Sejarah Tedak Siten, Tradisi Adat Jawa yang Baru Dijalani Ameena Anak Aurel dan Atta Halilintar

Masih banyak yang belum mengetahui sejarah dari munculnya tradisi tedak siten yang baru dijalani Ameena. Berikut penjelasannya.

oleh Camelia diperbarui 27 Sep 2022, 07:29 WIB
Diterbitkan 26 Sep 2022, 17:00 WIB
[Fimela] Tedak Siten Ameena
(Instagram/attahalilintar)

Liputan6.com, Jakarta Anak pertama pasangan selebriti Aurel Hermansyah dan Atta Halilintar, Hanna Nur Atta, baru saja menjalani prosesi upacara tedak siten 7 bulanan pada Minggu (25/09/2022) kemarin. Acara yang berlangsung dengan khidmat tersebut  disiarkan di televisi. 

Dalam acara tersebut ada beberapa rangkaian yang harus dilakukan Ameena Atta. Seperti dimasukkan dalam kurungan ayam dan memilih beberapa benda yang telah dipersiapkan. 

Tedak siten sendiri merupakan budaya yang turun temurun dilakukan oleh masyarakat Jawa untuk bayi yang berusia tujuh bulan. Acara tersebut juga disebut sebagai upacara turun tanah. Pasalnya kata tedhak yang artinya turun dan siti (siten) yang artinya tanah. Sehingga, upacara ini juga disebut dengan istilah upacara turun tanah.

Dikutip dari laman kemdikbud.go.id, tedak siten adalah upacara daur hidup yang dilakukan oleh masyarakat Jawa untuk memperingati seorang anak (bayi) yang telah berusia sekitar tujuh lapan atau delapan bulan. Meski begitu masih banyak yang belum mengetahui sebenarnya seperti apasih sejarah dari munculnya tradisi tersebut? Berikut penjelasannya.

Sejarah Tradisi Tedak Siten

Baby Ameena
Baby Ameena saat melakukan tedak siten yang dibimbing oleh ayah dan ibunya. (Foto: Instagram/ attahalilintar)

Tedak siten merupakan salah satu tradisi yang bersifat ritual dalam masyarakat Jawa yang terkait dengan lingkaran kehidupan manusia. Tradisi ini dilaksanakan pada saat seseorang anak (bayi) pertama kali menginjakkan kakinya ke tanah.

Sebagai sebuah tradisi, tidak dapat diketahui dengan pasti siapa yang pertama kali melaksanakan upacara ini. Namun yang jelas, bahwa tradisi ini telah berlangsung secara turun temurun dalam kehidupan masyarakat pendukungnya. Para Leluhur melaksanakan upacara ini sebagai bentuk penghormatan kepada bumi tempat si anak mulai belajar menginjakkan kakinya ke tanah dengan diiringi doa-doa dari orangtua dan para sesepuh.

Tedak siten juga dapat dilihat sebagai bentuk pengharapan orang tua terhadap buah hatinya agar si anak kelak siap dan sukses menapaki kehidupan yang penuh dengan rintangan dan hambatan dengan bimbingan orang tuanya. Selain itu, juga sebagai wujud penghormatan terhadap siti (bumi) yang merupakan sumber kesucian sekaligus sumber kehidupan yang memberi banyak hal dalam kehidupan manusia.

Setidaknya ada sekitar 41,7% penduduk Indonesia yang berasal dari suku Jawa dan merupakan suku yang jumlahnya terbesar di Indonesia. Mereka menempati wilayah mulai dari Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Pada umumnya mereka masih taat melaksanakan berbagai tradisi warisan para leluhurnya. Oleh karena itu, persebaran tradisi Tedhak siten mencakup tiga wilayah tersebut.

Tahapan Tedak Siten

Atta Halilintar dan Aurel Hermansyah mendampingi putri mereka Ameena Hanna Nur Atta menjalani upacara Tedak Siten di acara 7 bulanan. (Foto: Indosiar/Vidio)
Atta Halilintar dan Aurel Hermansyah mendampingi putri mereka Ameena Hanna Nur Atta menjalani upacara Tedak Siten di acara 7 bulanan. (Foto: Indosiar/Vidio)

Pelaksanaan upacara Tedhak Siten dapat dibagi menjadi tujuh (7) tahapan, yaitu:

1. Tetahan dan Menginjak Jadah tujuh warna;

2. Naik dan turun tangga dari tebu Wulung;

3. Ceker-ceker untuk berjalan di atas onggokan pasir;

4. Masuk ke dalam kurungan;

5. Menyebar Undhik-undhik (uang);

6. Dibersihkan dengan air siraman; dan

7. Didandani dengan pakaian yang bersih.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya