Glaukoma adalah Penyebab Disabilitas Netra Tertinggi Kedua, Dokter: Dampaknya Lebih Fatal dari Katarak

Tak hanya menurunkan fungsi penglihatan, glaukoma yang tak ditangani juga dapat berujung pada disabilitas netra.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 25 Mar 2024, 07:00 WIB
Diterbitkan 25 Mar 2024, 07:00 WIB
Glaukoma Adalah Penyebab Disabilitas Netra Tertinggi Kedua, Dokter: Dampaknya Lebih Fatal dari Katarak
Glaukoma Adalah Penyebab Disabilitas Netra Tertinggi Kedua, Dokter: Dampaknya Lebih Fatal dari Katarak. Foto: Liputan6.com/Ade Nasihudin.

Liputan6.com, Jakarta Guna meningkatkan kepedulian dan kewaspadaan semua pihak soal bahaya glaukoma, maka dibuat peringatan Pekan Glaukoma Sedunia setiap minggu ke-2 Bulan Maret.

Dalam peringatan ini, digaungkan kembali pentingnya upaya preventif, kuratif hingga rehabilitatif penyakit glaukoma.

Tema Pekan Glaukoma Sedunia 2024 kali ini adalah “Uniting for a Glaucoma-Free World” atau Bersatu untuk Dunia Bebas Glaukoma.

Menurut dokter spesialis mata, Widya Artini Wiyogo, glaukoma adalah kondisi neuropati optik progresif akibat peningkatan tekanan di dalam bola mata yang dapat merusak saraf optik dan berdampak pada penurunan fungsi penglihatan.

Tak hanya menurunkan fungsi penglihatan, glaukoma yang tak ditangani juga dapat berujung pada disabilitas netra.

Kondisi ini dapat dialami oleh usia berapa pun, tapi seiring peningkatan faktor risiko, kondisi ini banyak dialami oleh kalangan usia 40 tahun ke atas. Hal ini menjadikan glaukoma sebagai penyebab kebutaan tertinggi kedua setelah katarak.

“Nyaris tanpa gejala, glaukoma berpotensi memberikan dampak yang lebih fatal dibanding katarak karena glaukoma tidak dapat direhabilitasi, namun bisa dicegah dampak fatalnya yaitu berupa kebutaan permanen,” kata Head of Glaucoma Service, JEC Group itu dalam keterangan pers, dikutip Minggu (24/3/2024).

Di negara berkembang, lanjutnya, 90 persen kasus glaukoma tidak terdeteksi. Hal ini diperparah dengan fakta bahwa sekitar satu milyar orang di dunia tidak memiliki akses terhadap kesehatan mata karena distribusi yang tidak merata.

Glaukoma Diperkirakan Serang 80 Juta Orang

Dokter spesialis mata, Widya Artini Wiyogo soal glaukoma
Dokter spesialis mata, Widya Artini Wiyogo soal glaukoma. Foto: JEC.

Terkait jumlah pengidap glaukoma, Widya mengatakan, pada tahun 2020 diperkirakan pengidap glaukoma sedunia ada 80 juta orang.

“Estimasi dari perkembangan grafik, pada 2040 hampir 111.8 juta penduduk yang akan menderita glaukoma, dan 8 juta di antaranya akan mengalami kebutaan, tentu saja ini bukan angka yang sedikit,” jelas Widya.

Menurut data dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia disebutkan bahwa prevalensi glaukoma di Indonesia diperkirakan sebesar 0,46 persen atau setara 4-5 orang tiap 1.000 penduduk.

80 Persen Pengdap Glaukoma Tak Tunjukkan Gejala

Widya menambahkan, 80 persen kasus glaukoma tidak memiliki gejala, kebanyakan pasien terdiagnosis secara tidak sengaja saat tes kesehatan atau di saat skrining. Namun, jika muncul gejala sakit kepala hebat, pandangan tiba-tiba kabur, mual, muntah, dan kesakitan hebat, masyarakat perlu waspada.

“Pasien yang menderita glaukoma akut, memiliki waktu 2 x 24 jam untuk segera menurunkan tekanan bola mata, jika terlambat, kelainannya akan menjadi permanen.”

Oleh karenanya, upaya edukasi kepada masyarakat terkait bahaya glaukoma dan pentingnya deteksi dini glaukoma perlu terus digencarkan.

“Kami selalu menghimbau agar masyarakat melakukan skrining dini glaukoma secara berkala," tambah Widya Artini Wiyogo.

Ramaikan Peringatan Pekan Glaukoma Sedunia

Memperingati Pekan Glaukoma Sedunia pada tanggal 10-16 Maret 2024, JEC Group menyelenggarakan berbagai kegiatan dengan tema “Gerakan Sadar Glaukoma: Guna Menyelamatkan Kualitas Hidup Kita.“

Kegiatan ini bertujuan meningkatkan pengetahuan dan kewaspadaan masyarakat terkait penyakit glaukoma yang tidak dapat direhabilitasi. Serta upaya pencegahan kebutaan akibat glaukoma dan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya deteksi glaukoma sedini mungkin.

Kegiatan yang dilakukan di antaranya:

  • Radio Talkshow tentang Gerakan Sadar Glaukoma Guna Menyelamatkan Penglihatan dan Kualitas Hidup.
  • Seminar Dokter Umum tentang Tantangan Diagnosa Glaukoma di Masyarakat.
  • Skrining Tekanan Bola Mata Gratis untuk masyarakat luas.
  • Edukasi Masyarakat melalui program Internal Customer Discussion, yaitu edukasi di ruang tunggu RS/Klinik oleh Patient Education Center.
  • Video edukasi tentang glaukoma dari para ahli.
  • JEC Podcast tentang kesadaran akan glaukoma sebagai penyakit mata kebutaan nomor dua di dunia yang tidak dapat disembuhkan, namun bisa dicegah.
Infografis Akses dan Fasilitas Umum Ramah Penyandang Disabilitas
Infografis Akses dan Fasilitas Umum Ramah Penyandang Disabilitas. (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya