Liputan6.com, Jakarta - Sejumlah waria menggunakan obat batuk sebagai obat kuat. Penggunaan itu dilakukan agar mereka bisa kuat berjalan jauh saat mengamen.
Jumlah obat batuk yang diminum waria tak hanya satu atau dua, namun 10 hingga 30 bungkus per hari. Hal tersebut seperti dimuat dalam akun Twitter @dw_indonesia.
Mereka menenggak obat batuk sebanyak 30 bungkus per hari agar kuat berjalan jauh, mengamen...... Simak galeri foto kehidupan pribadi mereka di tautan ini👉 https://t.co/IoQeYncs94 pic.twitter.com/q4K53sugdG
— DW Indonesia (@dw_indonesia) November 19, 2019
Liputan6.com menelusuri kabar tersebut dengan menemui tiga pengamen waria, yakni Laura, Imel, dan Artis. Laura bukanlah nama aslinya, melainkan singkatan dari 'lanang ora, wedok ora' atau 'bukan pria, bukan wanita'.
Advertisement
Setiap hari, ketiganya memulai perjalanan sebelum mengamen dari Stasiun Duren Kalibata. Perjalanan lanjut naik kereta ke Stasiun Depok Baru.
Perjalanan jauh Laura, Imel, dan Artis dimulai dari sana. Ketiganya mengamen menyusuri kawasan Stasiun Depok Baru hingga Citayam. Jaraknya, kurang lebih 6 kilometer dan tak lurus.
Mereka juga keluar masuk gang di permukiman warga, juga ke kawasan pertokoan. Total perjalanan, pergi pulang, menempuh jarak sekitar 12 kilometer.
Agar kuat berjalan, Laura, Imel, dan Artis mengaku mengonsumsi 10-15 bungkus obat batuk jenis cair. Obat batuk itu dikonsumsi sebelum mereka mengamen.
Menurut Laura, penggunaan obat batuk itu agar mereka tidak merasa lelah dan efek pusing yang ditimbulkan bisa sedikit menghilangkan rasa malu menjadi pengamen waria.
"Kalau kita biasanya pakai obat batuk, cuma kita minumnya banyak biar kakinya enggak capek, biar rada-rada puyeng dikit ngadepin orang biar rada enggak malu," kata Laura kepada Liputan6.com.
Agar tidak merasa mual, Laura biasanya mencampur obat batuk dengan air putih biasa. Obat batuk yang digunakan Laura mudah didapat di warung-warung. Tak perlu resep untuk bisa mendapatkannya.
"Minumnya itu kan kalau aku 10, cuma karena kekentalan, kita suka pakai air biar enggak enek, biar enggak muntah lagi," kata dia.
Efek yang ditimbulkan, menurut Laura, akan sedikit pusing. Namun, ia jadi semangat untuk mengamen dan tidak lemot.
"Segar, tenggorokan enak, abis itu kita rada-rada puyeng, ngamennya giat gitu, ngamennya jadi weerr maksudnya, biar enggak lemot," jelas Laura.
Saksikan Video Penelusuran di Bawah Ini:
Bisakah Obat Batuk Jadi Obat Kuat?
Lantas, benarkah obat batuk jenis cair itu bisa sekaligus menjadi obat kuat? Untuk memastikannya, Liputan6.com juga menemui seorang dokter.
Dia adalah Farmakologi UI dr Nafrialdi, Ph.D. SpPD. Menurutnya, obat batuk jenis cair yang bisa diminum dan mudah didapat itu mengandung dextromethorphan
"Obat yang gitu mengandung dextromethorphan, dextromethorphan itu obat yang digunakan untuk menekan batuk," kata dr Nafrialdi.
Di dalam dextromethorphan, lanjut dr Nafrialdi, terdapat suatu kandungan yang bisa membuat orang kecanduan. Sehingga, apabila tidak dikonsumsi, bisa membuat mereka yang kecanduan tersiksa.
"Orang yang mengonsumsi dosis tinggi dan merasa itu untuk menambah tenaga, karena dia sudah termasuk orang yang mengalami ketergantungan dengan dextrometrofan ini," sambung dia.
Menurut dr Nafrialdi, ada dampak buruk yang dihasilkan apabila meminum obat batuk jenis cair berlebihan, yaitu gangguan pada napas.
"Sebetulnya bentuk ekstrem dari efek samping ini adalah depresi napas, fungsi napasnya turun, drive nafas dari otak itu makin lama makin pelan, itu akan berakibat dia kekurangan oksigen. Dan ekstremnya lagi ada yang kalau keracunan itu kan bisa meninggal karena dia oksigennya demikian rendahnya, sehingga tidak cukup lagi untuk kehidupan dia," pungkas dr Nafrialdi.
Advertisement