Liputan6.com, Jakarta - Rasa sakit merupakan hal yang rumit, sebab ini sering kali dianggap subjektif dan tergantung pada ambang rasa sakit seorang individu. Rasa sakit ketika membuat tato atau melahirkan masih diperdebatkan tingkatannya, namun ada beberapa kondisi kesehatan atau penyakit tertentu yang tak dapat dimungkiri sangat menyiksa.
Mengutip situs Independent UK (5/12/2022), Lembaga Kesehatan Inggris NHS menyebut ada 20 kondisi yang digolongkan sebagai bentuk rasa sakit yang sangat melumpuhkan. Ke-20 kondisi ini diklaim dapat mencegah seseorang menjalani tugasnya sehari-hari.
Baca Juga
Rasa sakit ini sebagian sudah dikenal oleh umum, seperti patah tulang rusuk, batu ginjal, sampai penyakit asam urat yang kurang dikenal tetapi bisa menyebabkan penderitaan neuralgia trigeminal. Neuralgia trigeminal merupakan kondisi pemicu nyeri yang kurang dikenal dan biasa digambarkan seperti sebuah sengatan listrik yang menjalar melalui wajah.
Advertisement
NHS menyebutkan bahwa bahu beku (frozen shoulder) juga termasuk sebagai salah satu rasa nyeri terburuk yang bisa diderita manusia. Bahu beku adalah suatu kondisi ketika persendian menjadi sangat kencang sehingga membuat penderitanya kesulitan untuk mengangkat lengan mereka. Jika tidak segera ditangani, kondisi ini dapat berlangsung selama beberapa tahun.
Selain itu, ada juga endometriosis. Endometriosis digambarkan sebagai kondisi ginekologi yang melemahkan. Kondisi ini terjadi saat sebuah jaringan yang mirip dengan jaringan pelapis bagian dalam rahin ditemukan di tempat selain di dalam tubuh. Kondisi ini diperkirakan terjadi pada satu dari 10 wanita di seluruh dunia.
Butuh waktu rata-rata sekitar 7,5 tahun untuk mendiagnosa endometriosis. Waktu tersebut, dari saat wanita mengalami rasa sakit umum, nyeri panggul, nyeri haid, dan nyeri saat berhubungan seks serta masalah terkait kesuburan.
20 Kondisi Rasa Sakit Paling Parah
Berdasarkan daftar dari NHS, kondisi-kondisi di bawah menyebabkan rasa sakit yang terparah. Beberapa kondisi tersebut seperti artritis, radang usus buntu, dan migrain.
Tanpa diurutkan dari rasa sakit yang paling parah, berikut kondisi-kondisi lainnya yang memberikan rasa sakit yang sulit dibendung.
1. Herpes zoster
2. Sakit kepala cluster
3. Bahu beku (frozen shoulder)
4. Patah tulang
5. Sindrom nyeri regional kompleks (CRPS)
6. Serangan jantung
7. Slip disc atau PID
8. Anemia sel sabit
9. Radang sendi
10. Migrain
11. Skiatika
12. Batu ginjal
13. Radang usus buntu
14. Neuralgia trigeminal
15. Pankeatitis akut
16. Asam urat
17. Endometriosis
18. Tukak lambung
19. Fibromyalgia
20. Rasa nyeri pasca-operasi
Advertisement
Cara Mengatasi Rasa Sakit Kronis
Ketika menghadapi rasa sakit yang kronis, berolahraga dan terus bekerja dapat menjadi kunci untuk mengelola rasa sakit yang terus-menerus. Kebanyakan orang akan memilih untuk berbaring dan beristirahat di tempat tidur saat mereka sakit. Namun, berbaring dalam waktu yang lama dapat menyebabkan nyeri punggung.
Nyatanya kurang beraktivitas membuat seseorang memiliki tubuh yang kaku. Selain itu kurang tidur juga membuat otot dan tulang lebih lemah. Dampak lain dari kurang tidur adalah merasa kesepian dan depresi, merasakan rasa nyeri yang buruk, hingga menghambat orang untuk melakukan aktivitas lainnya.
Salah satu pendekatan yang bisa dilakukan untuk mengurangi rasa sakit adalah dengan berolahraga. Terapi fisik dan minum obat penghilang rasa sakit juga bisa mengurangi rasa sakit.Â
Berkaitan dengan olahraga, kita bisa melakukan hal-hal sederhana seperti berjalan-jalan, berenang, bersepeda keliling lingkungan rumah, menari, hingga melakukan yoga atau pilates.
Satuan untuk Mengukur Rasa Sakit
Bicara tentang rasa sakit, ada satuan untuk mengukur rasa sakit, yakni dol. Istilah dol dicetuskan oleh James Hardy bersama rekan-rekan penelitiannya, Herbert Wolff dan Helen Goodell di Cornell University. Mereka merupakan perintis dari penelitian mengenai rasa sakit.
Hardy, Wolff, dan Goodell memanfaatkan panas radiasi yang dikalibrasi secara tepat yang diarahkan ke dahi atau tangan subjek eksperimen yang sudah terlatih.
Mereka akan meminta subjek untuk melaporkan setiap perbedaan yang terlihat dalam intensitas rasa sakit yang mereka alami dan membuat grafik tanggapan menggunakan "dol".
Dalam hal ini, satu dol sama besarnya dengan dua "perbedaan yang terlihat". Grafik ini menunjukkan bahwa analgesik memiliki efektivitas yang berbeda dalam menghilangkan rasa sakit.
Advertisement