Liputan6.com, Jakarta - Selain dikenal dengan kuliner khas yang beragam di setiap daerahnya, Indonesia juga dikenal sebagai penikmat daging sapi terbanyak di dunia. Beragam olahan masakan berbahan utama daging ini juga menjadi daya tarik sendiri bagi para chef di Indonesia, baik chef muda maupun profesional.
Melihat antusias para profesional kuliner tersebut, Meat & Livestock Australia (MLA) kembali menghadirkan National Butchery and Cooking Competition 2023 yang sudah memasuki babak Grand Final pada 30 November 2023 di Raffles Hotel Jakarta.
Dengan kolaborasi bersama Trade and Invesment Queensland (TIQ), MLA Regional Manager South-East Asia, Valeska melihat kompetisi ini dapat menjadi wadah utama untuk menampilkan bakat para chef Indonesia dan memperdalam pengetahuan mereka tentang dunia daging sapi Australia.
Advertisement
"Ini adalah kali kedua dari kami menyelenggaran kompetisi ini dan tahun pertama kami bekerjasama dengan TIQ. Menurut kami, pertandingan memasak ini mampu menginspirasi para profesional kuliner yang ada di Indonesia, baik chef muda maupun yang sudah profesional untuk meningkatkan pengetahuan mereka tentang berbagai potongan daging sapi yang dapat diolah melalui berbagai metode memasak," ucap Valeska, saat press conference di Ciputra, Jakarta Selatan, Kamis (30/11/23).
Lebih lanjut ia mengatakan, "Kami juga melihat di Indonesia, konsumsi daging sedang naik, banyak orang yang tertarik mencoba berbagai potongan daging, dengan jenis yang beragam pula. Jadi, kami berharap edisi kedua dari National Butchery and Cooking Competition ini dapat memperdalam pengetahuan tentang daging Australia.
Kompetisi tahunan ini merupakan implementasi dari misi Meat & Livestock Australia (MLA) sekaligus inisiatif global untuk mengedukasi organisasi perdagangan, mendorong potensi chef, dan membentuk komunitas daging sapi Australia di kawasan ini.
Trade and Investment Queensland Director, Ben Giles berharap produk daging sapi dari Queensland menjadi pilihan utama para konsumen di Indonesia sehingga melalui acara ini, TIQ sangat berupaya untuk mengenalkan variasi dan kualitas dari potongan daging sapi Australia.
"Mengingat Queensland adalah negara bagian penghasil sapi terbesar, kami ingin menempatkan produk daging sapi Queensland sebagai pilihan utama dalam benak konsumen untuk daging sapi. Melalui acara ini, kami berupaya memberikan informasi mengenai variasi dan kualitas potongan sapi yang beragam di kalangan para chef berbakat," kata Ben Giles.
Tidak Hanya Chef Profesional, tapi Juga Chef Muda dari Kalangan Pelajar
National Butchery and Cooking Competition memberikan kesempatan bagi chef muda yang berasal dari kalangan pelajar dan mahasiswa untuk meningkatkan keterampilan dan pengetahuan mereka mengenai kualitas dan keragaman potongan daging sapi Australia yang memenuhi standar Halal, yang tidak hanya menjamin keamanan, tetapi juga keunggulan nutrisi.
Kompetisi memasak ini diikuti oleh para chef yang dibagi menjadi dua kateori, yaitu kategori student dari sekolah kuliner/pariwisata dan kategori chef profesional. Mereka berasal dari empat kota besar di Indonesia, yaitu Jakarta, Bali & Indonesia Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat.
Perwakilan para chef muda dan chef profesional setiap kota ini berkumpul di kompetisi grand final, setelah berhasil menang di babak semifinal sebelumnya yang diselenggarakan di kota masing-masing.
Pada babak Grand Final, ketegori student terdiri dari Universitas Podomoro (Jakarta), Politeknik Pariwisata Makassar (Bali & Indonesia Timur), Sekolah Budi Mulia (Jawa Tengah), dan Akademi Pariwisata NHI Bandung (Jawa Barat) sedangkan empat tim dari kategori Professional Chef terdiri dari Raffles Hitel (Jakarta), Holiday Inn (Bali & Indonesia Timur), Chandari Heaven (Jawa Tengah), dan Meatshop & Gourmet Indoguna (Jawa Barat).
Total hadiah untuk para pemenang adalah sebesar Rp15 juta dengan rincian, juara 1 masing-masing kategori mendapatkan Rp7.500.000, juara 2 masing-masing kategori mendapatkan Rp5.000.000, dan juara 3 masing-masing kategori mendapatkan Rp2.500.000.
Advertisement
Bukan Sekadar Kompetisi, tetapi Juga Edukasi
National Butchery and Cooking Competition ini tujuannya bukan hanya untuk berkompetisi, tetapi juga untuk mengedukasi para peserta melalui pemberian umpan balik atau feedback terhadap hasil masakan peserta lomba, yang dilaksanakan ketika lomba selesai.
Stefu Santoso yang merupakan salah satu juri dari lomba ini menyampaikan bahwa hampir 50% dari kegiatan ini berupa edukasi. Sebelum lomba dimulai, para peserta akan dibekali ilmu dengan mengikuti workshop dengan tujuan memberikan kesempatan belajar kepada para peserta, terutama tentang cara memotong daging yang benar.
"Setiap selesai lomba, kita selalu ada feedback ke peserta, tujuannya adalah untuk edukasi. Jadi competition ini bukan cuma soal menang dan kalah, tetapi hampir 50% itu ada edukasinya. Karena setiap kali, sebelum mereka berlomba, sehari sebelumnya ada workshop, saya harus menunjukkan kepada mereka tentang cara memotong daging yang benar sehingga mereka bisa memotong daging paling tidak sama seperti apa yang saya tunjukkan. Karena ini juga kesempatan yang mereka tidak bisa dapat selain di acara ini," ujar Chef Stefu.
Cita Rasa Indonesia Jadi Kriteria PenilaianÂ
Penilaian kompetisi grand final meliputi beberapa kriteria termasuk rasa, yang merupakan 50% dari poin penilaian, kemudian cara presentasi, persiapan profesional, kebersihan dan sisa makanan, mise-en-place, serta pelayanan. Seperti tahun lalu, juri dari kompetisi ini aalah para chef ternama, seperti Chef Vindex Tengker, Chef Gilles Marx, dan Chef Stefu Santoso.
"Berbicara tentang edukasi, bila kita ingin mempromosikan makanan Indonesia ke internasional, ini salah satu sarananya,"Â pungkas Chef Stefu.
"Makanannya boleh dengan presentasi ala western, tetapi rasanya tetap menjaga autentik dari masakan Indonesia. Mereka akan dinilai dari mulai cutting, break down the muscle, sampai membuat display potongan daging. Main course Indonesian food yang mereka harus buat sebanyak 5 porsi, yaitu 2 untuk juri dan dokumentasi, yang 3 nanti untuk VIP lunch," tambahnya.