Liputan6.com, Jakarta Gula kelapa merupakan produk agroindustri kelapa yang terbuat dari sadapan nira yang dipanaskan untuk mengurangi kadar air. Gula kelapa kaya akan mineral seperti seng, kalium, dan magnesium serta vitamin dan asam amino lain. Tentu saja gula kelapa lebih kaya dibandingkan pemanis lain, seperti sirup maple, madu, atau gula pasir yang tidak memiliki dasar mineral.
Selain itu, menurut The Philippine Food and Nutrition Research Institute, gula kelapa memiliki indeks glikemik sebesar 35 sehingga lebih aman terhadap kesehatan dibandingkan gula pasir yang memiliki indeks glikemik sebesar 64.
Baca Juga
Beragam makanan seperti minuman dawet, es campur, dodol, getuk, dan kuliner lainnya merupakan kuliner yang membutuhkan gula sebagai bahan utama maupun tambahan. Dengan harga gula yang dapat dikatakan murah, banyak oknum pembuat gula yang ingin mendapatkan keuntungan lebih dengan menambahkan bahan kimia sebagai pengawet agar hasil yang instan dan harga yang lebih murah.
Advertisement
Nira sebagai bahan utama dalam pembuatan gula merupakan bahan yang mudah mengalami perubahan fermentatif akibat aktivitas mikroorganisme selama penyadapan. Nira yang telah terkontaminasi oleh mikroorganisme akan mengalami proses fermentasi, sehingga sukrosa yang terdapat di dalam nira akan berubah menjadi alkohol dan selanjutnya berubah menjadi asam asetat. Bahan kimia yang biasa ditambahkan sebagai pengawet nira kelapa seperti natrium bisulfit, natrium metabisulfit, serta natrium benzoat.
Penggunaan bahan kimia untuk mengawetkan nira selama proses penyadapan secara berlebihan dapat menurunkan kualitas gula. Efek yang paling umum terjadi akibat penggunaan pengawet secara berlebihan adalah timbulnya rasa yang tidak enak. Selain mempengaruhi rasa, hal tersebut juga dapat menginduksi terjadinya asma, menyebabkan timbulnya rasa panas, dan gangguan pada bagian abdomen, serta dapat merusak thiamin dalam tubuh.
Badan POM RI (2012), juga menyatakan paparan jangka pendek dapat menyebabkan iritasi, reaksi alergi, gatal, bersin, dan asma. Apabila tertelan dapat menyebabkan muntah, gangguan pencernaan, kesulitan bernafas, bersin, asma, gejala seperti orang mabuk, sedangkan pada paparan jangka panjang dapat mengakibatkan sesak pada paru (kongesti).
Dengan latar belakang tersebut, 5 mahasiswa dan mahasiswi Universitas Jenderal Soerdiman yang terdiri dari Kiki Faysh Fauzy, Eviyana mahasiswi Farmasi, Vivi Santoso, Durrotun Ekha An Nuur mahasiswi Biologi dan Hernandia Nurzaman mahasiswa Keperawatan membuat tablet effervescent sebagai fermentation inhibitor (pengawet alami) yang efektif, praktis, dan higienis sebagai solusi untuk mencegah terjadinya proses fermentasi yang dapat merusak gula kelapa.
Kiki Faysh Fauzy menyatakan pengawet alami Tablet Effervescent telah terbukti memiliki aktivitas menghambat perkembangan mikroorganisme. Pengujian telah dilakukan pada gula kelapa di desa Candinata, Kecamatan Kutasari, Purbalingga.
Selain itu, Durrotun Ekha An Nuur bersama dosen pembimbingnya, Dr. Purwanto,SP., MSc, menyatakan bahwa pengawet alami Tablet Effervescent ini yang didanai oleh Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia dalam ajang Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) akan segera dipatenkan. *
Penulis:
Kiki F
*Yuk tonton video menarik berikut ini:
**Ingin berbagi informasi dari dan untuk kita di Citizen6? Caranya bisa dibaca di sini
**Ingin berdiskusi tentang topik-topik menarik lainnya, yuk berbagi di Forum Liputan6