Liputan6.com, Jakarta - Bank sentral Korea Selatan, secara resmi mengumumkan mereka tidak akan memasukkan Bitcoin ke dalam cadangan devisa nasionalnya. Dalam pernyataan yang dirilis pada 16 Maret, bank tersebut menegaskan bahwa aset digital seperti Bitcoin tidak memenuhi kriteria yang dibutuhkan untuk menjadi bagian dari cadangan negara.
Keputusan ini muncul setelah Cha Gyu-geun dari Komite Perencanaan dan Keuangan Majelis Nasional mengajukan penyelidikan terkait kemungkinan memasukkan Bitcoin sebagai cadangan devisa.
Advertisement
Baca Juga
Bank Korea menolak gagasan tersebut dengan alasan bahwa volatilitas Bitcoin yang ekstrem dapat memicu risiko besar terhadap stabilitas ekonomi.
Advertisement
Risiko Volatilitas dan Biaya Likuidasi
Bank Korea menyoroti Bitcoin sering mengalami fluktuasi harga yang tajam, yang dapat menyebabkan penurunan nilai yang signifikan dalam situasi pasar yang tidak stabil. Selain itu, proses likuidasi aset digital ini bisa menimbulkan biaya transaksi yang tinggi.
"Aset cadangan harus stabil dan dapat diandalkan dalam kondisi ekonomi apa pun. Bitcoin tidak memenuhi syarat tersebut karena volatilitasnya yang ekstrem," jelas Bank Korea dalam pernyataan resminya, dikutip dari Coinmarketcap, Selasa (18/3/2025).
Sejalan dengan Panduan IMF
Bank sentral Korea Selatan juga menegaskan bahwa kebijakan mereka sejalan dengan standar yang ditetapkan oleh Dana Moneter Internasional (IMF). IMF merekomendasikan bahwa aset cadangan harus likuid, mudah diperdagangkan, dan memiliki peringkat investasi yang stabil.
Bank Korea berpendapat bahwa Bitcoin gagal memenuhi kriteria ini karena tingkat volatilitas dan risiko yang tinggi, terutama dalam kondisi pasar yang bergejolak.
Â
Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.
Berlawanan dengan Tren Global
Keputusan ini tampaknya bertolak belakang dengan arah kebijakan regulasi kripto yang mulai lebih fleksibel di Korea Selatan. Negara tersebut sedang merencanakan pelonggaran aturan terkait perdagangan mata uang kripto bagi institusi keuangan, setelah sebelumnya menerapkan larangan yang ketat.
Di tingkat global, beberapa negara mengambil pendekatan berbeda terhadap Bitcoin sebagai aset cadangan. Republik Ceko dan Brasil sedang mengevaluasi kemungkinan memasukkan aset digital dalam cadangan mereka.
Jepang, Swiss, dan Uni Eropa masih menganggap Bitcoin sebagai aset berisiko tinggi, tetapi tetap membuka ruang bagi penggunaannya di sektor keuangan.
Sementara itu, Amerika Serikat telah mengambil langkah yang berbeda dengan membentuk Cadangan Bitcoin Strategis, yang berisi aset digital yang disita oleh pemerintah federal melalui perintah eksekutif pada bulan Maret.
Hal ini menunjukkan bahwa ada perbedaan pandangan di antara berbagai negara mengenai peran Bitcoin dalam sistem keuangan nasional mereka.
Â
Advertisement
Calon Gubernur Florida Usulkan Bitcoin Sebagai Aset Cadangan
Sebelumnya, Calon Gubernur Florida, Byron Donalds mengajukan gagasan agar negara bagian tersebut mulai menyimpan Bitcoin sebagai bagian dari cadangan kasnya.Â
Dalam wawancara dengan Fox Business, Donalds menekankan langkah ini bertujuan untuk melindungi stabilitas keuangan Florida di tengah kekhawatiran terhadap kebijakan moneter federal.
"Yang saya usulkan di Florida adalah cadangan Bitcoin, bukan hanya cadangan kripto. Kripto adalah sekumpulan mata uang yang berbeda dalam satu keranjang. Bitcoin telah terbukti menjadi pemegang nilai dalam jangka panjang," ujar Donalds pada 10 Maret, dikutip dari Yahoo Finance, Kamis (13/3/2025).
Donalds menggarisbawahi Bitcoin memiliki pertumbuhan yang signifikan selama bertahun-tahun. Ia menyoroti bagaimana harga Bitcoin yang hanya USD 500 per koin pada tahun 2015 kini telah melesat hingga lebih dari USD 82.000. Ia membandingkan Bitcoin dengan emas, menyebutnya sebagai aset digital yang langka dan bernilai tinggi.
Kritik Kebijakan The Fed
Donalds juga mengkritik kebijakan Federal Reserve yang dianggapnya mencetak terlalu banyak uang, sehingga melemahkan nilai dolar dalam jangka panjang.Â
"Federal Reserve terus mencetak dolar tanpa batas karena ketidakmampuan Kongres mengendalikan pengeluaran. Memiliki cadangan Bitcoin sebagai bagian dari portofolio negara dapat membantu mempertahankan nilai jangka panjang," jelasnya.
Ketika ditanya mengenai risiko Bitcoin yang bisa saja kehilangan nilainya, Donalds menjawab bahwa tidak ada jaminan dalam investasi, tetapi ia membandingkannya dengan strategi cadangan lain yang digunakan negara.Â
"Tidak ada jaminan. Namun, ada alasan mengapa kami juga memiliki cadangan minyak strategis dalam portofolio negara," tambahnya.Â
Ia juga menyamakan cadangan Bitcoin dengan dana pensiun negara, yang berinvestasi dalam aset dengan harapan apresiasi jangka panjang.
Terkait pendanaan pembelian Bitcoin, Donalds menegaskan uang pajak tidak akan langsung digunakan. Menurutnya, pembiayaan cadangan Bitcoin dapat berasal dari surplus anggaran yang sudah dimiliki negara bagian Florida.
Advertisement
