10 Ritual Menyeramkan Ini Dijadikan Ajang Festival

Ritual-ritual ini tak hanya untuk kalangan masyarakat adat yang bersangkutan saja, tetapi juga untuk ajang festival.

oleh Fitri Haryanti Harsono diperbarui 30 Mei 2016, 11:39 WIB
Diterbitkan 30 Mei 2016, 11:39 WIB
10 Ritual Menyeramkan Ini Dijadikan Ajang Festival
Ritual bukan saja sekadar ritual untuk kalangan masyarakat adat yang bersangkutan saja, melainkan sebagian ritual dijadikan ajang festival.

Citizen6, Jakarta Ritual yang dilakukan suatu masyarakat tertentu tidak luput dari adat nenek moyang yang ditularkan secara turun temurun. Tradisi ini sebagai simbol adat istiadat yang dipercayai akan membawa berkah. Meski unsur mistis sangat kental, ritual ini sulit dihilangkan.

Seiring waktu, ritual tak hanya untuk masyarakat adat bersangkutan saja, tapi juga dijadikan ajang festival. Para wisatawan dapat menonton langsung ritual.

  • Menyalahkan Diri Sendiri (Self flagellation)

Ritual yang dilakukan pada bulan suci Muharram oleh pengikut Syiah Islam bertujuan menyalahkan diri sendiri untuk memperingati pertempuran Karbala. Benda-benda ritual yang digunakan sangat tajam, seperti pisau, cambukan, dan rantai.

Ritual Menyalahkan Diri Sendiri (Self flagellation)

Mereka memukul badan sendiri, tepatnya di punggung. Tradisi ini menyebar sampai India, Pakistan, Australia, dan Amerika. Berbeda dengan di Iran, benda-benda yang digunakan tidak tajam. Sebaliknya, di Arab Saudi, tradisi ini sangat dilarang.

  • Vine Jumping

Vine jumping berarti melompat dengan tanaman rambat. Olahraga yang biasanya disebut ritual Gkol itu dilakukan penduduk Desa Bunlap di Kepulauan Pasifik. Mirip seperti olahraga jumping, pengaman yang digunakan sangat tidak jelas.

Ritual Vine Jumping

Prosesi ritual dimulai dengan nyanyian dan tarian bersama. Hingga ada sukarelawan yang akan meloncat dengan pengaman yang diikatkan ke kakinya. Tinggi lompatan tidak diukur. Menurut kepercayaan penduduk sekitar, semakin tinggi melompat, semakin besar berkah dari Sang Dewa.

Dampaknya berbahaya, ritual ini justru berpotensi patah tulang sampai meninggal bagi peloncatnya. Hal ini karena yang akan mendarat di tanah terlebih dahulu adalah kepala.

  • Menari Bersama Mayat

Ritual yang biasa disebut tradisi Famadihana dilakukan oleh Suku Malagasi di Hauts Plateaux, Madagaskar. Melalui ritual ini, arwah jenazah dipercayai akan mencapai akhirat. Uniknya, ritual dilakukan 7 tahun sekali.

Ritual Menari Bersama Mayat

Setelah mayat dikubur selama 7 tahun, kuburan akan dibongkar. Mayat akan diajak menari layaknya orang yang masih hidup.

Bagi orang-orang Suku Malagasi, ritual menari bersama mayat dinikmati bak acara pesta. Lagu-lagu kebangsaan diperdendangkan, makanan dan minuman disajikan meriah. Sanak saudara dari jenazah akan mendekati mayat lalu membuka tali dan bungkusannya.

Mereka akan menbanjur mayat dengan anggur. Setelah selesai, mayat ditutup kembali dan orang-orang melanjutkan tariannya.

Ingin tahu kelanjutan artikelnya? Kamu bisa baca di sini.

**Ingin berbagi informasi dari dan untuk kita di Citizen6? Caranya bisa dibaca di sini.

**Ingin berdiskusi tentang topik-topik menarik lainnya, yuk berbagi di Forum Liputan6.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya