Liputan6.com, Jakarta - Di kota-kota besar, terdapat aturan melarang memberi pengemis uang. Hal ini dikarenakan hal tersebut dapat mengganggu ketertiban umum. Terlebih seringkali, mereka yang mengemis sebenarnya memiliki kemampuan untuk bekerja atau harta berlimpah. Tapi memilih untuk mendapatkan uang dengan cara mudah yaitu mengemis.
Baca Juga
Advertisement
Hal tersebut berlaku di mana-mana, termasuk di Tiongkok. Seorang lansia berusia 79 tahun menghabiskan waktunya untuk mengemis di stasiun kereta api di Hanghzhou.
Nyatanya, nenek tersebut memiliki rumah lima lantai. Bahkan, nenek yang tak disebutkan identitasnya itu juga diketahui memiliki beberapa toko dan properti yang disewakan di kota asalnya.
Dilansir dari Nypost, awalnya nenek itu menjual peta di area stasiun. Namun karena dianggap membuat kondisi semakin ricuh, manajemen kereta api melarangnya berjualan.
Bukannya pergi, si nenek malah nekat mengemis di sana dari pukuul 10 pagi sampai 8 malam. Beberapa sumber menyebutkan ia bisa mendapatkan uang hingga 300 yuan per hati atau sekitar Rp 650 ribu lebih. Kisah nenek kaya itu ramai dibicarakan sejak petugas stasiun kereta api Hangzhou menyerukan agar publik tidak memberi nenek itu uang.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Selanjutnya
Dalam satu kesempatan, anak laki-laki si nenek yang diwawancarai wartawan mengatakan bahwa keluarganya sebenarnya cukup berada. Tapi entah mengapa, ibunya itu lebih suka mengemis di luar.
"Ia tak peduli dengan reputasinya, tapi kami peduli. Saya membuatkan dia makanan lezat setiap hari, tapi ia bersikeras pergi mengemis," kata laki-laki itu.
Dalam upaya untuk mencegah ibunya betah mengemis, anak si nenek membagikan foto ibunya di media sosial dan memberi tahu orang-orang untuk tidak memberi uang jika melihat ibunya mengemis. Tapi usaha itu tak terlalu berhasil.
Banyak orang yang resah dengan sikap si nenek karena menganggap dia menipu publik. Tapi di sisi lain, ada beberapa pihak yang membela si nenek dengan alasan mungkin wanita itu merasa kesepian dan bosan di rumah.
Reporter: Syifa Fauziah
Sumber: Brilio.net
Advertisement