Data Inflasi AS Beri Efek Kejut Sesaat ke Bitcoin

Pada 20 Januari 2025, Bitcoin sempat mencapai rekor tertinggi di atas USD 109.000, tepat sebelum pelantikan Presiden AS Donald Trump

oleh Gagas Yoga Pratomo diperbarui 13 Feb 2025, 10:08 WIB
Diterbitkan 13 Feb 2025, 10:08 WIB
Harga Bitcoin
Ilustrasi aset kripto Bitcoin. (ParStud/depositphotos.com)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta Harga Bitcoin (BTC) sempat turun di bawah USD 95.000 atau setara Rp 1,55 miliar (asumsi kurs Rp 16.370 per dolar AS) setelah data inflasi terbaru menunjukkan angka yang lebih tinggi dari perkiraan.

Kondisi ini semakin mengikis harapan investor bahwa Federal Reserve akan memangkas suku bunga dalam pertemuan bulan Maret. Inflasi Amerika Serikat (AS) naik menjadi 3% pada Januari 2025. 

Dilansir dari Yahoo Finance, Kamis (13/2/2025), meski sempat melemah, Bitcoin berhasil pulih dan kembali diperdagangkan di kisaran USD 97.000 atau setara Rp 1,58 miliar. Saham perusahaan yang terkait dengan Bitcoin, seperti MicroStrategy (MSTR), Coinbase (COIN), dan Marathon Holdings (MARA), juga mengalami pergerakan yang mencerminkan pola serupa.

Namun, kenaikan inflasi serta ketidakpastian terkait kebijakan tarif yang berpotensi memperburuk inflasi bukan kabar baik bagi Bitcoin sebagai instrumen investasi. Suku bunga yang lebih tinggi meningkatkan daya tarik Obligasi Pemerintah, yang menawarkan imbal hasil lebih besar dengan risiko lebih rendah dibandingkan aset spekulatif seperti Bitcoin.

Apa yang Terjadi dengan Bitcoin?

Pada 20 Januari 2025, Bitcoin sempat mencapai rekor tertinggi di atas USD 109.000, tepat sebelum pelantikan Presiden AS Donald Trump. Banyak investor berharap regulasi yang lebih bersahabat terhadap aset digital di bawah kepemimpinan Trump akan membawa dampak positif bagi pasar kripto.

Namun, meskipun optimisme ini cukup besar, harga Bitcoin tetap fluktuatif dan belum menunjukkan tren kenaikan yang konsisten.

Beberapa analis, termasuk kepala aset digital BlackRock, telah berargumen Bitcoin lebih mirip dengan aset lindung nilai seperti emas, yang cenderung berkinerja baik saat ketidakpastian ekonomi meningkat. 

Namun, teori ini mulai dipertanyakan karena Bitcoin sering kali bergerak sejalan dengan aset kripto berisiko seperti saham tradisional, yang juga mengalami penurunan setelah laporan inflasi terbaru dirilis.

 

Bagaimana Prospek Bitcoin ke Depan?

Ilustrasi Bitcoin. Liputan6.com/Mochamad Wahyu Hidayat
Ilustrasi Bitcoin. Liputan6.com/Mochamad Wahyu Hidayat... Selengkapnya

Meskipun harga mengalami penurunan baru-baru ini, aliran dana masuk ke ETF Bitcoin spot masih tetap positif sejak awal tahun 2025, menurut data dari Farside Investors.

Namun, dalam minggu ini saja, ETF Bitcoin spot telah mengalami arus keluar gabungan sebesar USD 243 juta, yang menunjukkan adanya tekanan jual dari investor.

Kondisi pasar saat ini masih penuh ketidakpastian, dan pergerakan Bitcoin dalam beberapa bulan ke depan kemungkinan besar akan sangat dipengaruhi oleh kebijakan moneter Federal Reserve, dinamika inflasi, serta respons investor terhadap perubahan regulasi aset kripto.

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.

 

Adopsi Institusional

Ilustrasi aset kripto Bitcoin. (Foto By AI)
Ilustrasi aset kripto Bitcoin. (Foto By AI)... Selengkapnya

Raksasa perbankan investasi, Goldman Sachs semakin memperbesar eksposurnya terhadap Bitcoin dengan meningkatkan kepemilikan dalam ETF Bitcoin hampir 90%, menurut laporan terbaru yang disampaikan ke Komisi Sekuritas dan Bursa AS (SEC). 

Dalam laporan yang dirilis pada 12 Februari, yang mencakup data kuartal keempat 2024, Goldman Sachs kini memegang saham di iShares Bitcoin Trust ETF (IBIT) senilai USD 1,27 miliar atau setara dengan 24.077.861 lembar saham. 

Angka ini menunjukkan kenaikan signifikan sebesar 88% dibandingkan periode sebelumnya (Juli-September 2024).

ETF iShares Bitcoin Trust dirancang untuk memberikan akses bagi investor institusional ke Bitcoin tanpa perlu membeli dan menyimpan aset kripto secara langsung. Selain IBIT, Goldman Sachs juga meningkatkan investasinya di Fidelity Wise Origin Bitcoin Fund (FBTC), dengan kepemilikan sebesar USD 288 juta atau 3.530.486 lembar saham, naik 105% dari kuartal sebelumnya. 

FBTC juga berfungsi sebagai sarana investasi bagi institusi untuk mendapatkan eksposur terhadap pergerakan harga Bitcoin dengan regulasi yang lebih jelas.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya