Liputan6.com, Jakarta - Beredar di media sosial dan aplikasi percakapan pesan berantai terkait tes PCR yang tidak bisa lagi membaca virus covid-19 varian baru di India. Pesan berantai ini ramai dibagikan sejak pekan lalu.
Salah satu yang mempostingnya adalah akun bernama Wiriyanto Aswir. Dia mengunggahnya di Facebook pada 29 April 2021.
Berikut isi postingannya:
Advertisement
"*dr.Ritesh Kumar, Dokter ahli spesialis paru2
*Virus ini kembali lagi, kali ini dengan bahaya tenaga yang lebih besar, taktik dan kamuflase yang lebih.
Gejala bukan batuk2 Tidak ada demam, tidak ada sakit persendian, tidak ada kelemahan
Selera makan hilang, dan mengakibatkan Pneumonia COVID. SUdah pasti, tingkat kematian lebih tinggi, parah makin cepat. Kadang2 gejala2 tidak terlihat ... mari kita berhati2VIrus baru ini lokasinya bukan di area pernafasan manusia Tetapi langsung berdampak ke paru2, sementara waktu ikubasinya semakin cepat.
Saya telah perhatikan banyak pasien tanpa demam, tapi hasil rontgen (X-Ray) menunjukkan pneumonia (sakit paru2) yang lumayan.SWAB COVID-19 lewat hidung .... sering hasilnya negativeSemakin banyak, dan bertambah banyak hasil Test COVID-19 lewat hidung yang gagal.
Artinya virus tersebar langsung ke paru2, sehingga berakibat problem pernapasan akut, akibat penumenia virus. Ini menjelaskan mengapa banyak kasus yang parah dan fatal tanpa diketahui sebelumnya.
Berhati2lah, hindari keramaian, kenakan masker, dan seringlah mencuci tangan.
GELOMBANG baru ini lebih mematikan dari yang pertama. Kita harus semakin hati2, dan lebih teliti pada setiap langkah.
Mohon sebarkan informasi ini ke rekan2 dan keluarga lewat saluran komunikasi kita."
Lalu benarkah pesan berantai berisi informasi terkait tes PCR yang tidak bisa lagi membaca virus covid-19 di India?
#IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Penelusuran Fakta
Cek Fakta Liputan6.com menelusuri dengan meminta penjelasan dari dr.Muhamad Fajri Adda'i. Ia menyebut informasi dalam pesan berantai tersebut tidak sepenuhnya benar.
"Sejauh ini belum terbukti virus covid-19 yang beredar tidak mampu dibaca PCR. Ini baru hipotesis, tetapi studi terkait hal ini belum ada," ujar dr. Fajri yang juga edukator covid-19 saat dihubungi Jumat (30/4/2021).
"Isi pesan ini masih opini atau testimoni dan belum ada pembuktian bahwa virus covid-19 itu langsung menyerang paru-paru tanpa hinggap di saluran pernafasan atas. Publikasi terkait varian baru virus covid-19 belum terdeteksi PCR belum ada sejauh ini."
Meski demikian dr. Fajri menjelaskan varian baru virus covid-19 memang ada dan harus diwaspadai agar tidak menyebar di Indonesia.
"Protokol kesehatan memang harus dijalankan dengan ketat. Pasalnya semakin banyak orang tertular maka potensi virus bermutasi semakin besar."
Terkait virus corona covid-19 yang bermutasi, Liputan6.com juga pernah menulisnya dalam artikel berjudul "Belajar dari India, Pakar UGM Minta Warga Taat Prokes karena Corona Terus Bermutasi" yang tayang 29 April 2021.
Dalam artikel terdapat penjelasan dari Ketua Pokja Genetik FK-KMK UGM, dr Gunadi.
"Mutasi virus tidak akan pernah selesai. Sifat mutasi ini perlu diwaspadai, tetapi tidak perlu khawatir berlebihan dengan tetap menerapkan prokes," kata Dosen FK-KMK UGM itu, Selasa (27/4/2021).
Gunadi menjelaskan, walau data dari GISAID menyebutkan mutasi tersebut belum terdeteksi di Indonesia. Namun bisa saja ke depan akan muncul di tanah air, karena faktor mobilitas yang tinggi dan rendahnya penerapan prokes di masyarakat. Kedua hal itu bisa menjadi pemicu besarnya peluang transmisi virus Corona varian baru ini.
"Supaya di tanah air tidak terjadi seperti di India maka perlu disiplin terhadap prokes. Meski sudah divaksin jangan lantas longgarkan prokes karena masih bisa terinfeksi," terangnya.
Saat ini belum ada studi atau penelitian terhadap tripel mutasi. Namun, yang perlu diwaspadai dari varian B1618 ini adalah mengandung tiga mutasi pada receptor binding domain (RBD) protein S yang berikatan langsung dengan sel inang manusia yaitu E484Q, L452R, dan V382L.
Mutasi E484Q terletak pada lokasi yang sama dengan mutasi E484K yang dideteksi pada varian Afrika Selatan dan Brazil. Sehingga, mutasi E484Q diduga mempunya sifat yang sama dengan E484K yaitu bisa menghindari sistem kekebalan tubuh manusia.
"Saat ini belum ada bukti penelitian yang menunjukkan bahwa varian B1617 maupun B1618 mempengaruhi kecepatan transmisi/penularan, keparahan penyakit Covid-19 serta efektivitas vaksin," katanya.
Sumber
https://www.liputan6.com/regional/read/4544914/belajar-dari-india-pakar-ugm-minta-warga-taat-prokes-karena-corona-terus-bermutasi?source=search
Advertisement
Kesimpulan
Pesan berantai berisi informasi terkait tes PCR yang tidak bisa lagi membaca virus covid-19 di India belum terbukti.
Tentang Cek Fakta Liputan6.com
Liputan6.com merupakan media terverifikasi Jaringan Periksa Fakta Internasional atau International Fact Checking Network (IFCN) bersama puluhan media massa lainnya di seluruh dunia.Â
Cek Fakta Liputan6.com juga adalah mitra Facebook untuk memberantas hoaks, fake news, atau disinformasi yang beredar di platform media sosial itu.Â
Kami juga bekerjasama dengan 21 media nasional dan lokal dalam cekfakta.com untuk memverifikasi berbagai informasi yang tersebar di masyarakat.
Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan kepada tim CEK FAKTA Liputan6.com di email cekfakta.liputan6@kly.id.
Advertisement