Liputan6.com, Jakarta Penyandang disabilitas memiliki hak untuk bekerja dan mendapat penghasilan layaknya masyarakat lain.
Kabar baiknya, hak bekerja disabilitas kini tak hanya disuarakan oleh komunitas difabel tapi juga Menteri Ketenagakerjaan, Yassierli. Dia menegaskan bahwa pemerintah berkomitmen untuk memperkuat akses pelatihan dan penempatan kerja bagi penyandang disabilitas.
Advertisement
Baca Juga
Yassierli menilai, meskipun berbagai kebijakan telah diterapkan, tapi pemberdayaan tenaga kerja disabilitas masih menghadapi tantangan. Kendala di lapangan menyebabkan implementasi pemberdayaan penyandang disabilitas belum optimal.
Advertisement
“Ini terlihat dari terbatasnya penempatan tenaga kerja disabilitas setiap tahun dan minimnya jumlah perusahaan yang mempekerjakan mereka,” ujarnya dalam Workshop Penguatan Kesempatan Pelatihan dan Penempatan Kerja bagi Penyandang Disabilitas yang digelar di Menara Danareksa, Jakarta, Senin (24/2/2025).
Untuk itu, pemerintah telah merancang berbagai langkah strategis guna mengatasi permasalahan ini. Langkah strategis yang dimaksud termasuk:
- Pembentukan unit kerja khusus yang menangani pemberdayaan penyandang disabilitas di sektor ketenagakerjaan.
- Peningkatan kompetensi tenaga kerja disabilitas melalui pelatihan dan sertifikasi.
- Memastikan penempatan kerja yang inklusif dan berkelanjutan.
- Memperkuat Unit Layanan Disabilitas (ULD) di daerah sebagai ujung tombak pemberdayaan di tingkat lokal.
Ajak Semua Pihak Beri Kesempatan Kerja bagi Difabel
Yassierli pun mengajak semua pihak untuk berperan aktif dalam memberikan kesempatan kerja bagi difabel.
“Saya mengajak semua pihak untuk berperan aktif dalam memberikan kesempatan kerja bagi penyandang disabilitas,” ujar Yassierli.
Dalam kesempatan yang sama, Direktur Jenderal Pembinaan Penempatan Tenaga Kerja dan Perluasan Kesempatan Kerja (Binapenta dan PKK) Kemnaker, Haryanto memberi tanggapan soal workshop yang digelar.
Baginya, Workshop Penguatan Kesempatan Pelatihan dan Penempatan Kerja bagi Penyandang Disabilitas adalah wadah sinergi antara kementerian, lembaga, dan pemangku kepentingan dalam menciptakan pelatihan dan kesempatan kerja bagi penyandang disabilitas.
“Diharapkan melalui workshop ini, berbagai pemangku kepentingan dapat bertukar informasi mengenai berbagai program untuk menciptakan kesempatan pelatihan dan peluang kerja bagi penyandang disabilitas,” kata Haryanto.
Advertisement
Membuka Potensi Ekonomi Inklusif
Sementara, Kuasa Usaha Australia untuk Indonesia, Gita Kamath, menekankan bahwa kesempatan kerja bagi penyandang disabilitas bukan sekadar isu tentang hak asasi manusia.
Kesempatan kerja bagi difabel menjadi kunci untuk membuka potensi ekonomi, mendorong inovasi, dan membangun masyarakat yang lebih inklusif.
“Mari kita bersama-sama memperkuat upaya kolektif dalam membangun kondisi tenaga kerja yang benar-benar inklusif,” ajaknya.
Mengapa Penyandang Disabilitas Sulit Mendapat Pekerjaan?
Salah satu alasan pemberi kerja enggan merekrut penyandang disabilitas termasuk disabilitas netra adalah stigma dan asumsi keliru.
“Alasan mengapa para pemberi kerja belum berkeinginan merekrut tunanetra adalah stigma dan asumsi yang keliru. Pada dasarnya stigma dan mispersepsi tentang tunanetra diawali dari ketidakpahaman masyarakat tentang kehidupan tunanetra, khususnya yang telah mandiri,” kata penulis disabilitas di Yayasan Mitra Netra, Juwita Maulida, dikutip Rabu (25/12/2024).
Menurutnya, masih banyak perusahaan atau pihak pemberi kerja yang mempercayai stereotip bahwa tunanetra tidak mampu bekerja secara mandiri atau tidak dapat berkontribusi secara efektif dalam tim kerja.
“Atau, perusahaan berpandangan bahwa jika memiliki karyawan tunanetra semua dokumen pekerjaan harus disediakan dalam huruf Braille,” tulis Juwita di laman resmi Yayasan Mitra Netra.
Faktanya, penyandang disabilitas netra yang telah mandiri umumnya dapat menguasai teknologi asistif, seperti mengoperasikan komputer bicara, menggunakan ponsel pintar dan memanfaatkan berbagai aplikasi.
Di samping itu, tunanetra juga dapat mobilisasi secara mandiri jika telah menguasai keterampilan orientasi mobilitas dengan penggunaan alat bantu tongkat putih. Apabila seorang penyandang disabilitas netra berpendidikan tinggi dan memiliki keterampilan yang dibutuhkan di dunia kerja, maka tunanetra tersebut layak untuk diperhitungkan dalam proses perekrutan. Dan memiliki peluang yang sama dengan individu non tunanetra dalam mendapatkan pekerjaan.
Advertisement
