Liputan6.com, Jakarta - Mantan kontestan Asia's Next Top Model Clara Sutantio mengaku pernah mengalami toxic relationship saat berpacaran dengan mantan kekasih. Pengalaman pahit tersebut ini Clara bagikan melalui akun Instagram pribadinya.
Dalam unggahan tersebut, Clara Asia's Next Top Model menyebut, jatuh cinta seharusnya menjadi hal yang membahagiakan karena cinta dapat membuat seseorang merasa berharga dan diinginkan. Sayangnya, ia merasa hal tersebut tidak terjadi kepadanya.
Clara menyebut pasangan yang dicintainya seharusnya merupakan seseorang yang juga mencintai dan menjaganya. Namun sangat disayangkan bahwa Clara menghadapi kekerasan secara verbal, mental, dan fisik dalam hubungan dengan kekasih.
Advertisement
Baca Juga
Dalam Instagram Story-nya, Clara membagikan pengalaman kekerasan dalam pacaran yang ia alami. Clara menceritakan bahwa pasangannya awalnya bersikap baik-baik saja, tetapi ia merasa aneh ketika pasangannya mabuk dan berhalusinasi mengenai hal yang tidak pernah terjadi.
Ia melanjutkan, sehari setelah mereka melangsungkan acara, mereka sedang menunggu driver untuk menjemput mereka. Selagi menunggu, Clara menyampaikan bahwa pasangannya membelikannya bunga. Tetapi selanjutnya pasangannya tiba-tiba meneriaki Clara dan mengatakan bahwa Clara mengatai dirinya miskin.
“I’m so shocked about that, that I started asking to everyone ‘did I say that’ and everyone said no. he is just drunk (Aku sangat syok tentang itu dan mulai bertanya kepada orang lain apakah aku berbicara seperti itu, dan mereka bilang “tidak”. Dia hanya mabuk),” tutur Clara dalam posting-annya.
Momen mabuknya semakin parah dan Clara Sutantio mulai dituduh bahwa ia berselingkuh, padahal hal tersebut tidak pernah terjadi. Di sinilah pasangannya mulai melakukan kekerasan kepada Clara dengan menjambak rambut, membenturkan kepala, hingga memukul beberapa bagian tubuh Clara.
Perlunya Mengatasi Konflik dalam Hubungan
Dilansir Choosing Therapy, Rabu (12/10/2022), konflik merupakan hal yang normal dalam hubungan. Bahkan, konflik diperlukan karena dapat membantu pasangan untuk lebih terhubung dan saling mengenal, dengan syarat jika kita menanganinya dengan cara yang sehat.
Laporan dari Choosing Therapy juga menyatakan bahwa konflik yang tidak sehat dapat menimbulkan jarak, diskoneksi hubungan, hingga ketidakbahagiaan.
Adapun disebutkan Debbi Carberry, konflik dalam hubungan berkisar dari gangguan kecil hingga pertengkaran yang signifikan dan kritis tentang kebutuhan, keinginan, preferensi, minat, pendapat, keyakinan, dan nilai-nilai.
Jika penyebab yang mendasari konflik tidak diatasi, maka hal itu dapat menyebabkan kebencian, frustrasi yang berkelanjutan, dan akhirnya pelepasan emosional dari salah satu atau kedua pasangan.
Advertisement
Dukungan Clara Tan Kepada Korban Toxic Relationship
Dalam postingan Instagram yang diunggahnya, Clara juga menyampaikan bahwa setiap hubungan memiliki kelebihan dan tantangannya sendiri. Tetapi, tetap kekerasan fisik bukanlah hal yang dapat diterima, baik dari pria ke wanita atau sebaliknya.
Clara menyampaikan bahwa ia membagikan kisahnya untuk mendorong seseorang yang juga mengalami kekerasan atau pelecehan fisik untuk dapat membela diri dan memberanikan keluar dari toxic relationship. Ia juga menggalang dukungan kepada korban untuk melaporkan tindakan semacam ini kepada pihak berwenang.
Diakhir unggahannya pun diakhiri dengan pelaporan tindak pelecehan atau kekerasan seksual untuk menghubungi SAPA 129 yang merupakan Layanan Sahabat Perempuan dan Anak dengan Hotline : 021-129 dan no WA : +628111129129.
Cara Menghadapi Toxic Relationship
Dilansir Very Well Mind, meskipun tidak semua toxic relationship dapat dihindari, terutama di antara rekan kerja atau anggota keluarga, toxic relationship dapat dikelola dengan batasan-batasan yang sehat, perawatan diri, dan kesadaran.
Tahapan untuk mengatasi toxic relationship, yakni:
1. Bicaralah dengan orang lain tentang apa yang dialami, bersikaplah tegas tentang kebutuhan dan perasaan dengan bertanggung jawab atas situasi yang sedang dihadapi.
2. Diskusikan dengan pasangan mengenai masalah yang muncul dan putuskan bersama untuk memastikan kebutuhan masing-masing.
3. Evaluasi kembali hubungan bersama dan batasi waktu apabila muncul perasaan frustasi atau ketidakbahagiaan.
4. Apabila ingin berbicara mengenai kekhawatiran dalam hubungan, gunakan pernyataan “saya merasa” untuk menggambarkan perasaan dan emosi.
5. Sadar bahwa toxic people tidak memiliki keinginan untuk berubah, terutama bagi mereka yang kurang memiliki kesadaran diri atau keterampilan sosial.
Advertisement