Rekomendasi Akomodasi Inklusif untuk 5 Ragam Penyandang Disabilitas di Tempat Kerja

Penyandang disabilitas kerap mengalami lebih banyak kesulitan saat bekerja. Simak beberapa akomodasi inklusif yang bisa disediakan oleh tempat kerja untuk pekerja penyandang disabilitas.

oleh Chelsea Anastasia diperbarui 19 Jun 2023, 13:00 WIB
Diterbitkan 19 Jun 2023, 13:00 WIB
Ilustrasi bahasa isyarat
Ilustrasi juru bahasa isyarat untuk pekerja penyandang disabilitas rungu dan wicara. (Sumber: Pexels)

Liputan6.com, Jakarta - Penyandang disabilitas kerap mengalami lebih banyak kesulitan saat bekerja. Tantangan yang dialami sering kali disebabkan oleh akomodasi yang kurang inklusif di tempat kerja.

Oleh karena itu, Komisioner Komnas Disabilitas RI, Fatimah Asri Mutmainnah, mengungkap akomodasi-akomodasi inklusif yang bisa disediakan oleh tempat kerja untuk pekerja disabilitas.

1. Disabilitas Fisik, Sediakan Ramp dan Lift Aksesibel

Fatimah menuturkan, ramp dan lift menjadi hal utama yang dibutuhkan penyandang disabilitas fisik di tempat kerja.

“Ketika bicara disabilitas fisik, maka tempat kerja harus ada ramp dan juga lift. Tapi, kalaupun tidak ada lift, bisa membentuk keringanan untuk penyandang disabilitas. Misalnya, pengguna kursi roda jangan bekerja di lantai 2, tapi disediakan untuk bekerja di lantai 1 saja,” katanya dalam acara ‘Diskusi Terfokus dan Penandatanganan MOU antara Komisi Nasional Disabilitas dan Alunjiva Indonesia’ secara daring pada Kamis, (15/6/2023).

Area Parkir yang Mudah Diakses

Selain itu, area parkir yang mudah diakses penyandang disabilitas juga menjadi pertimbangan penting untuk tempat kerja.

“Kemudian, sediakan area parkir yang dekat agar tidak memakan tenaga lebih untuk pengguna kursi roda,” kata Fatimah.

Ia juga mengingatkan, beberapa peralatan penunjang dapat dimodifikasi dan diadaptasi sesuai hambatan.

“Seperti toilet ramah disabilitas, dan ruang kerja yang memiliki spasi ruang yang memudahkan mobilitas selama bekerja,” lanjut wanita yang juga merupakan Pembina Organisasi Disabilitas Multi Karya Rembang (DMKR) itu.

2. Disabilitas Rungu dan Wicara, Sediakan Juru Bahasa Isyarat

Ilustrasi bahasa isyarat
Sediakan juru bahasa isyarat untuk pekerja penyandang disabilitas rungu dan wicara. (Sumber: Pexels)

Lebih lanjut, menurut Fatimah, kehadiran juru bahasa isyarat merupakan hal yang vital untuk penyandang disabilitas rungu dan wicara.

“Bagi penyandang tunarungu dan tunawicara, dibutuhkan diantaranya juru bahasa isyarat, juga informasi dalam bentuk teks atau cahaya, serta komunikasi dengan desain deaf space,” ujarnya.

Informasi Berbentuk Tulisan

Mengingat penyandang disabilitas rungu dan wicara memiliki hambatan berkomunikasi, Fatimah menegaskan untuk memperbanyak informasi berbentuk tulisan.

“Artinya, karena teman-teman tuli ini punya hambatan berkomunikasi, maka info-info ini kita buat inklusif ketika disampaikan lewat tulisan,” ujarnya.

“Pernah terjadi, penyandang disabilitas pernah ketinggalan kereta di stasiun ketika ada perubahan jadwal kereta. Karena apa? Karena tidak ada pengumuman yang bisa dibaca,” lanjut Fatimah.

3. Disabilitas Netra, Guiding Block dan Informasi dalam Format Suara

FOTO: Melihat Fasilitas Disabilitas di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat
Guiding Block atau jalur pemandu disabilitas terpasang di lajur masuk lobby utama Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Kamis (25/3/2021). Dengan fasilitas ini diharapkan warga disabilitas dapat mengakses seluruh layanan, termasuk persidangan secara mandiri. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Tak hanya di tempat umum, di tempat kerja dengan penyandang disabilitas pun dibutuhkan guiding block atau jalan pemandu untuk membantu akses berjalan.

Fatimah juga mengingatkan pentingnya informasi dalam format suara dan Braille.

“Bagi disabilitas netra, yang dibutuhkan tentu guiding block. Lalu, juga tersedianya info dalam format suara dan Braille,” katanya.

4. Disabilitas Intelektual, Informasi yang Mudah Dimengerti

Fatimah mengungkap, penyandang disabilitas mental membutuhkan informasi yang mudah dimengerti.

“Misalnya dengan informasi dan instruksi berbentuk gambar yang disertai kalimat sederhana. Kemudian, material yang eye-catching untuk memudahkan, mengenal, menandai, dan mengingat tempat-tempat di perusahaan,” dia menerangkan.

Tingkat Kebisingan Rendah

Ilustrasi tidur di sofa, bermimpi
Ilustrasi tempat istirahat cukup untuk penyandang disabilitas mental. (Photo: Freepik.com)

Fatimah menjelaskan, tingkat kebisingan rendah dibutuhkan untuk penyandang disabilitas mental.

“Tingkat kebisingan rendah, agar bisa berkonsentrasi dalam bekerja. Penyandang intelektual ini ketika bekerja itu lebih fokus dari siapapun, tapi hanya bisa fokus pada satu pekerjaan,” tuturnya.

5. Disabilitas Mental, Sediakan Tempat Istirahat Cukup

Untuk disabilitas mental, Fatimah menerangkan pentingnya menyediakan ruang istirahat.

“Kemudian disabilitas mental, penting untuk menyediakan ruang istirahat karena mereka butuh ruang tenang di tempat kerja,” ujarnya.

“Sediakan pojok istirahat seperti sofa dan ruang tidur kecil jika acara atau rapat berlangsung seharian. Jadi, harus kita pahami bahwa teman-teman disabilitas mental ini memang lebih butuh ketenangan,” pungkas Fatimah.

Banner Infografis Akses dan Fasilitas Umum Ramah Penyandang Disabilitas
Banner Infografis Akses dan Fasilitas Umum Ramah Penyandang Disabilitas. (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya