Liputan6.com, Jakarta - Anda pasti sering mendengar bagaimana sakitnya sebuah persalinan yang dialami oleh seorang wanita. Berkat kemajuan medis, wanita dapat melahirkan dengan rasa sakit yang minimal dengan bantuan anestesi seperti Epidural.
Baca Juga
Advertisement
Epidural diberikan ke tulang belakang untuk memblokir impuls yang menyebabkan rasa sakit selama persalinan. Tergantung pada dosisnya, ini dapat membuat Anda mati rasa sebagian atau sepenuhnya. Tapi efeknya biasanya hanya bertahan hingga dua jam.
Bagi banyak wanita, adalah normal merasakan sakit punggung di tempat kateter di mana obat disuntikkan. Sekitar 2 dari 100 wanita melaporkan sakit kepala yang parah setelah prosedur, tapi itu sebenarnya disebabkan oleh tusukan di tulang belakang dan nantinya juga hilang.
Namun dalam kasus yang dialami Amy Bright, efek samping itu terus mengganggunya 14 tahun setelah ia melahirkan putra bungsunya, Jacob. Alih-alih menikmati momen menjadi ibu, perempuan berusia 41 tahun itu merasakan sakit punggung luar biasa 2 bulan setelah operasi caesar di Rumah Sakit Naval di Jacksonville, Florida.
Amy menuturkan pada People.com bahwa selama beberapa tahun ia pergi ke dokter dan hanya diberikan resep obat penghilang rasa sakit dan obat merilekskan otot. Ia akhirnya didiagnosis dengan linu panggul karena menunjukkan gejala yang sama, seperti rasa sakit di punggung dan kaki kiri.
"Itu sampai pada titik yang rasanya seperti terbakar. Aku takut masa depanku berakhir di kursi roda karena kakiku semakin lemah," ujar Amy.
Jarum epidural yang tertinggal
Setelah lebih dari satu dekade hidup dengan rasa sakit yang parah, Amy akhirnya menjalani CT scan pada November 2017 dan hasilnya tak seperti yang diharapkan. Hasil pemindaian menunjukkan bahwa ada sebagian jarum dari epidural yang tertinggal di tulang belakangnya.
Meski akhirnya menemukan akar masalah, sayangnya dokter tak dapat berbuat banyak untuk membantunya. Amy mengaku kalau ia benar-benar takut, marah, dan kesal, setelah mengetahui staf rumah sakit tempat ia melahirkan bertanggung jawab atas hal tersebut.
"Setiap kali saya bergerak, membungkuk, berputar, tidur dan berjalan, jarum itu bergerak di dalam tulang belakang saya. Selama 14 tahun, itu telah menciptakan jaringan parut di tulang belakang tempat jarum itu bergerak. Saya amat marah," tambahnya.
Menurut pengacaranya, Sean Cronin, sekitar 3 cm jarum terperangkan di tulang belakang Amy dan sebagian besar terkubur di tulang belakangnya. Diketahui, jarum epidural biasanya memiliki panjang sekitar 9-10 cm sehingga seharusnya staf rumah sakit memastikan panjangnya.
"Menurut para ahli kami, mereka tahu kalau ini ada di dalam dirinya. Ujung yang tertinggal cukup panjang dan bahkan masih ada pengamannya!" tukas Sean.
Advertisement
Menuntut rumah sakit
Meski Amy bersyukur dokter mampu menentukan penyebab rasa sakitnya, prognosisnya tak terlihat baik. Ia diberitahu risiko kelumpuhan jika jarum itu diangkat. Seandainya pihak rumah sakit segera mengangkatnya setelah kesalahan itu terjadi, ia pasti baik-baik saja. Kini Amy harus mencari alternatif.
"Aku tak tahu bagaimana masa depanku. Aku sangat takut," ujar Amy.
Wanita itu mengaku kalau ia mencoba menjalani pengobatan terapi selama ia mampu. Tapi yang pasti, meski mereka amat marah, Amy dan suaminya berusaha tak memperlihatkannya di depan anak-anak mereka.
Amy telah mengajukan keluhan terhadap rumah sakit dan berencana mengajukan gugatan. Ia menuduh rumah sakit itu melakukan malapraktek dan penipuan, mengklaim bahwa mereka sebenarnya tahu jarum itu tertinggal tapi tak melakukan apapun.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini: