Liputan6.com, Jakarta - Setelah menutup 2023 dengan naik lebih dari 160%, bitcoin (BTC) memasuki 2024 dengan mengesankan di mana pada perdagangan Selasa, 2 Januari 2024, harga Bitcoin melesat ke atas USD 45.000 atau setara Rp 696,1 juta (asumsi kurs Rp 15.469 per dolar AS) dalam 24 jam terakhir.
Kenaikan harga Bitcoin ini sekaligus kembali mencetak level tertinggi sejak 2023. Pergerakan Bitcoin awal pekan ini melesat setelah bergerak stabil selama seminggu terakhir.
Baca Juga
Data NFP AS
Financial Expert Ajaib Kripto, Panji Yudha menjelaskan sentimen beberapa pekan ke depan yang akan dihadapi industri kripto. Pertama, Biro Statistik Tenaga Kerja AS akan merilis laporan upah non pertanian (NFP) Desember, pada 5 Januari 2024.
Advertisement
Laporan nonfarm payrolls melaporkan lapangan kerja di AS pada Desember 2023 diprediksi akan tumbuh lebih rendah menjadi 163.000 daripada November 2023 sebesar 199.000.
"Dampak jangka pendek hasil NFP ke pasar kripto jika rilis lebih tinggi daripada ekspektasi pasar, maka akan berdampak negatif ke Bitcoin. Sebaliknya jika sesuai atau di bawah ekspektasi pasar akan berdampak positif ke Bitcoin,” kata Panji dalam siaran pers, dikutip Rabu (3/1/2024).
Persetujuan ETF Bitcoin Spot
Sementara itu pada pekan depan, momen yang paling ditunggu-tunggu adalah keputusan SEC terkait ETF Bitcoin. Antusiasme pasar terhadap pengumuman positif ini telah mengangkat minat pada Bitcoin.
Sejumlah calon penerbit seperti BlackRock, VanEck, Valkyrie, Bitwise, Invesco Galaxy, Fidelity, WisdomTree, dan ARK 21Shares, telah menyerahkan berkas terbaru mereka kepada SEC pekan lalu. Saat ini, terdapat lebih dari 10 calon penerbit ETF Bitcoin spot.
Semua mata tertuju pada awal 2024 dengan berbagai spekulasi dan antisipasi terhadap keputusan SEC terkait ETF Bitcoin. Pada 10 Januari 2024, tenggat waktu terdekat bagi SEC untuk menyetujui, menolak atau kembali menunda keputusan penerbitan ETF Bitcoin spot.
Sementara, saat ini yang memperkuat potensi persetujuan ETF Bitcoin spot adalah partisipasi BlackRock dalam momen kali ini. Sebagai catatan, rekor keberhasilan BlackRock terkait pengajuan berkas ETF adalah 575 kali disetujui dan 1 kali ditolak.
Sentimen The Fed
BlackRock juga telah menunjuk JPMorgan sebagai peserta resmi untuk ETF Bitcoin spot miliknya. Hal ini menjadi menarik mengingat CEO JPMorgan, Jamie Dimon, adalah sosok yang berniat menutup dunia kripto jika dirinya jadi pemerintah, menurut pernyataan pada 6 Desember 2023 lalu.
"Volatilitas pasar kripto akan meningkat menjelang keputusan SEC terhadap ETF Bitcoin spot, maka pelaku pasar harap tetap waspada mengantisipasi perubahan harga Aset Kripto. Potensi jangka pendek, kemungkinan adanya sell on the news atau melakukan penjualan setelah terbitnya berita tentang keputusan terkait ETF Bitcoin spot," ujar Panji.
Investor berpotensi tidak ingin melewatkan kesempatan untuk mengambil sejumlah keuntungan karena telah ada langkah antisipatif besar berdasarkan ekspektasi potensi persetujuan ETF Bitcoin spot dimana telah menjadi sorotan dalam enam bulan terakhir.
FOMC
Meski demikian, perspektif jangka panjang Bitcoin lebih menjanjikan, didukung dengan sentimen Bitcoin halving yang akan terjadi pada April 2024 serta didorong dengan potensi Bank Sentral AS yang akan memotong suku bunga acuannya pada FOMC Maret 2024 diyakini akan memberi dampak positif jangka panjang bagi pasar aset kripto.
Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi
Advertisement
Harga Bitcoin Naik di Atas Rp 695 Juta untuk Pertama Kali Sejak April 2022
Sebelumnya diberitakan, Bitcoin melonjak di atas USD 45.000 atau setara Rp 695,8 juta (asumsi kurs Rp 15.462 per dolar AS) pada Selasa, 2 Januari 2024 untuk pertama kalinya sejak April 2022.
Dilansir dari Yahoo Finance, Selasa (2/1/2024), mata uang kripto terbesar di dunia ini memulai Tahun Baru dengan ledakan yang didukung oleh optimisme seputar kemungkinan persetujuan ETF Bitcoin Spot.
Bitcoin menyentuh puncaknya dalam 21 bulan di USD 45.532 atau setara Rp 704,1 juta, setelah naik 156% pada 2023 dalam kinerja tahunan terkuatnya sejak 2020, tetapi harga Bitcoin masih jauh dari rekor tertinggi USD 69.000 atau setara Rp 1 miliar yang dicapai pada November 2021.
Fokus investor tertuju pada apakah regulator sekuritas AS akan segera menyetujui ETF bitcoin spot, yang akan membuka pasar bitcoin bagi jutaan investor lagi dan menarik miliaran investasi.
Komisi Sekuritas dan Bursa AS telah menolak beberapa permohonan untuk meluncurkan ETF bitcoin spot dalam beberapa tahun terakhir, dengan alasan pasar mata uang kripto rentan terhadap manipulasi.
Namun, dalam beberapa bulan terakhir, terdapat peningkatan tanda-tanda regulator siap untuk menandatangani setidaknya beberapa dari 13 usulan ETF bitcoin spot, dengan ekspektasi keputusan tersebut kemungkinan akan diambil pada awal Januari.
Selain itu, meningkatnya spekulasi bank sentral besar akan memangkas suku bunga tahun ini juga merupakan keuntungan bagi mata uang kripto, membantu menghilangkan kesuraman yang terjadi di pasar kripto setelah runtuhnya FTX dan kegagalan bisnis kripto lainnya pada 2022.
Terungkap, Persetujuan ETF Bitcoin Tak Bakal Genjot Lonjakan Harga
Sebelumnya diberitakan, Greeks live, sebuah platform untuk memperdagangkan produk opsi kripto memprediksi tidak ada lonjakan harga yang signifikan setelah regulator AS menyetujui ETF Bitcoin spot menurut data dari platformnya.
Menurut cuitan oleh Greeks.Live, data pasar terbaru dari platform perdagangannya menunjukkan meskipun ada spekulasi tentang SEC yang menyetujui aplikasi Bitcoin Spot ETF Selasa depan, terdapat sedikit volatilitas dalam volatilitas tersirat dan harga jangka utama.
“Volatilitas tersirat mengukur ekspektasi pasar terhadap pergerakan harga kontrak opsi di masa depan,” kata Greeks.Live, dikutip dari Cointelegraph, Selasa (2/1/2024).
Menurut laporan Reuters, SEC AS dapat menghubungi pemohon ETF Bitcoin awal minggu depan. Perkembangan ini diperkirakan menjadi sangat penting bagi pasar kripto, memungkinkan investor untuk memperdagangkan ETF yang didukung Bitcoin di bursa yang teregulasi.
Namun, cuitan dari Greeks menunjukkan aktivitas pasar yang rendah secara tak terduga sebagai reaksi terhadap berita tersebut. Data opsi menunjukkan volatilitas tersirat untuk opsi 12 Januari, yang terkait erat dengan ETF, justru menurun dan bukannya meningkat. Selain itu, volume perdagangan untuk opsi ini sangat rendah.
Berdasarkan data ini, Greeks.live menegaskan pasar telah mempertimbangkan potensi persetujuan dari ETF Bitcoin spot.
Dalam istilah lain, para pelaku pasar dapat memperkirakan terjadinya hal tersebut dan mengubah posisi mereka sesuai dengan hal tersebut, sehingga persetujuan sebenarnya memiliki dampak yang terbatas terhadap harga dan volatilitas.
Advertisement