterbitkan 02 Nov 2021, 09:30 WIB
Pekan Paralimpik Nasional 2021
Maskot Pekan Paralimpik Nasional 2021

Liputan6.com, Jakarta Keberadaan maskot dalam setiap perhelatan olahraga ibarat sayur kurang garam. Sebesar apapun kegiatan itu digelar jika tidak disertaikehadiran maskot sebagai sosok pengingat, maka serasa ada yang hilang.

Karena itu, kehadiran maskot pun ikut menyemarakkan Pekan Paralimpik Nasional 2021 di Papua. Seperti juuga Pekan Olahraga Nasional (PON) yang digelar beberapa pekan sebelumnya di Bumi Cenderawasih, Pekan Paralimpiade Nasional (Peparnas) XVI di Papua juga ikut mengangkat satwa endemik sebagai latar belakang maskot.

Seperti dikutip dari rilis Kominfo, jika pada PON Papua, burung cenderawasih (Paradisaeidae) dan kanguru pohon mantel emas(Dendrolagus pulcherrimus) dijadikan maskot bernama Drawa dan Kangpho, maka di ajang Peparnas yang akan berlangsung pada 2-15 November 2021, dipilih satwa burung kasuari.

Satwa bernama Latin Casuarius ini, dipilih karena mencerminkan motivasi hidup pantang menyerah dalam situasi apa pun, bertanggung jawab, mandiri, dan kecepatan untuk merespons setiap peluang dan kesempatan.

Hewan ini memiliki sejumlah makna mendalam ketika menjalani kehidupannya di alam Papua. Kasuari jantan mampu mengambil fungsi si betina untuk mengerami telur dan membesarkan anaknya. Mereka sanggup berkomunikasi dengan suara berfrekuensi rendah. Tidak seperti burung pada umumnya, kasuari dewasa mampu tumbuh dengan ukuran tubuh hingga 1,5 meter dan bobot mencapai 60 kilogram.

Nama Tersendiri

Papernas Papua
Warga berfoto dengan maskot Pekan Paralimpiade Nasional (Peparnas) XVI Papua di halaman kantor Gubernur Papua, Jayapura, Selasa (19/10/2021). Peparnas XVI Papua bertema Bangkit Satukan Tekad, Raih Kemenangan di Tanah Papua. ANTARA FOTO/Indrayadi TH/rwa.

Hampir semua suku di Papua, baik di pegunungan atau pesisir pantai memiliki nama tersendiri untuk kasuari. Begitu juga masyarakat Tobati, suku asli Kota Jayapura dan Suku Asei di Kabupaten Jayapura.

Orang Tobati menyebut kasuari dengan nama Htwar, sedangkan masyarakat Asei menamainya Augangge. Bulu-bulu kasuari yang lebat dan didominasi warna hitam acap dijadikan pelengkap aksesoris adat kedua suku.

Karena itu pihak Panitia Besar Peparnas mempunyai cara unik untuk mengangkat kasuari sebagai maskot. Tidak hanya satu, melainkan sepasang kasuari, yakni jantan dan betina dibuatkan maskotnya.

Gabungan Kata

Peparnas
Peparnas XVI Papua. (Dok Peparnas)

Maskot kasuari jantan dinamai Hara dan Wara untuk maskot betina. Nama Hara dan Wara diambil dari gabungan kata panggilan kasuari di Suku Tobati dan Asei. Keduanya digambarkan memakai seragam dengan motif angka 16 mencerminkan pelaksanaan Peparnas untuk ke-16 kali.

Kemudian di bagian dada terkalung noken ukuran kecil. Noken merupakan tas tradisional Papua yang terbuat dari serat kayu dan telah menjadi warisan budaya dunia takbenda oleh UNESCO.

Tak hanya maskot, unsur-unsur budaya lokal seperti rumah adat honai dan alat musik pukul tifa ikut mewarnai simbol-simbol Peparnas 2021. "Sehati Mencapai Tujuan, Ciptakan Prestasi" menjadi tema sentral Peparnas Papua. Semoga kehadiran Hara dan Wara mampu menambahkemeriahan Peparnas pertama di provinsi paling timur dari Indonesia. Torang Bisa!

Sejarah

Di dunia olahraga tradisi memakai maskot sudah ada sejak 1966 silam. Ketika itu akan digelar putaran final Piala Dunia cabang sepak bola di Inggris. Agar kegiatannya lebih semarak dan mampu mengundang banyak sponsor, Panitia Pelaksana Piala Dunia 1966 memutuskan untuk membuat semacam penanda kegiatan berupa maskot.

Syaratnya, maskot itu harus berbentuk hewan dan terpilihlah sosok singa, mewakili julukan tim nasional Inggris, The Three Lions. Sosok maskot berbentuk singa diciptakan Reg Hoye, ilustrator buku cerita anak-anak karya novelis kenamaan Inggris, Enid Blyton.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya