Liputan6.com, Jakarta Yuliantin adalah ibu asal Tangerang yang tak pernah menyangka bahwa dirinya akan dikaruniai anak dengan Cerebral Palsy (CP).
Menurutnya, CP adalah cedera otak yang tidak bisa disembuhkan karena belum ada obatnya. Sejauh ini, pengobatannya hanya untuk mengurangi rasa nyeri dan kaku di tubuh.
Baca Juga
Bagi penyandang CP, maka terapi dibutuhkan seumur hidup hal ini dikarenakan gangguan gerak yang terbatas.
Advertisement
Disabilitas inilah yang disandang oleh buah hati Yuliantin, Muhamad Gathan Syahilabi. Akibatnya, tumbuh kembangnya terhambat dan kaku si seluruh tubuh.
Melihat kondisi sang anak yang tak seperti anak lainnya, Yuliantin sempat meratapi nasib dan menganggapnya sebagai cobaan.
“Dulu saya sering menangis dan meratapinya, kenapa mesti saya yang diberikan cobaan seberat ini. Namun, sekarang saya sadar, saya adalah orangtua pilihan Allah yang diberikan anak dengan kondisi CP,” kata Yuliantin kepada Disabilitas Liputan6.com melalui pesan tertulis dikutip Kamis (30/6/2022).
Seiring berjalanya waktu dengan rutin berobat dan terapi kondisi Gathan berangsur membaik. Mulanya, Gathan hanya bisa terdiam, sekarang sudah bisa diajak bercanda bahkan dia paham kalau diajak bicara dan membalas dengan ocehanya.
Berbagai perjuangan yang telah dilakukan membuat Yuliantin sadar bahwa mempunyai anak seperti Gathan adalah anugerah baginya.
“Gathan adalah anak ketiga dari tiga bersaudara, paling bontot. Mempunyai anak disabilitas harus sabar dan ikhlas meskipun butuh waktu untuk menjalaninya.”
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Pesan untuk Ibu Lain
Ia pun berpesan bagi para ibu dari anak disabilitas di luar sana untuk tetap menjalani kehidupan dengan bahagia.
“Seorang ibu harus tetap merasa bahagia karena kalau ibunya sedih anak pun ikut sedih. Meskipun lelah bahkan sering menangisi kondisi Gathan tapi melihat dia tersenyum dan tertawa bahagia jadi hilang rasa lelah dan sedih itu.”
“Apapun kondisinya jalaninya saja apa yang telah Allah gariskan. Yang penting tetap berdoa, berusaha semaksimal mungkin semampunya,” kata Yuliantin.
Kini di usia 13, Gathan masih belum bisa duduk sendiri dan belum bisa berbicara. Meski begitu, Yuliantin tidak berharap banyak, ia hanya ingin tetap sehat agar bisa mengurus Gathan dengan baik.
Ia pun menceritakan, Gathan paling suka kalau dibawa jalan ke mall atau pusat keramaian meskipun banyak tatapan aneh dari orang.
“Jangan malu mempunyai anak CP karena bukan aib dan dia juga enggak ingin lahir dengan kondisi seperti itu.”
Advertisement
Sempat Demam Tinggi
Menurut ibu berusia 52 itu, awalnya Gathan tumbuh seperti anak-anak pada umumnya, lincah dan menggemaskan.
Hingga pada usia 10 bulan, Gathan demam tinggi sampai 40 derajat. Gathan pun menangis sambil menggerakkan kedua tangannya.
“Karena saya masih awam itu kejang atau bukan, ada tetangga bilang kalau itu ketempelan disuruhnya minta air sama orang pintar, saya manut aja. Tapi terbersit dalam hati masa iya ketempelan, lalu saya telpon suami yang sedang bekerja ,suami nyuruh agar segera bawa ke Rumah sakit.”
Gathan pun dilarikan ke IGD dan dokter mengatakan bocah itu harus dirawat di ruang Nicu. Setelah beberapa hari, dokter menyatakan kalau Gathan memiliki 2 kemungkinan.
Kemungkinan pertama, Gathan tidak tertolong. Sedangkan kemungkinan kedua, jika tertolong maka tumbuh kembangnya tidak akan seperti anak pada umumnya. Akan ada kelainan dan harus ditangani dengan pengobatan dan terapi jangka panjang yang membutuhkan biaya banyak.
“Alhamdulillah setelah berapa hari Gathan tersadar.”
Tak Patah Semangat
Namun, kondisi Gathan benar benar drop. Badanya seperti kaku dan seperti bayi baru lahir yang hanya bisa terdiam. Jangankan untuk menangis, sekadar menggerakan bibir saja tidak bisa.
“Tapi kami tetap berusaha untuk terapi dan melakukan pengobatan secara rutin. Pada usia 2, Gathan demam tinggi lagi dan dirawat di rumah sakit selama seminggu di RS demamnya tidak turun disarankan untuk CT scan dan hasilnya bikin syok lagi.”
“Ternyata Gathan kena virus Enchepalitis, dari situ baru ketahuan kalau Gathan didiagnosa Cerebral Palsy.”
Kondisi Gathan yang menjadi pukulan tersendiri bagi keluarga itu tak serta-merta membuat mereka patah semangat. Yuliantin dan suaminya terus berusaha untuk memperjuangkan kesembuhan Gathan.
“Meskipun Gathan sering sakit-sakitan dan harus dirawat di rumah sakit, entah sudah belasan kali dirawat, percaya Allah maha baik, Allah tidak akan memberikan cobaan di luar batas kemampuan umatnya.”
Ia pun memberi tips menjaga tubuh anak CP agar terhindar dari luka. Salah satu yang perlu diingat adalah, jangan biarkan di tempat tidur terus, perlu sering-sering dimiringkan ke kiri dan ke kanan.
“Kalau dibiarkan akan menimbulkan lecet bahkan sampai luka yang parah.”
Advertisement