Liputan6.com, Jakarta - Demonstrasi bisa dilakukan di mana saja. Lapangan hijau pun kerap jadi panggung untuk menyuarakan keberatan terhadap berbagai ketidakadilan.
Kampanye Black Lives Matter hingga kini masih berjalan di Inggris. Pemain kedua tim menaruh satu lutut di tanah. Tujuannya agar dunia yang melihat lebih peduli terhadap diskriminasi terhadap kulit gelap.
Protes juga kerap tersembunyi di belakang seragam pemain. Pesan tersebut baru bisa terlihat ketika yang bersangkutan mencetak gol dan merayakannya.
Advertisement
Namun, praktik ini belakangan berkurang karena ancaman sanksi. Operator kompetisi biasanya melarang segala hal yang berbau politis.
Pemain Stade Olympique de L’Emyrne (SOE) juga pernah melakukan unjuk rasa. Mereka keberatan dengan kepemimpinan wasit. Seperti apa aksi penggawa klub sepak bola Madagaskar tersebut dalam mengekspresikan kekecewaan?
1,6 Gol per Menit
Tidak tanggung-tanggung, SOE melakukannya dengan menjebol gawang sendiri. Momen ini terjadi saat mereka menghadapi AS Adema untuk menentukan juara edisi 2002.
Hasilnya adalah 149 gol bunuh diri. Jika dirata-rata, tercipta 1,6 gol per menit selama pertandingan berlangsung. Uniknya, wasit yang memimpin tetap membiarkan laga bergulir meski sadar SOE sedang demonstrasi dan pemain Adema sama sekali tidak menguasai bola.
Advertisement
Alasan SOE
Sumber kekesalan SOE adalah insiden di partai sebelumnya. Mereka tidak berkesempatan mempertahankan gelar ketika wasit memberi hadiah tendangan 12 pas kontroversial bagi DSA Antananarivo di akhir duel.
Penalti tersebut membantu Antananarivo menyamakan kedudukan dan berbuah gelar bagi Adema. Pelatih dan empat pemain Stade Olympique de L’Emyrne melancarkan protes yang dianggap berlebihan sehingga dilarang terlibat duel versus sang juara baru.
Setidaknya mereka bebas dari amuk penonton yang sudah membeli tiket. Suporter ingin uang dikembalikan karena pertandingan tidak menarik tersebut.
Rekor Kemenangan Baru
Ulah SOE pun berbuah rekor. Kemenangan terbesar di laga resmi level senior kini tercatat atas nama Adema.
Sebelumnya sejarah mencatat Arbroath sebagai pemilik kemenangan terbesar kala menghancurkan Bon Accord 36-0. Rekor Arbroath sudah lama bertahan, tepatnya sejak 1885.
Advertisement