Liputan6.com, Jakarta Shivam Chauhan, seorang anak laki-laki berusia 15 tahun dengan gangguan pendengaran dan bicara menghilang dari distrik Jaunpur di Uttar Pradesh, India. Namun, ia ditemukan tiga tahun kemudian.
Dilansir dari Indianexpress, kisah haru ini terjadi beberapa minggu setelah seorang anak laki-laki dengan disabilitas mental berusia 19 tahun, Mohammad Amir, dikembalikan ke keluarganya di Jabalpur setelah tujuh tahun diasuh oleh keluarga Hindu di sana. Identitas Amir terungkap ketika orang tua angkatnya mencoba membuat kartu Aadhaar-nya. Namun karena pengajuan pembuatan kartunya selalu ditolak, diselidikilah kasusnya.
Advertisement
Baca Juga
Menurut otoritas di pemerintahan Aadhaar Seva Kendra (ASK), menemukan bahwa kartu Aadhaar-nya sudah dibuat bertahun-tahun yang lalu. Dengan demikian membantu Amir mengidentifikasi keluarganya, hingga ia akhirnya bersatu kembali dengan orang tuanya pada tanggal 12 Juli.
“Setelah kasus Amir, kami senang telah menemukan keluarga Shivam melalui database Aadhaar. Kasus-kasus ini menggarisbawahi kegunaan sistem Aadhaar dalam pendaftaran warga khususnya dengan gangguan pendengaran,” kata Manajer Pusat Nagpur ASK Anil Marathe.
Kartu ideintitas tak bisa dibuat
Pengawas Panti Asuhan khusus anak laki-laki yang dikelola pemerintah, Vinod Daberao mengatakan, polisi meminta bantuan pada 16 Juni karena gagal dalam proses pembuatan kartu Aadhaar Shivam.
"Seperti dalam kasus Amir, kami mengirimkan detailnya ke pusat Aadhaar di Bengaluru. Terungkap bahwa kartu Aadhaar Shivam sudah dibuat. Setelah menghitung biometrik dan foto-fotonya, keluarganya dilacak ke desa Etori di distrik Jaunpur,” jelas Marathe.
Kemudian Daberao menghubungi kantor polisi Sonikpur dan memberikan rincian kartu Aadhaar Shivam untuk mencari kontak orang tuanya. Keluarganya pun segera menerima kabar tentang putra mereka yang hilang.
Advertisement
Kendala bahasa isyarat
Sementara saat ditanya mengapa mereka tidak dapat melacak asal-usulnya selama tiga tahun, Daberao menjelaskan, “Komunikasi dengannya gagal oleh disabilitasnya. Ia pun tidak mengerti bahasa isyarat, jadi ahli bahasa yang kami bawa untuk berkomunikasi dengannya tidak dapat mengekstraksi sesuatu yang substansial.”
“Seluruh keluarga bersuka-cita dengan kembalinya Shivam. Kami berterima kasih kepada orang-orang di Nagpur karena menjaganya tetap aman dan sehat,” ungkap Ramlauten, dikutip dari indianexpress.
Keluarga mengaku tidak mendaftarkan pengaduan polisi setelah Shivam hilang. “Kami mencarinya selama enam bulan tetapi tidak mengajukan pengaduan polisi karena kami pikir itu tidak akan membantu,” kata Ramlauten.
Menurut pengakuan ayahnya tersebut yang seorang penjual buah, menjelaskan kronologis bagaimana Shivam bisa mendarat di Nagpur. “Tiga kakak laki-lakinya bekerja di Mumbai. Jadi ia mungkin berpikir bahwa ia juga akan pergi ke Mumbai. Ia mungkin naik kereta api dari stasiun kereta api Mehrava, sekitar 1,5 km dari desa kami,” jelas Ramlauten.
Infografis 4 Tips Jaga Kesehatan Mental Saat Pandemi Covid-19.
Advertisement