Liputan6.com, Jakarta - Banyaknya hoaks terkait vaksin covid-19 membuat banyak pihak khawatir tentang efektivitas vaksin itu sendiri. Pasalnya akan sulit untuk mengakhiri pandemi jika banyak orang yang tak mau menerima vaksinasi covid-19.
Sejak awal pandemi, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah memperingatkan adanya infodemi. Yakni adanya informasi yang mengalir deras baik secara online dan offline, termasuk upaya yang disengaja untuk menyebarkan informasi yang salah.
Sejumlah langkah dilakukan WHO untuk membendung hoaks terkait covid-19. Mulai dari menggandeng negara di seluruh dunia hingga perusahaan teknologi.
Advertisement
"Covid-19 adalah pandemi pertama dalam sejarah di mana teknologi dan media sosial digunakan dalam skala besar untuk membuat orang-orang aman, terinformasi, produktif dan saling terhubung. Namun di saat yang sama teknologi membuat infodemi makin banyak dan membahayakan langkah-langkah untuk mengendalikan pandemi," bunyi pernyataan WHO dilansir Japan Times.
"Tanpa informasi yang tepat dan kepercayaan dari masyarakat maka imunisasi tidak akan mencapai target yang dibutuhkan. Virus covid-19 akan terus berkembang."
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
Saksikan video pilihan berikut ini
Khawatir
Rachel O'Brien, Kepala Departemen Imunisasi WHO mengaku khawatir dengan banyaknya hoaks terkait vaksin covid-19. Apalagi hoaks menyebar ke seluruh dunia melalui media sosial secara cepat.
"Tentu kami khawatir tentang hal itu dan masyarakat harus mendapat informasi dari sumber terpercaya. Banyak informasi salah di luar sana entah tersebar secara disengaja atau tidak," ujarnya.
"Ketakutan saya terkait hoaks adalah akan ada banyak orang yang tidak mau menerima vaksin covid-19, walau mereka tak punya dasar ilmu pengetahuan. Sebuah vaksin akan efektif jika mampu diterima di populasi yang besar," ujar Steve Wilson, Profesor dari Brandeis University menambahkan.
Advertisement