Langka dan Hanya Ada di Kalimantan, Hewan Ini Mirip Naga dan Tak Punya Telinga

Mengungkap misteri Lanthanotus borneensis, biawak langka tanpa telinga di hutan hujan dataran rendah Kalimantan. Kebiasaan uniknya, seperti memakan cacing tanah, kepiting, dan ikan, memberikan wawasan tentang peran ekologisnya. Di tengah perubahan ekosistem global, menjaga biawak langka menjadi sangat penting demi keseimbangan ekosistem lokal dan kelestarian lingkungan.

oleh Haneeza Afra Nur Zhafirah diperbarui 06 Jan 2024, 00:10 WIB
Diterbitkan 06 Jan 2024, 00:01 WIB
Biawak
Foto: 9GAG

Liputan6.com, Jakarta Para peneliti baru-baru ini telah mulai mengungkap misteri kehidupan samar biawak yang unik, yang ditemukan di hutan hujan dataran rendah Kalimantan. Nama resminya adalah biawak tanpa telinga (Lanthanotus borneensis), makhluk reptil yang mengundang keterkaguman dengan keunikan dan kelangkaannya. Habitatnya terletak di dekat aliran sungai, menjadikannya sebagai makhluk yang terkait erat dengan ekosistem hutan hujan yang kaya dan beragam di pulau Kalimantan. Penelitian mendalam mengenai spesies ini memberikan wawasan baru tentang bagaimana mereka beradaptasi dan bertahan hidup di lingkungan yang khas.

Salah satu ciri mencolok dari biawak tanpa telinga adalah kebiasaannya memakan cacing tanah, kepiting, dan ikan. Pola makan ini memberikan gambaran tentang peran ekologisnya dalam rantai makanan hutan hujan dataran rendah. Meskipun bukan pemangsa besar, keberadaannya memberikan dampak signifikan pada ekosistem setempat. Penemuan makanan yang unik ini menjadi salah satu elemen menarik yang mendorong para peneliti untuk mengeksplorasi lebih lanjut perilaku dan adaptasi biawak ini.

Pentingnya biawak tanpa telinga tidak hanya terbatas pada aspek biologisnya. Makhluk ini telah mendapatkan julukan istimewa dalam dunia herpetologi – ilmu yang mempelajari reptil dan amfibi. Biawak tanpa telinga dijuluki "Cawan Suci" oleh para ahli herpetologi karena kelangkaannya yang memikat dan ketidakbiasaan bentuknya yang menyerupai naga. Nama panggilan ini mencerminkan kekaguman dan penghargaan terhadap keberadaan makhluk langka ini di dunia reptil dan amfibi.

Dalam konteks ini, penelitian lebih lanjut tentang biawak tanpa telinga tidak hanya membawa kontribusi ilmiah yang berharga, tetapi juga menggugah rasa ingin tahu dan kekaguman terhadap keanekaragaman hayati Indonesia. Berikut pembahasannya dirangkum dari livescience.com!

1. Nenek Moyang Biawak Tanpa Telinga Telah Ada Sejak Periode Kapur

Biawak
Foto: Earth.Org

Biawak tanpa telinga, atau Lanthanotus borneensis, memegang predikat sebagai satu-satunya anggota keluarga Lanthanotidae yang diketahui, membuatnya menjadi spesies yang sangat langka dan unik. Para peneliti hingga saat ini belum menemukan spesies lain yang menunjukkan kemiripan hidup dengan mereka. Keunikan ini menambah misteri seputar evolusi dan peran spesies ini dalam ekosistem Kalimantan yang luas.

Menggali lebih jauh ke dalam sejarah evolusinya, nenek moyang terbaru dari biawak tanpa telinga diyakini telah muncul pada periode Kapur, berkisar antara 145 juta hingga 66 juta tahun yang lalu. Penemuan ini memperkaya pemahaman kita tentang perjalanan evolusi dan adaptasi spesies ini selama jutaan tahun. Sebagai spesies yang telah bertahan selama periode geologis yang panjang, biawak tanpa telinga mungkin menyimpan kunci penting untuk mengungkap misteri adaptasi dan kelangsungan hidup dalam lingkungan yang berubah.

Pengetahuan terbaru tentang asal-usul dan perkembangan spesies ini memberikan dorongan penting untuk pelestarian dan perlindungan habitat mereka. Melibatkan masyarakat lokal, peneliti, dan lembaga konservasi dalam upaya melindungi biawak tanpa telinga menjadi semakin mendesak untuk memastikan kelangsungan hidup spesies langka ini di masa depan.

2. Kelopak Mata Tembus Cahaya

Biawak
Foto: Wikipedia

Dengan pertumbuhan maksimal hingga panjang 1,6 kaki atau sekitar 50 sentimeter, biawak tanpa telinga memperlihatkan proporsi tubuh yang elegan dan ramping. Tubuh kecilnya dipadukan dengan anggota badan yang proporsional dan ekor yang dapat digunakan untuk menggenggam sesuatu, memberikan gambaran unik tentang adaptasinya terhadap lingkungan sekitarnya. Keunikan utama dari penampilan mereka terletak pada kepala yang tidak memiliki telinga luar, sehingga mendapat julukan "biawak tanpa telinga". Selain itu, kelopak mata bagian bawah mereka, yang dapat mereka tutup saat berada di bawah air, memungkinkan penetrasi cahaya, memberikan keunggulan saat beraktivitas di dalam air.

Biawak tanpa telinga menampilkan kemampuan anatomis yang menarik, memungkinkan mereka beradaptasi dengan baik dalam lingkungan air dan darat. Properti ekor yang dapat digunakan sebagai alat pegangan memperluas kemampuan fungsional mereka, menunjukkan penyesuaian khusus yang mendukung gaya hidup mereka di hutan hujan dataran rendah Kalimantan. Secara keseluruhan, karakteristik fisik ini memberikan pemahaman yang lebih dalam tentang bagaimana spesies ini berkembang dan berinteraksi dengan ekosistemnya.

Kehadiran kelopak mata bagian bawah yang tembus cahaya menjadi fitur menarik yang menyempurnakan adaptasi mereka terhadap lingkungan air. Kemampuan untuk menutup kelopak mata saat berada di dalam air memberikan perlindungan dan kenyamanan, sementara tetap memungkinkan cahaya untuk menembus, memungkinkan mereka beraktivitas dengan efisien di habitat air yang kaya dan bervariasi.

3. Peneliti Belum Memiliki Banyak Data tentang Biawak Tanpa Telinga

Biawak
Ilustrasi peneliti reptil. (Foto: UNL | Office of Research & Economic Development - University of Nebraska–Lincoln)

 

Ketidakpastian masih menyelimuti pengetahuan kita tentang biawak tanpa telinga, yang menyebabkan para ilmuwan terus mengejar pemahaman lebih lanjut tentang makhluk misterius ini. Meskipun masih banyak misteri yang belum terpecahkan, para peneliti yakin bahwa adaptasi luar biasa dari hewan ini terkait erat dengan gaya hidup bawah tanah. Laporan tahun 2014 oleh TRAFFIC, organisasi yang fokus pada perdagangan spesies liar, memberikan wawasan awal yang bernilai tentang perilaku dan keberadaan spesies ini dalam ekosistem Kalimantan.

Penelitian terus berkembang, mencoba merinci aspek-aspek kritis yang masih belum dipahami tentang biawak tanpa telinga. Meskipun adaptasinya terlihat sesuai dengan gaya hidup bawah tanah, pertanyaan-pertanyaan mengenai perilaku reproduksi, komunikasi, dan interaksi sosial mereka masih menjadi teka-teki. Hasil penelitian yang lebih mendalam diharapkan dapat memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan ini, membantu kita memahami lebih baik peran dan fungsi spesies ini dalam ekosistemnya.

Keterlibatan organisasi seperti TRAFFIC memberikan harapan bagi perlindungan dan pelestarian biawak tanpa telinga. Dengan fokus pada perdagangan spesies liar, upaya untuk melindungi dan memahami hewan-hewan langka seperti kadal ini menjadi semakin mendesak. Keberlanjutan upaya penelitian dan perlindungan menjadi kunci untuk menjaga keberadaan dan fungsi ekologis biawak tanpa telinga di alam liar.

4. Punya Perilaku Unik dalam Bertahan Hidup

Biawak
Foto: Home of Toni Kingston

Kehidupan sehari-hari biawak tanpa telinga terungkap melalui penelitian yang diterbitkan di Herpetological Review pada tahun 2013. Menurut artikel tersebut, kadal ini cenderung menghabiskan hari-harinya dengan bersembunyi di bawah tumbuh-tumbuhan dan bebatuan di tepi sungai berbatu. Pada malam hari, mereka keluar untuk mencari makanan, menunjukkan adaptasi unik mereka untuk menjalani kehidupan di darat dan di air. Selain itu, kenyataan bahwa kotoran menempel pada sisik mereka yang menggumpal memberikan elemen kamuflase yang penting saat mereka beraktivitas di lingkungan alaminya.

Ekor biawak tanpa telinga tidak hanya menjadi alat pengaman atau pergerakan, tetapi juga mungkin berfungsi sebagai jangkar. Diperkirakan bahwa mereka menggunakan ekor mereka dengan cerdik, membungkusnya di sekitar batu dan akar, memberikan kestabilan dan mencegah mereka tersapu banjir ketika berada di sekitar sungai. Kemampuan ini mencerminkan adaptasi yang luar biasa terhadap lingkungan berair, menunjukkan kecerdasan dan keterampilan dalam memanfaatkan anatomi tubuh mereka untuk keberlanjutan hidup.

Pentingnya air juga mencuat saat membahas proses kawin biawak tanpa telinga. Sesi kawin mereka dilakukan di dalam air dan dapat berlangsung berjam-jam. Faktor ini memberikan pandangan lebih dalam tentang aspek reproduksi dan perilaku kawin mereka, menyoroti pentingnya habitat air dalam siklus hidup dan perkembangan spesies ini di alam liar.

5. Sempat Membingungkan Peneliti dalam Identifikasi Spesies

Biawak
Foto: Australian Geographic

Menurut Animal Diversity Web, penampilan unik biawak tanpa telinga awalnya membingungkan para ilmuwan, membuat mereka mengira bahwa spesies ini mungkin merupakan mata rantai yang hilang antara ular dan kadal. Namun, penafsiran ini kemudian dibantah, meninggalkan kebingungan yang mendalam tentang evolusi dan hubungan spesies ini dengan kelompok reptil lainnya. Karakteristik fisik yang tidak biasa ini menambah daya tarik dan keunikan spesies ini dalam konteks evolusi dan taksonomi.

Menurut Daftar Merah Spesies Terancam Punah, biawak tanpa telinga termasuk dalam kategori hewan endemik di Kalimantan. Keberadaannya terancam oleh dua faktor utama, yaitu penggundulan hutan dan perdagangan hewan peliharaan. Aktivitas manusia yang merusak habitat alaminya, bersama dengan perburuan untuk keperluan perdagangan, berkontribusi terhadap penurunan populasi spesies ini. Ancaman terhadap biawak tanpa telinga menyoroti pentingnya konservasi dan pelestarian habitat alaminya, serta penegakan hukum untuk mengendalikan perdagangan hewan yang merugikan.

Upaya konservasi dan perlindungan menjadi semakin mendesak untuk menjaga kelangsungan hidup biawak tanpa telinga. Perlindungan terhadap habitat alaminya dan penanganan serius terhadap perdagangan hewan peliharaan menjadi kunci untuk mencegah kepunahan spesies ini. Dengan pemahaman yang lebih mendalam tentang ancaman yang dihadapi oleh biawak tanpa telinga, kita diharapkan dapat membangun strategi konservasi yang efektif dan berkelanjutan.

Apakah biawak bisa melihat dan mendengar?

Biawak tak bertelinga tidak memiliki organ telinga luar. Meski begitu, hewan yang satu ini tetap bisa mendengar ya. Kepalanya berbentuk pipih dengan mata berukuran kecil serta kelopak mata yang tebal dan semi transparan.

Apakah biawak termasuk hewan nokturnal?

Habitat, persebaran dan perilaku Biawak tak bertelinga dapat ditemukan di daerah dekat dengan sungai, Biawak tak bertelinga adalah hewan yang aktif pada malam hari atau disebut dengan nocturnal. Hewan ini termasuk dalam hewan semi-akuatik atau kadang-kadang hidup di air dan kadang-kadang juga di darat.

 

Apakah biawak punya telinga?

Memiliki panjang tubuh 45 cm hingga 55 cm, Biawak Kalimantan juga sering kali disebut dengan biawak tanpa telinga. Alasannya biawak ini memang tidak memiliki telinga eksternal atau indera lain yang terlihat. 

Apa yang ditakuti biawak?

Gunakan campuran bubuk kopi dan tembakau, bawang putih, atau bubuk cabai untuk mengusir biawak.

Apa biawak menyerang manusia?

Biawak termasuk hewan pemalu dan tidak akan menyerang manusia kecuali diprovokasi atau dipojokkan. Jangan menyentuh, mengejar, atau menyudutkan biawak, karena mereka dapat menyerang Anda sebagai bentuk pertahanan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya