Nazar Saat Jatuh Sakit Membawa Ratnawati Sutedjo Terjun untuk Berdayakan Penyandang Disabilitas

Pada 2001 silam, Ratnawati Sutedjo pendiri yayasan pemberdaya disabilitas Precious One, jatuh sakit hingga tak bisa berbuat apa-apa. Ini menjadi titik awal ia mengenal dan terjun ke dunia disabilitas.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 29 Sep 2020, 12:00 WIB
Diterbitkan 29 Sep 2020, 12:00 WIB
Ratnawati Sutedjo
Ratnawati Sutedjo Precious One. Foto tangkapan layar Instagram @tsa_p1.... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta Pada 2001 silam, Ratnawati Sutedjo pendiri yayasan pemberdaya disabilitas Precious One, jatuh sakit hingga tak bisa berbuat apa-apa. Ini menjadi titik awal ia mengenal dan terjun ke dunia disabilitas.

“Tahun 2001 saya sakit, gak bisa apa-apa padahal waktu itu saya sudah kerja tapi Tuhan izinkan saya sakit dan itu titik terendah hidup saya. Saat itu saya merenung, anggota tubuh saya lengkap tapi saya tidak bisa bekerja dan waktu itu saya berpikir gimana dengan teman-teman disabilitas,” katanya saat diwawancarai Liputan6.com beberapa waktu lalu, ditulis Senin (28/9).

Penyakit ini membawanya ke sebuah nazar dan keinginan untuk berteman dengan penyandang disabilitas. Ketika sembuh, ia mulai belajar bahasa isyarat dan membuka komunikasi dengan penyandang disabilitas.

“Mereka curhat bahwa mereka tidak bisa bekerja dan ditolak sana-sini karena keterbatasan. Tergerak hati saya, ternyata saya tidak bisa hanya menjadi seorang teman tapi bagaimana saya harus berusaha menjawab tantangan hidup mereka.”

Pengalaman tersebut menjadi latar belakang berdirinya Precious One. Yayasan ini berdiri pada 2004 dan berawal dari satu orang kemudian berkembang dan di situ ia banyak belajar tentang penyandang disabilitas.

“Awalnya satu teman tuli yang bergabung, dari satu orang dan mulai menjahit. Kemudian datang orangtua dari penyandang down syndrome, kalau untuk menjahit mungkin belum bisa sebagus teman tuli karena kondisinya berbeda.”

Dari kejadian tersebut Ratna berpikir tentang jenis pekerjaan apa yang dapat dilakukan penyandang down syndrome. Akhirnya, ia memutuskan untuk menciptakan lapangan pekerjaan berupa jasa pengemasan sendok untuk nasi kotak.

“Itu ada ratusan anak down syndrome dan autisme yang bergabung saat ini untuk memenuhi kebutuhan sendok untuk nasi kotak di restoran-restoran. Bisa dibilang saat ini difabel yang bergabung dengan Precious One itu disabilitas daksa, yang pakai alat bantu, tuli, down syndrome, autis, dan penyandang tunanetra untuk produksi nugget.”

Ia menambahkan, hampir semua jenis disabilitas telah bergabung di Precious One. Produknya sendiri berupa kriya, alat peraga, boneka kertas, dan makanan.

Simak Video Berikut Ini:

Tantangan Mendirikan Precious One

Dalam mendirikan Precious One dan bekerja sama dengan penyandang disabilitas, menurut Ratna tantangannya pasti ada. Hal ini disebabkan karakteristik penyandang disabilitas yang berangkat dari latar belakang lingkungan, keluarga, dan pendidikan yang berbeda-beda.

“Otomatis mereka harus menyesuaikan dunia kerja yang sesungguhnya. Apalagi teman tuli, pemahaman bahasa dan komunikasi mereka itu sulit dan itu menjadi tantangan kami untuk mengajar mereka arti tanggung jawab dan disiplin saat mereka bekerja dan mengajar mereka untuk membuat produk yang diterima masyarakat dan tidak asal, itu sebuah tantangan.”

Walau demikian, ia bersyukur karena penyandang disabilitas di Precious One sudah terbiasa dengan cara kerjanya. Hal ini kemudian ditularkan kepada penyandang disabilitas lain di berbagai daerah seperti di Jawa Tengah.

Ratna berharap agar para penyandang disabilitas dapat mengedepankan kualitas dalam setiap produknya dan memiliki kesempatan kerja yang sama dengan masyarakat lainnya.

Infografis Disabilitas

Infografis Tunjangan Khusus Penyandang Disabilitas di Jakarta
Infografis Tunjangan Khusus Penyandang Disabilitas di Jakarta. (Liputan6.com/Abdillah)... Selengkapnya
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya