Liputan6.com, Jakarta Para penari disabilitas dari Yayasan Cahaya Mutiara Ubud memukau tamu undangan The ASEAN High Level Forum (AHLF) on Enabling Disability-Inclusive Development and Partnership beyond 2025.
Dalam sesi gala dinner pada 10 Oktober di Benteng Fort Rotterdam, Makassar, para penari mempersembahkan tarian Puspanjali. Melansir laman resmi Kementerian Sosial (Kemensos RI), tarian Puspanjali bukan hanya sebuah pertunjukan seni, melainkan juga lambang penyambutan dan penghormatan kepada para tamu.
Baca Juga
Salah satu penari disabilitas yang tampil di acara tersebut adalah Ratni. Pengguna kursi roda itu menari dalam balutan busana khas penari Bali yang didominasi warna kuning keemasan.
Advertisement
“Gerak-geriknya sangat menawan. Tangan hingga bahunya sangat lihai dan lentur memperagakan koreografi tarian. Wajahnya tak berhenti tersenyum. Memancarkan kebahagiaan,” mengutip keterangan Kemensos, Senin (16/10/2023).
Perempuan usia 29 itu sudah 14 tahun menggeluti dunia tari. Dia mengungkapkan rasa bahagianya karena mendapat kepercayaan untuk menampilkan tarian tersebut di depan para delegasi ASEAN. Ada sekitar 200 tamu dari 13 negara yang hadir dalam acara tersebut.
"Senang sekali karena tak semua orang bisa mengikuti momen langka ini,” kata Ratni.
Apalagi, lanjutnya, selain bisa menari, dia juga bisa berjumpa dengan para penyandang disabilitas lainnya baik dari Indonesia maupun dari negara-negara sahabat.
Ingin Penyandang Disabilitas Lebih Banyak Ditampilkan
Sebagai pelaku seni disabilitas, Ratni berharap agar lebih banyak ajang yang menampilkan penyandang disabilitas.
“Kegiatan seperti ini meningkatkan kepercayaan diri teman-teman disabilitas. Selain itu, atraksi seni juga menunjukkan kepada masyarakat luas, bahwa penyandang disabilitas mampu asalkan diberi kepercayaan dan kesempatan,” kata Ratni.
Senada dengan Ratni, Wayan Damai yang juga tampil dalam acara tersebut mengungkapkan rasa bahagianya. Pria usia 46 itu adalah rekan Ratni dari yayasan yang sama.
"Lebih dari sekadar bahagia. Ada kesempatan untuk bertemu dengan banyak teman disabilitas dan berbagi berita baik dengan (penyandang disabilitas) yang lain," kata pengguna kursi roda itu.
Advertisement
Bersinar di Panggung Internasional
Wayan Damai juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada Kemensos dan para penyelenggara yang telah memberikan kesempatan kepada penyandang disabilitas untuk bersinar di panggung internasional.
Dia menjelaskan, dalam ajang besar ini, peran Yayasan Cahaya Mutiara Ubud tidak hanya sebatas andil dalam pertunjukan. Namun, dengan tampil di panggung internasional, mereka berkomitmen untuk mendorong penyandang disabilitas agar lebih bisa mengaktualisasikan diri.
Mereka yakin bahwa penyandang disabilitas yang memiliki keterampilan dan pengetahuan yang baik, akan siap untuk berkontribusi lebih dalam masyarakat, bertemu dengan banyak orang, dan mengemukakan pendapat.
Jendela untuk Perkenalkan Budaya Nusantara
Acara gala dinner yang menjadi bagian dari rangkaian Forum Tingkat Tinggi ASEAN menjadi jendela yang memperkenalkan kekayaan budaya Nusantara kepada dunia.
Tarian Puspanjali adalah satu dari 18 tarian yang ditampilkan untuk mengangkat nilai-nilai tradisional dan inklusi disabilitas.
Dengan semangat inklusi yang semakin tumbuh, partisipasi penyandang disabilitas dalam forum internasional memberikan kesempatan lebih bagi penyandang disabilitas untuk bersinar dan berbagi kekayaan budaya dengan dunia.
"Mereka disabilitas netra atau disabilitas fisik, tapi bukan berarti mereka tidak bisa berkarya dan berhasil. Kalau ditangani sungguh-sungguh dan kesempatan diberikan, mereka bisa bahkan melebihi orang yang katanya normal," kata Menteri Sosial Tri Rismaharini.
Advertisement