Liputan6.com, Jakarta - Sekarang belanja baju bekas yang biasa disebut thrifting jadi kegemaran anak muda. Banyak anak muda sekarang suka dengan barang-barang thrifting karena memang unik dan mampu membuat tampilan beda. Bahkan seolah membawa kita ke tahun 90-an.
Istilah thrift shopping berasal dari Bahasa Inggris, di mana thrift artinya kegiatan mengurangi pemborosan keuangan. Sedangkan shopping adalah kegiatan membeli barang. Jadi thrifting bertujuan untuk penghematan dan biaya yang dikeluarkan sekecil mungkin.
Mengutip laman Time, Selasa (25/10/22), sejarah thrift shop sendiri sebenarnya sudah ada sejak dulu, yaitu sekitar tahun 1760-1840-an. Revolusi industri pada abad ke-19 membentuk suatu budaya, yaitu mass-production of clothing yang membuat pakaian menjadi sangat murah dan membuat orang dengan mudah membuang pakaiannya.
Advertisement
Adapun di Inggris tren pakaian bekas sudah muncul sekitar era 1980-1990-an, sedangkan di Amerika Serikat setiap tanggal 17 Agustus diperingati sebagai National Thrift Store Day. Pada hari itu, toko-toko akan memberikan diskon besar-besaran.
Dibanding belanja pakaian yang baru, thrifting dianggap lebih bermanfaat. Mengutip Life Hack, manfaat thrifting diantaranya adalah pembeli bisa mendapatkan barang yang unik dan tidak pasaran, bisa menjelajahi beragam gaya, dan juga mengeluarkan biaya sedikit.
Sejalan dengan informasi tentang manfaat thrifting di atas, Khairiyyah Sari, pengamat sekaligus konsultan fashion juga berpandangan serupa.
"Thrifting ini identik dengan barang bekas, semacam pakaian bekas, furniture bekas. Thrifting kegiatan membeli barang bekas," ucap Sari yang juga merupakan Founder & Creative Director Booka Lingerie
Melihat sekarang thrifting jadi hobi anak muda, Sari mengaku senang dan mengatakan keuangan adalah salah satu faktornya.
“Menurut saya, tidak punya uang sih. Terlebih yang belum kerja dan uang dari orang tua, kan sangat sayang membeli baju dengan harga mahal. Sehingga thrift jadi salah satu alternatif, yang saya lihat begitu,” katanya.
Perbedaan Thrifting Zaman Dulu dan Sekarang
Terkait thrifting sendiri ternyata ada perbedaan bagi orang jaman dulu dan sekarang. Sari mengatakan zaman dulu thrifting adalah sesuatu yang sangat gengsi orang lakukan. Bagi mereka membeli barang bekas orang lain adalah hal yang memalukan, terkhusus bagi wilayah Asia seperti Singapura.
Namun, lain lagi dengan mereka yang memahami dunia fashion, mereka justru menganggap thrifting sebagai hal yang memiliki kesenangannya sendiri.
“Biasanya kalau nge-thrift itu kita harus mengobok-obok barangnya, dan buat aku, asik aja dengan itu, di mana tau-tau dapat Dior dan dengan pakaian yang modelnya unik-unik”, ucap Sari.
Melihat perkembangan zaman, tidak hanya di Eropa, di Asia, termasuk Indonesia thrifting sudah menjadi hal yang biasa dan lumrah.
Melihat thrifting jadi hobi anak muda jaman sekarang, Sari merasa senang dan membandingkan dengan jaman dirinya dulu.
“Kita dulu beli barang bekas, dilarang sama orang tua karena takut, namanya pakaian bekas orang gitu kan. Katanya ada bakteri atau penyakit dari orang yang sebelumnya, takut tertular," katanya.
“Ngeliat sekarang anak-anak muda ngga malu belanja nge-thrift dan pakai pakaian bekas sudah jadi hal yang tidak lagi dianggap buruk, keren sih," ujarnya, menambahkan.
Advertisement
Thrifting Punya Keuntungan dan Manfaat
Sari juga menjelaskan, bahwa thrifting itu memiliki manfaat yang bagus. Berikut manfaat thrifting, menurutnya:
1. Menjadi ide dan sumber pengetahuan tentang bagaimana bentuk pakaian zaman dulu tahun 90-an yang tentunya sekarang sulit ditemui.
“Kalau orang fashion sejujurnya nge-thrift itu bukan melihat merek tapi desain. Bahkan desainer sendiri, melihat ide desain dari thrift, tentang bagaimana sih model baju tahun 90-an dulu, kami lebih ke (melihat) desain sebetulnya," ujar Sari.
2. Menghemat uang
Kemungkinan thrifting menjadi pilihan anak muda sekarang sebab tidak memiliki duit yang cukup untuk membeli barang branded atau bermerek dengan harga yang mahal, sekali pun bisa, tapi sayang bagi mereka.
"Nah, dengan adanya thrifting ini justru bisa dapat itu dengan harga murah," katanya.
3. Bagus untuk bumi
Tren fashion ini tentunya berganti, seringkali terlalu cepat usai. Maka, memilih untuk berbelanja barang bekas akan mengurangi limbah secara signifikan, karena lebih sedikit pakaian yang perlu diproduksi.
Lebih sedikit pakaian, berarti lebih sedikit tekstil dan kain yang akan berakhir di tumpukan tempat pembuangan sampah.
"Dengan thrifting ini kan mengurangi pakaian yang sudah tidak dipakai untuk dibuang, namun justru bisa dipergunakan kembali," ujarnya.
Tegas! Ini Alasan Mendag Larang Impor Pakaian Bekas hingga Dimusnahkan
Terlepas dari manfaat yang didapatkan dari thrift shop, sebelumnya, Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan melakukan gebrakan baru terkait penjualan pakaian bekas di Tanah Air.
Mengawali ‘Gerakan Jumat Bersih’, Kementerian Perdagangan melakukan pemusnahan secara simbolis 750 bal pakaian bekas yang diduga asal impor senilai Rp 8,5 miliar-Rp 9 miliar. Aksi pemusnahan ini berlangsung pada Jumat (12/8/2022) kemarin di kawasan pergudangan Gracia di Kabupaten Karawang, Jawa Barat.
"Pemusnahan 750 bal pakaian bekas yang diduga asal impor dengan nilai mencapai Rp 8,5 miliar ini merupakan tindak lanjut pengawasan terhadap perdagangan dan impor pakaian bekas yang kami lakukan secara berkelanjutan. Ini juga sebagai bentuk respons kami atas semakin maraknya perdagangan pakaian bekas yang diduga asal impor melalui transaksi daring maupun luring,” tegas Mendag Zulkifli Hasan, dikutip Sabtu (13/8/2022).
Mendag Zulkifli Hasan menekankan, pemusnahan ini merupakan salah satu bentuk komitmen Kementerian Perdagangan dalam proses pengawasan dan penegakan hukum terkait dengan pelanggaran di bidang perdagangan dan perlindungan konsumen.
Advertisement