Liputan6.com, Jakarta Ellie Simmonds adalah salah satu atlet dwarfisme yang paling dikenal di tim para-renang sebagai hasil dari penampilannya yang luar biasa di tiga Paralympic Games.
Melansir Disability Horizons, dia menjadi anggota termuda dari tim Inggris di Beijing 2008, di mana dia memenangkan 100m gaya bebas sebelum memecahkan rekor dunianya sendiri lebih dari tujuh detik untuk gelar kedua di 400m gaya bebas.
Di London 2012 ia menahan diri di bawah tekanan ekspektasi publik untuk mengamankan emas 400m gaya bebas dan 200m gaya ganti perorangan serta medali perak S6 100m gaya bebas dan medali perunggu gaya bebas 50m.
Advertisement
Ellie Simmonds mengklaim emas di Olimpiade ketiganya di Rio 2016, mengambil gelar Paralimpiade di gaya ganti 200m individu. Dia menjadi perenang pertama yang turun di bawah tanda tiga menit, dengan waktu 2:59,81. Dia juga memenangkan perunggu di gaya bebas 400m putri.
Ellie nyaris kehilangan tempat di podium di Tokyo, dua kali finis kelima dan keempat di final gaya dada 100m, dalam apa yang kemudian dia konfirmasikan sebagai Paralympic Games keempat dan terakhirnya.
Baru-baru ini ia merayakan peluncuran film dokumenter bertajuk Ellie Simmonds: A World Without Dwarfism? yang digarap oleh BBC.
Dalam dokumenter itu, Ellie Simmonds menyelidiki obat baru yang kontroversial yang menurut beberapa orang dapat mengakhiri dwarfisme.
Dia menyelidiki sebuah obat perintis yang menjanjikan khasiat dapat membuat anak-anak dengan Achondroplasia tumbuh mendekati tinggi rata-rata.
Achondroplasia adalah kondisi genetik yang merupakan jenis dwarfisme yang paling umum di Inggris.
Proses Pengerjaan Dokumenter
Dalam mengerjakan film dokumenter 60 menit itu Ellie melakukan perjalanan di Inggris dan AS untuk menjelajahi semua sisi perdebatan kontroversial terkait obat tersebut.
Ia mencari tahu soal perawatan yang tersedia saat ini untuk dwarfisme, bertemu keluarga yang memulai uji coba obat, orang lain yang merasa perawatan akan berdampak positif pada kehidupan mereka, serta mereka yang bangga dengan identitas mereka dan mempertanyakan tujuan obat.
Jalan menuju penerimaan dan inklusi penyandang disabilitas telah terdengar dan banyak yang merasa keuntungan ini terancam hilang. Sementara, yang lain hanya melihat hal positif dengan terobosan dalam perawatan modern. Film dokumenter ini mengupas kontroversi dan sampai ke inti masalah.
Dalam investigasi ini, Ellie merefleksikan dan memanfaatkan pengalamannya sendiri dan mengajukan pertanyaan yang lebih luas tentang hubungan antara sains, keragaman, dan disabilitas.
Bagi Ellie, ini menjadi film dokumenter yang sangat pribadi, bertemu dengan anggota lain dari komunitas dwarfisme dan keluarga yang bergulat dengan keputusan apakah akan menggunakan obat itu atau tidak.
Saat Ellie menginterogasi keyakinan dan prasangkanya sendiri, dia juga akan bergulat dengan dilema yang ditimbulkan oleh obat-obatan terobosan baru bagi masyarakat.
Film ini sudah diunggah oleh BBC pada 5 April 2022 dan dapat ditonton di BBC iPlayer yang sayangnya belum tersedia di Indonesia.
Advertisement
Terkait Dwarfisme
Dwarfisme adalah disabilitas fisik yang ditandai dengan postur tubuh pendek atau sering pula disebut kekerdilan.
Disabilitas ini terkait erat dengan gangguan genetika. Banyak kejadian dwarfisme dihasilkan dari mutasi genetika. Baik dari sperma ayah atau sel telur ibu. Dwarfisme memiliki dua jenis yakni proporsional dan tidak proporsional.
Melansir Mayo Clinic, berikut gangguan-gangguan yang dapat menyebabkan dwarfisme:
1. Achondroplasia
Achondroplasia adalah penyebab tertinggi terjadinya dwarfisme tidak proporsional. Gangguan ini terjadi ketika ada mutasi genetika langka yang membuat tulang rawan tidak dapat memberi bentuk tubuh dengan sempurna.
Sekitar 80 persen orang dengan achondroplasia lahir dari orangtua yang memiliki tinggi badan rata-rata.
"Seseorang dengan achondroplasia dapat lahir dari orangtua yang ukuran tubuhnya umum tapi menerima salinan mutasi gen yang bergabung dengan kelainan ini,” mengutip Mayo Clinic, Kamis (7/4/2022).
2. Turner Syndrome
Turner syndrome adalah sebuah kondisi yang hanya dialami oleh perempuan. Terjadi ketika kromosom X hilang.
Seorang perempuan diwarisi satu kromosom X dari ibu dan satu dari ayah. Perempuan dengan turner syndrome hanya memiliki satu kromosom X yang berfungsi.
3. Growth Hormone Deficiency
Penyebab dwarfisme berikutnya adalah defisiensi hormon pertumbuhan atau growth hormone deficiency.
Penyebab defisiensi hormon pertumbuhan sendiri belum diketahui pasti. Kadang-kadang kondisi ini berkaitan dengan mutasi genetik atau cedera, tetapi bagi kebanyakan orang dengan kelainan ini, tidak ada penyebab yang dapat diidentifikasi.
4. Penyebab lainnya
Penyebab lainnya dari dwarfisme meliputi gangguan genetika, kekurangan hormon tertentu, atau kurangnya nutrisi. Terkadang penyebabnya tidak diketahui.
Tanda dan Gejala Dwarfisme
Dwarfisme memiliki banyak tanda atau gejala yang meliputi:
-Lengan dan kaki pendek.
-Jari-jari pendek, biasanya jarak antar jari tengah dan jari manis berjauhan.
-Pergerakan siku yang terbatas.
-Besarnya ukuran kepala yang tidak proporsional dengan dahi menonjol dan pangkal hidung rata.
-Tinggi ketika dewasa sekitar 122cm.
Penyebab lainnya dari dwarfisme tidak proporsional adalah gangguan langka yang disebut spondyloepiphyseal dysplasia congenita. Tanda-tandanya antara lain:
-Tulang yang sangat pendek.
-Leher pendek.
-Dada bidang.
-Tulang pipi sedikit rata.
-Kelainan pinggul yang menyebabkan tulang paha berputar ke dalam.
-Kaki yang berputar atau keluar dari bentuk seharusnya.
-Tulang leher tidak stabil.
-Gangguan penglihatan dan pendengaran.
-Masalah pada pergerakan sendi.
-Tinggi badan 91 sampai 122cm.
Advertisement