Ketidakpastian Imbas Perang Tarif Bayangi Harga Kripto

Analis Ajaib menyatakan, pemulihan ini bukan hanya respons terhadap kebijakan tarif, tapi juga cermin dari daya tahan pasar kripto yang mulai terbentuk di tengah ketidakpastian global.

oleh Agustina Melani Diperbarui 15 Apr 2025, 16:30 WIB
Diterbitkan 15 Apr 2025, 16:30 WIB
Ketidakpastian Imbas Perang Tarif Bayangi Harga Kripto
Ilustrasi bitcoin dan ethereum (Foto: Unsplash/Thought Catalog)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - Harga Bitcoin (BTC) kembali menguat ke kisaran USD 85.000 pada awal pekan ini di tengah tarik ulur keputusan tarif Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.

Pemerintahan Trump pada Jumat, 12 April 2025 mengumumkan barang elektronik seperti smartphone dan laptop sementara tidak dikenakan tarif impor 145% untuk produk asal China.

Ini memberi angin segar bagi perusahaan teknologi AS seperti Apple, yang sebagian besar produksinya berbasis di China, termasuk juga mendorong pergerakan aset kripto.

Namun, keesokan harinya Trump menyatakan tarif tetap akan diberlakukan, meskipun kemungkinan lebih rendah dan bersifat “spesial.” Pengecualian ini bersifat sementara, karena pemerintah tengah menyiapkan kebijakan tarif baru yang lebih spesifik, terutama untuk industri semikonduktor.

Financial Expert Ajaib, Panji Yudha menuturkan, pemulihan ini bukan hanya respons terhadap kebijakan tarif, tapi juga cermin dari daya tahan pasar kripto yang mulai terbentuk di tengah ketidakpastian global.

Inflasi Melandai, Tapi Ketidakpastian Masih Mengintai

Dari sisi makroekonomi, data inflasi AS terbaru menunjukkan kejutan positif. Indeks Harga Konsumen (IHK) hanya naik 2,4% YoY pada Maret, jauh di bawah ekspektasi 2,8% dan menjadi laju terendah sejak September lalu. Tak hanya itu, Indeks Harga Produsen (PPI) juga turun 0,4%, penurunan bulanan terbesar sejak Oktober 2023, mencerminkan tekanan harga dari sisi hulu mulai mereda.

“Hasil data Inflasi (CPI & PPI) juga berperan terhadap pemulihan harga BTC dalam beberapa hari terakhir. Namun, penurunan inflasi ini bisa saja hanya jeda sementara. Risiko dari efek lanjutan tarif dan sikap The Fed yang masih hawkish tetap menjadi sumber tekanan,” ujar Panji Yudha seperti dikutip dari keterangan resmi, Selasa (15/4/2025.

Risalah pertemuan The Fed pada Maret juga mencerminkan kekhawatiran terhadap inflasi yang bisa kembali meningkat, terutama jika tarif Trump mendorong naiknya biaya impor.

Ekspektasi Pemangkasan Suku Bunga pada Juni Meningkat

Ilustrasi the Federal Reserve (Brandon Mowinkel/Unsplash)
Ilustrasi the Federal Reserve (Brandon Mowinkel/Unsplash)... Selengkapnya

Mayoritas pelaku pasar memperkirakan Federal Reserve akan memangkas suku bunga sebesar 25 bps menjadi 4,00–4,25% pada pertemuan 18 Juni 2025, mencerminkan potensi pelonggaran kebijakan di tengah kekhawatiran perlambatan ekonomi, meskipun suku bunga saat ini masih dipertahankan di kisaran 4,25–4,50%.

Arus Keluar ETF Bitcoin spot, Disetujuinya ETF Ethereum Options

Meski Bitcoin menguat, arus keluar dari ETF spot Bitcoin di AS mencapai USD 172,69 juta pada pekan lalu (7-11 April 2025). Ini menunjukkan investor institusional masih memilih bersikap hati-hati terhadap risiko jangka pendek.

Namun, kabar baik datang dari Ethereum (ETH) setelah SEC AS menyetujui perdagangan options. Hal ini diperkirakan akan menarik minat institusi yang membutuhkan instrumen lindung nilai yang lebih kompleks.

Bitcoin Berpotensi Lanjut Menguat

Selasa pagi (15/4/2025) pukul 08.00 WIB, harga Bitcoin (BTC) tercatat di USD 84.932 atau sekitar Rp1,43 miliar. BTC berhasil menembus garis MA-20 dan kini diperdagangkan di atas MA-50 (USD 84.329), membuka peluang breakout dari resistance USD 85.000. Jika level ini berhasil ditembus, BTC berpotensi melanjutkan kenaikan menuju MA-100 dan resistance selanjutnya di USD 91.000.

Data Ekonomi AS Penting Pekan Ini

Bursa saham Asia Pasifik lesu pada perdagangan Kamis, (4/5/2023) usai the Federal Reserve (the Fed) atau bank sentral Amerika Serikat menaikkan suku bunga. (Foto: Jason Briscoe/Unsplash)
Bursa saham Asia Pasifik lesu pada perdagangan Kamis, (4/5/2023) usai the Federal Reserve (the Fed) atau bank sentral Amerika Serikat menaikkan suku bunga. (Foto: Jason Briscoe/Unsplash)... Selengkapnya

Menjelang libur Good Friday, pasar kripto bersiap menghadapi serangkaian data ekonomi penting AS yang akan sangat mempengaruhi arah pasar:

1.Consumer Inflation Expectations (Senin): Kenaikan ekspektasi inflasi konsumen AS menjadi sinyal bahwa tekanan harga belum sepenuhnya reda. Jika angka ini kembali naik ke 3,3% atau lebih, pasar bisa mulai mengantisipasi kebijakan moneter yang lebih ketat dari The Fed.

2. US Retail Sales (Rabu): Mengukur total pengeluaran konsumen di sektor ritel. Peningkatan angka ini menunjukkan kuatnya tingkat konsumsi masyarakat, sementara penurunan dapat menjadi sinyal melemahnya aktivitas ekonomi.

3.Industrial Production (Rabu): Menggambarkan tingkat output dari sektor industri, termasuk pabrik dan fasilitas utilitas. Peningkatan data ini mengindikasikan adanya pertumbuhan produksi, sementara penurunan mencerminkan melemahnya aktivitas industri.

4. Initial Jobless Claims (Kamis): data mingguan yang mencerminkan jumlah klaim awal untuk tunjangan pengangguran. Peningkatan angka klaim dapat mengindikasikan potensi kenaikan tingkat pengangguran, sedangkan penurunan angka klaim menunjukkan perbaikan kondisi pasar tenaga kerja.

Ketidakpastian arah suku bunga dan kebijakan dagang AS tetap menjadi katalis dominan bagi pasar kripto dalam jangka pendek. Dalam kondisi seperti ini, investor disarankan fokus pada manajemen risiko.

"Pasar saat ini sedang berada dalam fase ketidakpastian. Investor yang siap dengan strategi defensif namun fleksibel akan lebih mampu memanfaatkan peluang tanpa terjebak dalam volatilitas jangka pendek,” ujar Panji. 

 

INFOGRAFIS: 10 Mata Uang Kripto dengan Valuasi Terbesar (Liputan6.com / Abdillah)
INFOGRAFIS: 10 Mata Uang Kripto dengan Valuasi Terbesar (Liputan6.com / Abdillah)... Selengkapnya
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya