Liputan6.com, Jakarta Sebagai makhluk sosial, manusia memiliki kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang lain. Tak hanya keluarga, dalam kehidupan sehari-hari kita juga perlu untuk berinteraksi dengan teman, saudara dan kerabat lainnya.Â
Tak bisa dipungkiri, yang membuat kita mampu bertahan untuk mencapai tujuan hidup karena adanya dukungan. Dari youtube Analisa chanel, Analisa Widyaningrum, seorang Psikolog Klinis akan membahas terkait support system. Support system sendiri dikatakan merupakan relasi atau hubungan yang mendorong seseorang ke keadaan yang lebih baik.
Baca Juga
"Support system ini akan terasa manfaatnya ketika kita sedang tidak baik-baik saja dan terpuruk," ucap psikolog Analisa.
Advertisement
Analisa juga mengatakan bahwa dalam krisis, seseorang biasanya mengalami yang namanya kehilangan arah dan membutuhkan sebuah motivasi.Â
"Di sini support system hadir untuk mengingatkan kita ke mana seharusnya kita melanjutkan hidup kita dan apa yang akan kita tuju ke depannya," tuturnya.
Bahkan, support system ini sesuatu yang bisa kita cari. Meskipun begitu, Analisa mengatakan bahwa banyak orang yang merasa tidak memiliki orang terdekat, dan kesulitan mencari support system itu.
"Ada yang bertanya kalau kita mau cari, cari ke mana ya mba Ana? Karena aku tuh merasa ngga punya teman, enggak ada orang terdekat," ucapnya.
Sehingga, Analisa mengatakan dalam proses penyembuhan dari luka masa lalu atau trauma, ada dan tidaknya support system bisa mempengaruhi fisik maupun mental jika tidak mendapatkan dukungan dari orang terdekat. Nah saat mengalami krisis inilah kita membutuhkan orang-orang ini, lantas siapa mereka?
1. Orang yang tulus membantu tanpa kita minta
Support system ini terdiri dari orang-orang yang dengan tulus membantu tanpa kita minta. Analisa mengatakan mereka ini selalu hadir dalam suka dan duka, meskipun kadang-kadang orang ini seringkali dilupakan.
"Tetapi mereka akan selalu ada di dalam tempat yang sama," ucapnya.
Kemudian, Psikolog Analisa juga menuturkan bahwa situasi pandemi saat ini juga menjadi cara kita untuk melihat lagi siapa orang-orang yang ada dalam circle positif kita.
"Sebab support system orang-orang positif inilah yang akan membuat kita merasa paling aman dan nyaman, ibarat ruangan VIP di mana kita tidak perlu menjadi orang lain, tidak perlu merasa harus menutupi diri kita yang tidak ingin kita tunjukkan kepada siapapun," tuturnya.
Â
Advertisement
2. Support system tidak selalu harus berasal dari keluarga
Analisa mengatakan bahwa support system ini tidak selalu dari keluarga, tetapi meski begitu kenyataan yang paling banyak memang dari keluarga sendiri.
"Karena enggak pernah ada ikatan keluarga yang punya niat untuk tidak baik terhadap anggota keluarga yang lain," tuturnya.
Adapun persoalan teman dekat untuk menjadi support system, psikolog Analisa menyarankan untuk kita lebih melihat lagi.
"Untuk kita melihat orang-orang yang dekat dengan kita, tapi ternyata dia adalah toxic yang mungkin karena seiring berjalannya waktu orang-orang ini tumbuh dan memiliki kehidupan masing-masing yang berbeda," tuturnya.
"Kita punya ekspetasi untuk mendapatkan dukungan dari mereka tetapi ternyata mereka sudah menjadi toxic dan berada di dalam circle 2 kita," ucap Analisa menambahkan.
Apa yang harus dilakukan untuk circle toxic itu?
Analisa menyatakan jika orang-orang di circle satu atau dua kita sudah toxic, disitu saatnya kita cari bantuan tenaga profesional.
"Atau mungkin teman-teman bisa membuat circle baru, be open mind, be open terhadap pertemanan baru," ucapnya.
Meskipun begitu Analisa mengingatkan untuk tetap harus hati-hati jangan sampai kebablasan.
"Artinya coba lihat lagi circle terdekat kita, jangan-jangan saking kita fokus membuat circle yang baru, kita melupakan orang-orang terdekat yang sudah menjadi support system kita," tuturnya.
Terakhir Analisa menyarankan untuk coba refleksikan kembali apa tujuan kita, untuk siapa kita bekerja, untuk siapa kita melanjutkan hidup dan mengapa kita punya alasan untuk bertahan dalam situasi dan kondisi yang tidak nyaman.
Â
Advertisement