Liputan6.com, Jakarta - Big Ocean, grup K-pop tuna rungu pertama di dunia yang bernyanyi dalam bahasa isyarat, membuat gebrakan baru dengan berkolaborasi dengan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Kolaborasi ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman masyarakat mengenai gangguan pendengaran.
Dilansir dari Naver Daum, Big Ocean dan WHO bekerja sama untuk memproduksi serangkaian video edukasi. Video pertama yang berjudul "5 pertanyaan paling umum tentang gangguan pendengaran dan jawaban Big Ocean" telah dirilis pada tanggal 19 Juni 2024.
Dalam video tersebut, para member Big Ocean menjawab pertanyaan-pertanyaan umum seputar gangguan pendengaran dengan bahasa isyarat yang mudah dipahami.
Advertisement
Empat video edukasi lainnya juga akan menyusul dalam waktu dekat. Video-video ini diharapkan dapat membantu menghilangkan stigma dan prasangka buruk yang sering kali dikaitkan dengan gangguan pendengaran.
Cha Hae-ri, CEO agensi Big Ocean, Parastar Entertainment, mengungkapkan antusiasmenya atas kolaborasi dengan WHO. "Kami berencana untuk terus berkomunikasi dengan publik melalui kolaborasi dan konten dalam berbagai topik," ujarnya.
Dukungan terhadap Big Ocean juga datang dari Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus. "Kami mendukung kegiatan Big Ocean untuk meningkatkan kesadaran terhadap gangguan pendengaran," tuturnya.
Ia menyampaikan pesan selamat atas debut Big Ocean pada bulan April lalu. "Tolong sebarkan harapan kepada lebih banyak orang melalui musik," pesannya kepada Big Ocean.
Kolaborasi Big Ocean dan WHO ini diharapkan dapat menjadi langkah awal yang signifikan dalam meningkatkan pemahaman masyarakat tentang gangguan pendengaran.
Upaya ini sejalan dengan misi Big Ocean untuk menyebarkan pesan positif dan mendobrak stigma negatif terhadap tuna rungu melalui musik dan bahasa isyarat.
Member Big Ocean
Ketiga anggota grup, Kim Ji-seok, Park Hyun-jin, dan Lee Chan-yeon, memiliki kisah unik dalam perjalanan mereka menuju musik. Ji Seok terlahir tuna rungu, sedangkan Hyun Jin kehilangan pendengarannya sebagian pada usia 3 tahun dan Chan Yeon pada usia 11 tahun.
Chan Yeon menjalani operasi implan koklea di kedua telinganya, Hyun Jin memiliki implan hanya di satu telinga dan memakai alat bantu dengar di telinga lainnya, dan Ji Seon hanya memakai alat bantu dengar.
Saat bernyanyi, layar dengan metronom visual dan jam tangan yang bergetar membantu mereka tetap sinkron dengan musik. Sedangkan saat komunikasi verbal mereka terhambat, mereka terkadanag memilih untuk beralih ke bahasa isyarat untuk saling memahami.
"Kami biasanya berbicara satu sama lain, tetapi kami akhirnya menggunakan bahasa isyarat jika kadang-kadang kami tidak saling memahami," kata Park.
"Kami mencoba berbicara satu sama lain sehingga orang lain dapat berpartisipasi dalam komunikasi kami," kata Kim. "Namun, tangan kami menjadi lebih sibuk dan cepat saat kami merasa terburu-buru. Terkadang, kami hanya berkomunikasi dengan mata dan membaca bibir satu sama lain."
Advertisement
Ungkap Kesulitan Saat Bernyanyi
Menjadi seorang penyanyi bukanlah hal yang mudah, terlebih bagi para anggota Big Ocean yang memiliki keterbatasan pendengaran.
Ji Seok mengungkapkan kesulitannya dalam bernyanyi, karena ia tidak dapat mengandalkan pendengarannya untuk menyesuaikan nada dan volume suaranya. Alat bantu dengar pun tidak selalu membantu, terutama saat mereka bernyanyi dengan keras.
Hyun Jin menambahkan bahwa mereka juga kesulitan untuk "merasakan" irama musik, yang membuat bernyanyi menjadi lebih sulit dibandingkan menari. Meskipun memiliki berbagai tantangan, para anggota Big Ocean memiliki tekad yang kuat untuk meraih mimpi mereka.
Â
Awal Karier dan Motivasi Member
Chan Yeon, yang awalnya tidak tertarik dengan K-pop, terinspirasi oleh aktor tuna rungu Troy Kotsur dan Kim Il-woo untuk akhirnya bergabung dengan Big Ocean.
Ia pun semakin mengembangkan kecintaannya terhadap musik K-pop seiring ia berlatih menjadi penyanyi.
Sedangkan Ji Seok, yang sebelumnya merupakan seorang YouTuber, ingin menentang stigma terhadap orang-orang tuna rungu dan melihat peluang untuk menjadi seorang idol K-pop sebagai sebuah tantangan yang ingin ia taklukkan.
Kim, yang dulunya seorang pemain ski Alpine, mengalihkan minatnya ke dunia akting dan seni. Ia tidak menyerah pada mimpinya untuk bekerja di bidang seni bagi penyandang disabilitas dan akhirnya mendapatkan kesempatannya di Big Ocean.
Advertisement