Liputan6.com, Jakarta - Dua orang bernama Jack Peterson dan Joe Krug membuat analog berbasis blockchain pada 2014 dari platform taruhan. Mereka yakin sistem taruhan yang menjadi asal muasal kripto REP Coin akan lebih bermanfaat bagi pengguna berkat desentralisasi.
Dilansir dari Coinmarketcap, pada 6 tahun lalu, ide ini membuat sensasi nyata, jadi mereka memutuskan untuk meluncurkan platform berbasis Ethereum, dan Vitalik Buterin menawarkan diri untuk menjadi konsultan mereka.
Baca Juga
Kemudian pada 2015, jaringan Ethereum meluncurkan kontrak pintar pertama dari proyek yang disebut Augur (untuk menghormati peramal Augur Romawi). Pada tahun yang sama, pengembang melakukan Initial Coin Offering (ICO) dan berhasil menjual sekitar 8,8 juta token REP dengan harga sekitar USD 5 juta atau setara Rp 76,6 miliar (asumsi kurs Rp 15.337 per dolar AS).
Advertisement
Proyek ini menjadi sangat sukses sehingga Augur berubah menjadi salah satu platform taruhan paling populer di dunia. Jadi, dengan Augur, beberapa pengguna dapat mengetahui pendapat kolektif tentang peristiwa tertentu, sementara yang lain dapat mengungkapkan pendapat mereka dan, jika ternyata benar, mendapatkan uang untuk itu.
Token kripto Augur (REP) adalah token Ethereum yang dirancang untuk melaporkan dan memperdebatkan hasil peristiwa di pasar prediksi online. Mereka yang melaporkan dengan benar akan diberi penghargaan.
Kemudian sekitar 2019, menurut informasi situs resmi Augur mereka telah melakukan upgrade jaringan mereka yang membuat token Augur (REP) berubah menjadi (REPv2).
Harga REPv2
Berdasarkan data Coinmarketcap, Selasa (12/9/2023), harga REPv2 adalah Rp 17.862 dengan volume perdagangan 24 jam sebesar Rp 66,58 miliar.
REPv2 naik 10,93 persen. Sedangkan untuk peringkat Coinmarketcap saat ini adalah 677 turun dari peringkat 180 pada Mei 2022. REPv2 memiliki kapitalisasi pasar Rp 195,7 miliar. Hingga saat ini telah terjadi peredaran suplai sebanyak 11 juta koin REPv2 dari maksimal suplai tidak tersedia.
Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.
Pasar Kripto Masih Babak Belur, Investor Pantau Data Inflasi AS Terbaru
Sebelumnya, dalam beberapa hari terakhir, pasar kripto telah mengalami perlambatan yang mencolok. Volatilitas harga, yang selalu menjadi ciri khas dari pasar kripto, kini tampak lebih rendah dari biasanya.
Semua mata investor saat ini tertuju pada data inflasi terbaru dari Amerika Serikat (AS) yang dijadwalkan akan dirilis pada Rabu, 13 September.
Trader Tokocrypto, Fyqieh Fachrur mengatakan para pelaku pasar kripto sedang memantau tanda-tanda yang mungkin mengindikasikan apakah ekonomi AS akan mengalami "soft landing," di mana Federal Reserve (The Fed) mampu menurunkan tingkat inflasi tanpa menghambat pertumbuhan ekonomi.
“Data Consumer Price Index (CPI) atau inflasi AS, jika angkanya terlalu tinggi, dapat menimbulkan kekhawatiran bahwa The Fed akan mempertahankan suku bunga lebih tinggi untuk waktu yang lebih lama atau meningkatkan suku bunga dalam beberapa bulan mendatang,” kata Fyqieh dalam siaran pers, Senin (11/9/2023).
Hal ini dapat mengurangi minat investor terhadap pasar kripto dan lebih memilih aset yang lebih aman. Selain inflasi, para investor juga akan memantau data lain yang akan dirilis minggu ini, seperti indeks harga produsen dan penjualan ritel.
The Fed diperkirakan mempertahankan suku bunga acuan pada tingkat stabil pada pertemuan yang akan diadakan pada 20 September 2023.
Hingga saat ini, investor masih mempertahankan kepercayaan mereka pada pasar, meskipun pasar kripto baru-baru ini mengalami fluktuasi. Namun, sebagian investor juga mulai bersikap lebih berhati-hati dan mempersiapkan diri untuk kemungkinan perubahan di masa depan.
Advertisement
Rumor FTX
Selain faktor-faktor makroekonomi, industri kripto juga diguncang oleh rumor terkait FTX. Kabar yang belum terkonfirmasi secara resmi menyebutkan FTX akan segera melakukan likuidasi asetnya mulai 13 September.
FTX, yang memiliki aset kripto senilai sekitar USD 4,3 miliar atau setara Rp 65,9 triliun (asumsi kurs Rp 15.343 per dolar AS), tengah mempertimbangkan untuk menjual aset senilai sekitar USD 200 juta atau setara Rp 3 triliun setiap minggunya.
"Penting untuk diingat bahwa hingga saat ini belum ada konfirmasi resmi dari sumber terkait mengenai rumor ini. Meskipun begitu, berita tersebut telah berdampak pada penurunan harga Solana (SOL) sejak hari Minggu, 10 September. SOL adalah salah satu aset yang paling banyak dimiliki oleh FTX," ujar Fyqieh.
Total kapitalisasi pasar kripto saat ini ditutup dalam tren merah, dengan penurunan sekitar 0,16 persen, mencapai level USD 1,03 triliun atau setara Rp 15.803 triliun. Pasar kripto saat ini masih bergerak dalam tren sideways, dan sikap para investor nampaknya lebih cenderung "wait and see."
Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.