Liputan6.com, Jakarta Populasi Elang Bondol di Tanah Air kian menurun. Hewan endemik dengan ciri khas warna putih pada kepala hingga sebagian dada ini, terancam punah, bahkan sudah jarang terlihat di Kepulauan Seribu. Oleh karena itu, Elang Bondol menjadi hewan endemik yang dilindungi UU No.5 Tahun 1990 dan diatur dalam PP No.106 Tahun 2018.
Baca Juga
Advertisement
PT Pertamina pun terus berkomitmen untuk menjaga kelestarian hewan yang menjadi maskot kota DKI Jakarta tersebut. Pada tahun 2017, PT Pertamina (Persero) turut menggandeng lembaga Jakarta Animal Aid Network (JAAN) untuk menjaga populasi Elang Bondol.
JAAN sendiri telah melakukan konservasi Elang Bondol sejak tahun 2005. Program yang dilakukan yakni Sanctuary (suaka) bagi Elang Bondol, dengan kondisi fisik beragam.
Melalui Terminal BBM Jakarta Group, Pertamina mendukung konservasi satwa yang dijuluki ‘layang-layang sang Brahma’ dengan menyokong dana perawatan hingga lebih dari Rp 1 miliar hingga saat ini. Sebagiannya merupakan dana yang dihimpun dari pendaftaran kegiatan Ecorun 2018, sebesar lebih dari Rp 500 juta.
Unit Manager Communication Relation & CSR Pertamina, Dewi Sri Utami, menjelaskan bahwa bantuan Pertamina diwujudkan dalam beberapa kegiatan diantaranya renovasi kandang elang, pembangunan gapura (pintu masuk) “Pusat Sanctuary Elang Bondol”, dan perawatan.
“Komitmen kami terhadap pelestarian maskot ibukota Jakarta Elang Bondol masih berlanjut hingga saat ini, sebagai wujud kepedulian kami terhadap keberlanjutan lingkungan dan rantai makanan,” ujar Dewi.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Konservasi dibagi beberapa bagian
Untuk menuju tempat konservasi di Pulau Kotok, harus menempuh perjalanan sekitar 60 menit menggunakan kapal cepat dari penyebarangan di dermaga Marina Ancol ke dermaga Pulau Kotok.
Setibanya di pulau, pengunjung akan disambut dengan kandang raksasa bertuliskan "Sanctuary" yakni kandang berisi beberapa Elang Bondol yang ‘cacat’ sehingga tidak bisa dilepasliarkan lagi.
Menurut Benvika, pengurus JAAN, didalam kandang tersebut, Elang Bondol mengalami patah sayap sehingga tidak bisa terbang, atau matanya luka karena terkena jaring penangkap burung.
“Elang ini sitaan dari BKSDA (Balai Konservasi Sumber Daya Alam) yang melalukan operasi di beberapa daerah. Mereka dipelihara manusia di dalam sangkar yang sempit, sehingga berisiko sayap patah. Bahkan dengan menjadi binatang peliharaan, membuat Elang Bondol kehilangan nalurinya menangkap ikan hidup,” jelas Benvika.
Karena hal tersebut, konservasi Elang Bondol di Pulau Kotok dibagi dalam beberapa bagian. Bagian pertama adalah kelompok treatment 1 yakni Elang Bondol yang dalam kondisi baik. Ditempatkan dalam kandang besar dan diberikan pakan ikan mati di dalam kolam buatan. Perlahan Elang dalam kondisi baik ini akan mulai mencoba pakan ikan hidup untuk merangsang naluri Elang berburu ikan. Hal ini berguna saat nantinya dilepas ke alam bebas.
Jika lulus maka Elang Bondol akan masuk dalam kelompok treatment 2. Di kelas ini, Elang Bondol sudah mulai agresif dan akan diberikan pakan ikan hidup serta akan dipisah satu sama lain. Selanjutnya Elang Bondol akan dibawa ke kelompok SOS 2 atau tempat sosialisasi.
Di dalam area SOS 2, tidak boleh terdengar suara manusia, atau kegaduhan. Karena di tempat kandang semi terbuka ini, Elang Bondol di ‘tes’ kemampuannya hidup mandiri, untuk selanjutnya dilepasliarkan.
Advertisement
Gandeng milenial
Sayangnya tidak semua orang bisa mengunjungi pusat konservasi Elang Bondol tersebut. Hal ini lantaran harus seijin BKSDA DKI Jakarta dan JAAN, selaku lembaga yang menangani perawatan unggas maskot Jakarta tersebut.
Meski begitu untuk mendukung pengenalan satwa langka ini Pertamina dan JAAN akan menggelar program Sahabat Semata, yakni mengajak Duta Elang Bondol untuk datang dan melihat langsung habitat Elang di Pulau Kotok.
Duta Elang Bondol merupakan pelajar SMA dan Universitas di DKI Jakarta. Nantinya mereka akan menjadi motor penggerak pengenalan Satwa Maskot Jakarta kepada teman-teman maupun komunitas milenial.