Ahli: Otak Para Pemain Gim Pokemon Beda dari Orang Biasa

Temuan ini menemukan perbedaan otak para pemain gim Pokemon dibanding mereka yang tidak.

oleh Sulung Lahitani diperbarui 10 Mei 2019, 12:03 WIB
Diterbitkan 10 Mei 2019, 12:03 WIB
Pokemon Let's Go
Pokemon Let's Go Eevee dan Pikachu tembus rekor penjualan gim di Nintendo Switch. (Doc: Nintendo Switch)

Liputan6.com, Jakarta - Para ilmuwan baru-baru ini menemukan bahwa anak-anak yang tumbuh dengan bermain gim Pokemon, mungkin memiliki otak yang sedikit berbeda.

Para peneliti dari UC Berkley dan Stanford menemukan bahwa mereka yang memainkan cukup banyak video gim Pokemon di masa kecil, telah mengembangkan wilayah otak yang berisi pemicu memori untuk karakter-karakter Pokemon. Hasil penelitian tersebut diterbitkan di Nature awal pekan ini.

Penelitian tersebu melibatkan 11 pemain Pokemon "berpengalaman" serta 11 pemain "pemula." Grup yang ditandai sebagai berpengalaman adalah mereka yang mulai bermain gim Pokemon sekitar usia 508 tahun, berhenti, kemudian kembali bermain ketika dewasa.

Ilustrasi Pokemon Bulbasaur (Sumber: pokemon.fandom.com)
Ilustrasi Pokemon Bulbasaur (Sumber: pokemon.fandom.com)

Sementara anggota dari kelompok pemula adalah mereka yang baru diperkenalkan dengan gim Pokemon setelah populer baru-baru ini. Kedua kelompok tersebut menjadi sasaran pemindaian MRI sambil diberi tes gambar-gambar karakter Pokemon yang dicampur dengan gambar binatang lainnya.

Tim peneliti yang dipimpin oleh Jesse Gomez, mengamati bagian otak yang disebut sulkus occipitotemporal pada pemain berpengalaman ketika mereka diminta untuk merespons gambar karakter Pokemon. Sementara itu, pada mereka golongan pemula, tidak menunjukkan reaksi terhadap foto-foto tersebut.

"Kami menemukan perbedaan besar antara orang-orang yang memainkan Pokemon di masa kecil mereka dibanding dengan yang tidak," kata Gomez seperti dikutip dari Nextshark.com.

 

Memori karakter Pokemon yang muncul kembali

Pokemon
Tampilan gim Let's Go Pikachu di Nintendo Switch (sumber: nintendo everything)

Lebih jauh, ia melanjutkan bahwa para pemain Pokemon berpengalaman tidak hanya mengembangkan representasi otak yang unik untuk Pokemon dalam korteks visual. Tapi juga bahwa lokasi respons terhadap karakter-karakter Pokemon tersebut di otak, terjadi secara konsisten di antara mereka.

Berdasarkan temuan, paparan berulang dari suatu objek dapat meninggalkan jejak memori yang langgeng di otak manusia. Namun, jalur ini bergantung pada pemicu untuk muncul kembali.

Dalam penelitian tersebut, pemicu yang digunakan adalah permainan Pokemon di Nintendo Game Boy. Menariknya, penelitian tersebut berangkat dari pengalaman Gomez sendiri.

"Saya menghabiskan waktu bermain Pokemon sebanyak waktu saya membaca dan lainnya. Setidaknya itu saya lakukan selama beberapa tahun ketika saya berusia enam dan tujuh tahun," pungkasnya.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya