Belajar Literasi Media Sebagai Upaya Cegah Hoaks di Dunia Maya

Para pengguna internet diminta untuk bisa menyaring informasi di media sosial. Tujuannya agar terhindar dari hoaks.

oleh Hanz Jimenez Salim diperbarui 18 Des 2021, 19:00 WIB
Diterbitkan 18 Des 2021, 19:00 WIB
Fact-checking Summit 2021
Fact-checking Summit 2021 (Istimewa)

Liputan6.com, Jakarta - Perkembangan informasi di era digitalisasi membawa dampak besar pada kehidupan manusia. Derasnya arus informasi tak hanya berdampak positif, namun juga mimiliki sisi negatif.

Sekretaris Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) Jawa Tengah, Rini Yustiningsih menyebut, era digitalisasi menjadikan informasi dapat diakses dengan mudah.

"Informasi semakin bagus, interaksi masyarakat satu sama lain juga semakin bagus," kata Rini saat menjadi pembicara di acara seminar daring bertajuk 'Training Literasi Berita: Agar Publik Paham Cara Kerja Media dan Jurnalisme', Sabtu (18/12/2021).

Namun Rini mengingatkan, adanya dampak negatif dari era digitalisasi dan derasnya arus informasi. Satu di antaranya adalah muncul tindak kriminal siber dan penyebaran informasi palsu atau hoaks di media sosial.

"Dampak negatifnya terjadi tindak kriminal. Misalnya pemanfaatan data pribadi dan informasi-informasi palsu," ucap Rini.

Karena itu, Rini mengingatkan, para pengguna internet untuk bisa menyaring informasi di media sosial. Salah satu caranya dengan membedakan produk pers dengan yang bukan.

Dalam seminar daring ini, Rini membeberkan, informasi mengenai berita produk pers, kode etik jurnalistik, hingga konten cek fakta.

"Apakah cek fakta itu produk pers? Tergantung dimuatnya di mana. Kalau masuk ke situs pers, itu enggak masalah dan itu masuk produk pers. Sedangkan kalau tidak dimuat di situs pers, artinya harus ditelaah lagi dan itu harus bisa dipertanggungjawabkan," tutur Rini.

Seminar daring ini, merupakan rangkaian dari Indonesia Fact-Checking Summit 2021. Para peserta yang hadir dalam acara ini terlihat antusias. Mereka memberikan beragam pertanyaan dan gagasan seputar dunia jurnalistik dan perkembangan media massa.

Sebelumnya, jejaring Cek Fakta mengadakan Konferensi Indonesia Fact-checking Summit 2021. Acara konferensi ini diselenggarakan pada Kamis hingga Senin, tanggal 16-20 Desember 2021 via daring (online).

Rangkaian konferensi ini juga digelar sebagai bagian upaya untuk terus mengkampanyekan pentingnya ekosistem informasi yang sehat bagi publik yang bebas dari peredaran informasi palsu.

Jejaring Cek Fakta ini merupakan gabungan dari Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI), Aliansi Jurnalis Independen (AJI), Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo) dan jaringan media Cekfakta.com.

"Paparan informasi palsu yang dibiarkan begitu saja bisa memengaruhi pola pikir masyarakat dan mengancam demokrasi. Jika dibiarkan masyarakat tak lagi mampu memilah informasi bohong dan fakta," ujar Wenseslaus Manggut, Ketua AMSI, melalui rilis pers, Minggu 12 Desember 2021.

Nantinya, konferensi ini akan membahas rangkaian diskusi terfokus (FGD), mini workshop, dan training. Kegiatan ini juga didukung oleh Google News Initiative dan merupakan bagian dari APAC Trusted Media Summit 2021.

Isu etik dan praktik-praktik ancaman serta doxing (mempublikasikan data pribadi pemeriksa fakta bertujuan negatif) terhadap para fact checker ‘pemeriksa fakta’ juga akan dibahas dalam forum ini. Forum ini juga akan menghasilkan rekomendasi untuk penguatan kampanye memerangi informasi palsu bagi stakeholder eksternal maupun internal.

“Bahaya informasi bohong dan stempel hoaks pada karya jurnalistik sudah kita lihat saat pandemi Covid-19 ini. Keselamatan publik yang menjadi taruhannya. Karena itu, Factchecking Summit 2021 menjadi ruang mengkampanyekan perlunya kolaborasi dalam memerangi hoaks dan pelabelan sembarangan pada karya jurnalistik,” ujar Sasmito, Ketua Umum Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Indonesia.

Acara ini terbuka bagi fact checker media, jurnalis, pihak kampus, dan publik yang tergabung dalam AMSI, AJI, Mafindo, hingga komunitas hingga kampus di penjuru Indonesia.

 

*** Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Tentang Cek Fakta Liputan6.com

Melawan hoaks sama saja melawan pembodohan. Itu yang mendasari kami membuat Kanal Cek Fakta Liputan6.com pada 2018 dan hingga kini aktif memberikan literasi media pada masyarakat luas.

Sejak 2 Juli 2018, Cek Fakta Liputan6.com bergabung dalam International Fact Checking Network (IFCN) dan menjadi patner Facebook. Kami juga bagian dari inisiatif cekfakta.com. Kerja sama dengan pihak manapun, tak akan mempengaruhi independensi kami.

Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan di email cekfakta.liputan6@kly.id.

Ingin lebih cepat mendapat jawaban? Hubungi Chatbot WhatsApp Liputan6 Cek Fakta di 0811-9787-670 atau klik tautan berikut ini.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya