Liputan6.com, Jakarta - Mayoritas orang akan mengalami rasa senang yang bergejolak saat mendengarkan musik yang mereka sukai. Kondisi ini pun telah dibuktikan melalui studi baru-baru ini yang meneliti lebih lanjut terkait fenomena ini, untuk menunjukkan bagaimana musik mengaktifkan pusat kesenangan dalam otak.
Peristiwa ini kemudian menimbulkan pertanyaan tentang peran musik dalam evolusi manusia. Ketika kita sedang mengenakan headphone untuk mendengarkan lagu, sering kali kita terhanyut dalam lagu tersebut sampai memberikan sensasi menggelitik pada tubuh dan rambut di belakang leher yang berdiri.
Baca Juga
Efek Rumah Kaca, Petra Sihombing hingga Voice of Baceprot dan Musisi Indonesia Lainnya Suarakan Krisis Iklim Lewat sonic/panic Vol. 2
The Rain Terinspirasi Ebiet G Ade dan Iwan Fals dalam Lagu Melankolis Baru Berjudul Perihal Kepekaan
Mike Dirnt Green Day Berikan Bas ke Penggemar yang Masih Bocah, Berharap Bisa Jadi Musisi Masa Depan
Sebuah studi yang baru-baru ini diterbitkan di Frontiers in Neuroscience dan berfokus terhadap pemetaan aktivitas listrik otak selama mendengarkan musik, memberikan para peneliti jawaban bagaimana musik dapat mengaktifkan pusat kesenangan dalam otak.
Advertisement
Melansir Verywell Mind Kamis (29/12/2022), ahli saraf yang berbasis di Prancis menggunakan high-density electroencephalography (HD-EEG), untuk menggambarkan pola aktivitas otak ketika orang mengalami perasaan senang yang bergejolak saat mendengarkan suatu musik.
Berdasarkan 11 wanita dan tujuh pria sebagai partisipan, mereka dilaporkan mengalami perasaan merinding tersebut selama mendengarkan musik sebelum penelitian. Memanfaatkan HD-EEG, elektroda ditempatkan pada area yang luas di kulit kepala peserta untuk memindai dan mengukur aktivitas listrik di otak.
Peristiwa "merinding" didefinisikan sebagai kenikmatan emosional yang tinggi dalam kombinasi dengan sensasi fisik merinding, sensasi kesemutan, rambut berdiri atau merinding di tulang belakang.
Salah satu peneliti, Thibault Chabin mengungkapkan sirkuit otak lama yang utama digunakan untuk bertahan hidup dan terlibat dalam memotivasi suatu perilaku, seperti seks, makanan, dan uang, termasuk sebagai sistem yang sama untuk memproses perasaan senang dari mendengarkan musik.
Â
Mendengarkan Musik Mendukung Evolusi Sistem Otak
Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa kenikmatan yang kita terima dari musik mungkin memiliki tujuan evolusi. Jadi, setelah kita mengetahui bagaimana musik memberikan kenikmatan bagi pendengarnya, selanjutnya kita perlu memahami mengapa musik sangat menyenangkan.
Pertimbangan fakta bahwa musik diketahui mendorong pelepasan oksitosin atau hormon bisa didapatkan melalui "pelukan" mendorong ikatan di otak. Dari perspektif evolusi, munculnya musik bisa meningkatkan saling ketergantungan dan kohesi sosial. Kelompok-kelompok terikat yang bekerja sama lebih mungkin untuk bertahan hidup.
Â
Advertisement
Musik Membantu Mengurangi Intensitas Kecemasan
Sebagai terapis musik, Kathleen Howland, sangat menyadari cara-cara ketika jenis musik tertentu dapat memicu respons relaksasi otak dan membantu mengurangi kecemasan depresi. Lebih jauh lagi, penelitian telah menunjukkan bahwa musik berpotensi meningkatkan sistem kekebalan tubuh dan membantu dalam mengobati kondisi seperti Alzheimer.
Saat kita menghadapi masa-masa yang penuh dan ketidakpastian, musik dapat menjadi alat yang ampuh untuk digunakan baik secara mandiri maupun bersama orang lain. Berbagi pengalaman mendengarkan lagu favorit dengan seorang teman, menggabungkan tarian dan gerakan, serta menyisipkan interpretasi seni visual seperti menggambar atau melukis dapat memperkuat efek mental musik yang bermanfaat.
Â
Penelitian Selanjutnya
Studi ini merupakan yang pertama dari berbagai studi serupa lainnya, yang menggunakan EEG dengan kepadatan tinggi untuk memantau aktivitas otak selama sesi mendengarkan musik. Para peneliti seperti Chabin berharap untuk memajukan pemahaman tentang kesenangan musik. Studi ini pun hanyalah awal mulanya.
Kini, setelah fondasi telah berhasil diletakkan untuk menggambarkan aktivitas otak yang terkait dengan kesenangan musik, tahap penelitian berikutnya dapat dilakukan di luar laboratorium dengan bantuan EEG.
Menggunakan sistem EEG wireless, aktivitas otak setiap peserta dapat diamati secara bersamaa dalam pengaturan kelompok. Pemahaman yang lebih baik tentang sinkronisasi emosional kelompok akan semakin menyatukan teka-teki peran musik dalam kehidupan kita. Dari sini peneliti pun akan melanjutkan studi tentang musik dan pengaruhnya secara biologis.
Advertisement