Liputan6.com, Jakarta - Antonio Conte berterima kasih kepada para penggemar Tottenham Hotspur atas dukungan dan apresiasi yang telah diberikan selama ini. Pria berkebangsaan Italia itu baru diberhentikan dari posisinya sebagai manajer Tottenham atas kesepakatan bersama dengan klub setelah 16 bulan mengabdi di London Utara.
"Sepak bola adalah hasrat. Saya ingin berterima kasih kepada semua orang di Spurs yang menghargai dan berbagi hasrat dan cara saya menjalani sepak bola yang intens sebagai pelatih,” ucap Conte melalui akun Instagramnya.
“Apresiasi khusus untuk para penggemar yang selalu menunjukkan dukungan dan penghargaan kepada saya, sungguh tak terlupakan mendenganr mereka menyanyikan nama saya. Perjalanan kita sudah berakhir, saya mengharapkan yang terbaik untuk masa depan kalian,” sambung eks manajer Chelsea tersebut.
Advertisement
Mantan asisten Conte, Cristian Stellini akan naik menjadi pelatih kepala untuk sisa musim ini, mengisi kekosongan yang ditinggalkan manajer berusia 53 tahun tersebut. Mantan gelandang Tottenham Hotspur, Ryan Mason juga akan menemani Stellini sebagai asisten pelatih.
Tottenham saat ini berada di posisi keempat klasemen sementara Liga Inggris dan telah tereliminasi dari semua kompetisi yang ada. Mereka selanjutnya akan bertandang ke Goodison Park untuk menghadapi Everton pada Senin (3/4/2023).
Buntut dari Wawancara
Seperti yang diketahui, keputusan untuk mencopot Antonio Conte dari jabatannya bisa dikatakan merupakan buntut dari sesi wawancara sang manajer yang penuh amarah dan kritik pedas yang diarahkan kepada manajemen dan pemain Tottenham Hotspur. Sesi wawancara tersebut diadakan setelah Tottenham harus ditahan imbang 3-3 oleh Southampton meski sudah unggul 3-1 sebelumnya.
Conte menyebut para pemain Spurs sebagai individu yang egois dan mengkritik budaya klub yang dimiliki Tottenham.
Advertisement
Setengah Hati
Jurnalis New York Times, Rory Smith mempertanyakan apakah Antonio Conte benar-benar berkomitmen dengan pekerjaannya sebagai manajer di Tottenham Hotspur.
“Conte sebenarnya menginginkan pekerjaan di Real Madrid ketika ia akhirnya pergi ke Spurs yang waktu itu juga sedang mencari manajer baru,” kata Smith kepada Monday Night Club.
“Saya rasa ia memilih Spurs sebagian karena ia menyukai London dan sebagian karena Spurs menarik. Tetapi ia juga berpikir ‘pekerjaan yang saya inginkan tidak tersedia, jadi saya akan mengambil Tottenham sambil menunggu tawaran dari Real Madrid’,” sambungnya.
Oleh karena itu, Smith mendorong Spurs untuk menemukan manajer yang melihat klub London Utara tersebut bukan sekadar ‘nomor dua’.
“Spurs sekarang perlu menemukan seorang manajer yang melihat mereka sebagai peluang besar dan bukan hadiah hiburan bagi,” ujar Smith.