Liputan6.com, Jakarta - Komisi Perdagangan Berjangka Komoditas AS (CFTC) telah mengeluarkan proposal baru untuk merevisi aturannya yang berkaitan dengan manajemen risiko, memperhitungkan risiko yang terkait dengan teknologi berkembang seperti cryptocurrency dan kecerdasan buatan (AI).
Komisaris CFTC, Romero menekankan bersamaan dengan kemajuan ini, terdapat risiko bawaan yang perlu ditangani dan dikelola secara efektif.
Baca Juga
Romero secara khusus menyoroti risiko yang terkait dengan pasar aset digital, mengutip, antara lain, keruntuhan bank Silvergate dan Signature baru-baru ini dua lembaga keuangan ramah kripto yang telah melayani banyak perusahaan kripto terkemuka sebelum tutup awal tahun ini.
Advertisement
Menurutnya, risiko juga dapat muncul dari perdagangan turunan kripto yang diatur, sementara pasar spot yang tidak diatur membawa risiko tambahan, seperti yang terlihat dengan runtuhnya FTX, Terra Luna, Celsius, dan banyak lainnya yang mengakibatkan kerugian besar.
“Ini selain risiko operasional dan risiko yang terkait dengan penipuan yang merajalela dan keuangan gelap di beberapa bagian pasar kripto,” kata Romero dikutip dari Yahoo Finance, Kamis (27/7/2023).
CFTC akhir-akhir ini sibuk memantau industri kripto serta membidik beberapa entitas yang lebih besar karena diduga melakukan pelanggaran.
Awal pekan ini, CFTC memperingatkan semua perusahaan dan pelamar terdaftar bahwa mereka akan terus mengawasi semua produk dan layanan baru yang terkait dengan kripto.
Pada Maret 2023, CFTC mengajukan gugatan terhadap Binance, menuduh pertukaran kripto terbesar di dunia melakukan pelanggaran perdagangan derivatif ganda.
Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.
Kapitalisasi Pasar Kripto Berbasis AI Susut Rp 21,3 Triliun
Pernah menjadi pasar yang berkembang pesat, aset kripto yang berfokus pada AI telah mengalami penurunan nilai yang cukup besar dalam empat bulan terakhir.
Dilansir dari Bitcoin.com, Rabu (26/7/2023), pada Februari 2023, sektor mata uang kripto berbasis AI mencapai nilai USD 4 miliar atau setara Rp 60,1 triliun (asumsi kurs Rp 15.026 per dolar AS) yang mengejutkan.
Namun, sejak itu mengalami penurunan sebesar USD 1,42 miliar atau setara Rp 21,3 triliun. Selama seminggu terakhir, delapan dari 10 token kripto berbasis AI teratas mengalami penurunan terhadap dolar AS.
Aset kripto AI teratas berdasarkan kapitalisasi pasar seperti The Graph (GRT Coin) turun 4,97 persen selama periode ini. Kemudian Singularity net (AGIX) turun 7,99 persen.
Ocean protocol (OCEAN) mencatat kerugian terbesar di antara sepuluh token AI teratas minggu lalu dengan penurunan 13,7 persen terhadap dolar AS. Fetch.ai (FET) mengalami dampak negatif sebesar 9,94 persen.
Sedangkan dkargo (DKA) mengalami peningkatan sebesar 4,38 persen. Iexec rlc (RLC) anjlok 8,18 persen, numeraire (NMR) turun 2,56 persen, dan kovalen (CQT) mengalami kenaikan moderat 2,26 persen.
Secara total, nilai gabungan dari semua 89 token kripto yang berpusat pada AI turun sebesar 2,85 persen selama beberapa hari terakhir dan 5,73 persen dalam minggu sebelumnya.
Angka dari 24 jam terakhir menunjukkan sektor koin berbasis AI telah menyaksikan volume perdagangan global sebesar USD 309 juta atau setara Rp 4,6 triliun.
Advertisement