Liputan6.com, Jakarta Pergerakan harga Bitcoin menjadi salah satu yang menarik diperhatikan. Pasalnya, harga kripto andalan tersebut diprediksi masih akan mengalami fluktuasi.
Analis Tokocrypto, Fyqieh Fachrur menyampaikan ada potensi Bitcoin mengalami kenaikan kedepannya. Terbaru, harga Bitcoin menguat karena Bank Sentral Amerika Serikat menahan suku bunga.
Baca Juga
Dia mengidentifikasi pola bullish pada grafik harian BTC, yang dapat membawa harga mencapai ke level USD 90.000, terutama jika The Fed menunjukkan sikap lebih dovish terhadap kebijakan moneter.
Advertisement
Menurut Fyqieh, volatilitas harga Bitcoin masih akan tinggi dalam beberapa bulan ke depan.
“Jika Powell mengindikasikan penurunan suku bunga di akhir tahun ini, Bitcoin bisa menguji level USD 90.000. Namun, jika kebijakan moneter tetap ketat, ada risiko penurunan hingga USD 76.000,” ungkap Fyqieh dalam keterangannya, Minggu (23/3/2025).
Dia memandang selain kebijakan The Fed, faktor geopolitik juga dapat memainkan peran penting. Peristiwa seperti keputusan pemerintah AS terhadap regulasi kripto, serta konflik geopolitik global, dapat mempengaruhi pergerakan harga Bitcoin secara signifikan.
Bitcoin terus menunjukkan daya tariknya sebagai aset investasi utama di tengah ketidakpastian ekonomi global. Dengan dominasi pasar sebesar 60,7 persen dan kapitalisasi mencapai USD 1,73 triliun, minat investor tetap tinggi.
"Namun, investor perlu mencermati berbagai faktor yang dapat mempengaruhi harga, termasuk kebijakan moneter, arus masuk institusional, serta dinamika geopolitik," katanya.
"Bagi investor yang ingin mengambil keuntungan dari volatilitas ini, memahami level support di USD 80.000 dan resistensi di USD 85.500 serta USD 87.000 menjadi kunci untuk membuat keputusan investasi yang lebih bijak," imbuh Fyqieh.
Pengaruh Harga Bitcoin Menguat
Sebelumnya, nilai Bitcoin meningkat positif seiring dengan penetapan suku bunga Amerika Serikat (AS) oleh Federal Reserve (The Fed). Namun, menguatnya nilai Bitcoin digadang bukan sebatas karena tak naiknya suku bunga tersebut.
Analis Tokocrypto Fyqieh Fachrur mengatakan, lonjakan harga Bitcoin tidak hanya dipicu oleh keputusan hasil pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC). Tapi juga dipengaruhi oleh faktor eksternal seperti meningkatnya minat institusional dan perkembangan politik.
“Rencana Donald Trump untuk berbicara di Digital Asset Summit (DAS) yang diselenggarakan di New York pada 20 Maret 2025, turut mendongkrak pasar kripto," kata Fyqieh dalam keterangannya, Jumat (21/3/2025).
Advertisement
Investor Kembali Aktif
Di samping itu, investor kakap yang kembali aktif di pasar kripto turut memberikan pengaruh. Ini terluhat dari arus masuk dana yang diinvestasikan.
"Selain itu, data menunjukkan bahwa ETF Bitcoin spot AS mencatat arus masuk bersih sebesar USD 209 juta pada 19 Maret, menegaskan bahwa investor besar kembali aktif di pasar,” tegas Fyqieh.
Asal tahu saja, harga Bitcoin mengalami lonjakan signifikan hingga USD 87.453 atau sekitar Rp 1,44 miliar pada 20 Maret 2025.
Hal ini didorong oleh reaksi pasar terhadap keputusan hasil pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) dan pernyataan dari Ketua Federal Reserve (The Fed), Jerome Powell.
