Siap Pacaran Lagi? Hati-Hati Bisa Jadi Cuma Rebound Relationship

Belum lama putus, tapi justru menjalin hubungan dengan orang baru? Awas, bila jadi Anda hanya menjalani rebound relationship.

oleh Bella Zoditama diperbarui 22 Mei 2023, 09:02 WIB
Diterbitkan 22 Mei 2023, 09:02 WIB
patah hati
Hati-hati rebound relationship dalam sebuah hubungan baru/copyright unsplash.com/Kinga Cichewicz

Liputan6.com, Jakarta - Siapa sih yang tidak pernah merasakan patah hati? Hubungan yang berakhir tiba-tiba pasti akan meninggalkan luka dan patah hati yang sangat mendalam bagi siapapun yang mengalaminya. Terlebih jika Anda sudah berpacaran selama bertahun-tahun tapi akhirnya tidak sampai bisa sampai ke jenjang pernikahan. Sebagai pelampiasan dari patah hati ini, Anda terkadang berusaha untuk segera move on demi mencari kekasih lagi agar patah hati segera sembuh. Namun sayangnya, pada masa 'kritis' seperti sekarang, rebound relationship bisa terjadi pada hubungan Anda yang baru.

Lalu apakah rebound relationship? Berdasarkan pengertian dari Micaela Stein, LCSW di Humantold kepada Verywellmind, rebound relationship dapat didefinisikan sebagai suatu hubungan yang terjadi berdasarkan reaksi terhadap hubungan sebelumnya. Di mana salah satu atau keduanya ternyata masih belum benar-benar lepas dari masalah oleh perpisahan di masa lalu. 

Jadi dapat diartikan bahwa rebound relationship bisa dianggap sebagai pelampiasan pascaputus dengan cara menjalin hubungan asmara dengan orang baru. Nah, dari beberapa sumber yang kami rangkum, penyebab dari rebound relationship  ini ada berbagai macam. Misalnya saja, ketakutan untuk menjalani hidup sendiri tanpa pasangan, membutuhkan seseorang yang selalu menemani, tidak terbiasa merasa kesepian, hingga keinginan untuk segera melupakan masa lalu dengan mantan.

Lantas, apa ciri-ciri dari hubungan ini? Adakah dampak rebound relationship bagi hubungan Anda? Semuanya sudah kami kupas di sini! Yuk, baca selengkapnya!

Kenapa Rebound Relationship Bisa Dilakukan?

Ilustrasi Pasangan Toxic Relationship (sumber: unsplash)
Ilustrasi Pasangan Toxic Relationship (sumber: unsplash)

Bukan tanpa alasan seseorang mencari pelampiasan dalam sebuah hubungan. Biasanya beberapa alasan tersebut didasari oleh dua hal di bawah ini:

  • Mengatasi putus cinta

Tidak ada yang mudah jika mengalami putus cinta, karena rasanya pasti sangat sulit dan menyakitkan. Tidak jarang, Anda akan merasa sangat kesepian, bingung, dan merasa tidak aman. Seseorang yang memiliki perasaan ini biasanya akan mencari validasi dari teman atau sebuah hubungan baru. Seringkali rebound relationship ini perkara tentang orang-orang yang mengalami putus cinta tapi sulit untuk memenuhi kebutuhan sosial dan emosional mereka. 

  • Membentuk koneksi emosional

Seseorang mungkin mencari pelampiasan dalam sebuah hubungan untuk bermain-main dengan orang lain. Lalu, jika rasa emosionalnya sudah teratasi dan sembuh, mereka akan kembali bersemangat untuk bangkit setelah putus cinta yang sulit. Untuk itu, bisa memiliki kesadaran tentang kebutuhan dan keterbatasan emosional Anda setelah putus cinta sangat penting dalam menjaga kesehatan mental. Selain itu, juga dapat membantu mencegah perilaku tidak sehat saat menutupi atau menghindari emosi negatif.

Ciri-ciri Anda Alami Rebound Relationship

Risiko Pasangan Berselingkuh Lebih Besar
Ilustrasi Pasangan Credit: unsplash.com/Rone

Anda mungkin tidak menyadari saat sedang berada atau terjebak di dalam ini. Namun, beberapa ciri di bawah ini bisa jadi tanda Anda sedang dalam rebound relationship:

  • Selalu membicarakan mantan

Tanpa sadar, Anda mungkin akan selalu membahas topik seputar mantan secara detail. Mulai dari bagaimana kalian pendekatan, lalu pacaran, sampai putus, akan dibahas begitu antusias. Jika hal ini terjadi dengan Anda, ini menjadi pertanda awal belum move on dan hanya menjadikan pasangan atau gebetan baru ini sebagai pelampiasan semata.

  • Hubungan tidak serius

Ciri lain dari rebound relationship adalah tidak memiliki keseriusan serta komitmen yang jelas. Hal ini tentunya terjadi dikarenakan hubungan hanya berupa pelampiasan akibat kekecewaan dari kandasnya hubungan di masa lalu. Biasanya, saat menjalani hubungan ini, Anda akan menghindari topik yang mengarah ke jenjang yang lebih serius, seperti menikah.

  • Menghubungi ketika butuh saja

Coba ingat-ingat lagi, seberapa sering Anda menghubungi pasangan atau gebetan untuk bertemu? Jika sangat jarang atau bahkan tidak pernah sama sekali, bisa jadi hubungan yang Anda jalani termasuk rebound relationship. Normalnya, pasangan yang baru menjalin hubungan baru tentu sering bertemu, menanyakan kabar, dan berkencan. Namun jika Anda sendiri tidak menjalaninya, bisa jadi Anda tidak benar-benar jatuh cinta dengan kekasih baru.

  • Tidak saling terbuka dan jujur

Hubungan yang sehat dapat terjalin apabila Anda dan pasangan bersikap jujur, terbuka, dan saling percaya. Namun, pada rebound relationship ini, Anda atau pasangan mungkin masih sering merahasiakan sesuatu yang seharusnya diketahui oleh yang lain. Jadi, seandainya Anda tidak memercayai pasangan dan menutupi banyak hal darinya, bisa jadi hubungan ini hanyalah pelampiasan.

Dampak Negatif dari Rebound Relationship

pasangan putus
ilustrasi pasangan bertengkar/photo created by drobotdean - www.freepik.com

Sayangnya, rebound relationship bisa berdampak negatif pada kesehatan mental diri Anda dan pasangan. Maka, jika Anda telah merasa telah 'pulih' sepenuhnya setelah putus, penting sekali untuk memastikan ke diri sendiri kalau tidak ada lagi masa lalu yang tertinggal dan rasa emosi negatif yang tersimpan, sehingga dapat memulai sebuah hubungan. 

Rebound mungkin bisa menjadi cara yang menyenangkan saat mencoba awal yang baru, tapi hal ini juga bisa merusak bila Anda memanfaatkannya untuk menghindari emosi dari perpisahan. Padahal, putus cinta bisa menjadi kesempatan belajar yang luar biasa. Jika Anda terlalu cepat memulai sebuah hubungan baru, Anda mungkin tidak benar-benar bisa memproses perpisahan di masa lalu dan kehilangan kesempatan untuk belajar dari itu semua. 

Selain itu, pelampiasan kepada orang lain bisa membuat kecewa dan merusak kepercayaan dalam sebuah hubungan. Apalagi jika kedua belah pihak tidak memiliki pemahaman yang sama. Seperti salah satunya hadir sepenuhnya dalam sebuah hubungan, sementara yang lain masih memikirkan terhadap hubungan yang dulu. Ini bisa menjadi tantangan bagi hubungan Anda.

Infografis 6 Hal Dilakukan Pria Ketika Jatuh Cinta
Infografis 6 Hal Dilakukan Pria Ketika Jatuh Cinta. (Liputan6.com/Lois Wilhelmina)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya