Setiap tahun menjelang tahun baru, banyak pengerajin terompet di wilayah tersebut kewalahan melayani pesanan terompet dari masyarakat. Seperti yang dilakukan Mukri, salah seorang pengerajin terompet kertas yang tiap tahun rutin membuat terompet untuk dijual ke hotel, supermarket ataupun masyarakat di daerah Denpasar-Kuta.
Omzet penjualannya pun kian meningkat. Dalam sehari ia dapat memproduksi sekitar 1000 terompet kertas yang dijual sebesar 2000 hingga 10 ribu rupiah per buah secara grosir, namun apabila dijual secara eceran harga terompet ini naik menjadi 5000 hingga 25.000 rupiah per buah.
Total pesanan yang diterima Mukri mencapai 15.000 terompet. Jumlah ini meningkat dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya 10.000 buah terompet kertas. Dengan modal 25 juta rupiah, ia bisa meraup keuntungan total sebesar 45 juta rupiah
Terompet yang ia buat pun bervariasi, diantaranya terompet model kepala naga, bunga maupun model kerucut. Untuk persiapan tahun baru 2014, pria 50 tahun ini mulai membuat terompet sejak 5 bulan yang lalu. Bahan baku pembuatan terompet ini berasal dari kertas daur ulang yang ia dapatkan dari sisa percetakan atau karton dari map-map kantoran sekitar Kota Denpasar. Namun saat ini ia mengaku kesulitan untuk mendapatkan bahan baku di Denpasar. Untuk mengantisipasi kekurangan, ia mendatangkan bahan baku dari jawa, sehingga harga jualnya pun lebih mahal karena terkendala ongkos pengiriman. Â
Bisnis yang telah ia geluti bersama anaknya sejak 6 tahun yang lalu ini selalu membawa keuntungan yang besar terutama bila dijual di daerah wisata seperti halnya di wilayah legian – kuta saat malam pergantian tahun. Untuk meraup keuntungan yang lebih besar, Mukri juga menjual terompet ini secara eceran pada wisatawan domestik dan mancanegara dengan menggunakan sepeda motor.
Bisnis terompet merupakan pekerjaan sampingan yang dilakukan Mukri. Dalam kesehariannya pria paruh baya ini biasa menjual mainan anak-anak di sekolah-sekolah SD di Kota Denpasar. Ia mengatakan akan terus melanjutkan dan mengembangkan bisnis terompet ini setiap tahun, karena Bali sendiri selalu ramai sepi oleh wisatawan yang ingin menikmati moment pergantian tahun menggunakan terompet terutama di daerah kuta. (kw)
Penulis:
Eviera Paramita Sandi
Denpasar, evieraparaXXX@gmail.com
Baca Juga:
Rujak Kuah Pindang, Kuliner `Nyentrik` Khas Bali
Pedagang Buku Bekas di Medan Tuntut Revitalisasi
Pangkosek Pimpin Pengamanan Lalu Lintas Udara di Bali
Disclaimer:
Citizen6 adalah media publik untuk warga. Artikel di Citizen6 merupakan opini pribadi dan tidak boleh menyinggung SARA. Isi artikel menjadi tanggung jawab si penulisnya.
Anda juga bisa mengirimkan artikel disertai foto seputar kegiatan komunitas atauopini Anda tentang politik, kesehatan, keuangan, wisata, social media dan lainnya ke Citizen6@liputan6.com
Advertisement
Mulai 16 Desember sampai 3 Januari 2014 Citizen6 mengadakan program menulis bertopik dengan tema "Resolusi 2014". Ada kado akhir tahun dari Liputan6.com, Dyslexis Cloth, dan penerbit dari Gramedia bagi 6 artikel terpilih. Syarat dan ketentuan bisa disimak di sini.