Kemenkes RI: Anak-Anak Difabel Perlu Dapat Vaksin Polio untuk Cegah Disabilitas Ganda

Apakah anak-anak dengan disabilitas intelektual bisa berisiko mengalami disabilitas ganda setelah terserang polio?

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 22 Jul 2024, 09:00 WIB
Diterbitkan 22 Jul 2024, 09:00 WIB
Anak-Anak Saat Divaksin Campak Hingga Polio
Perawat dibantu kader Posyandu memberikan vaksin campak, vaksin pentabio berisi vaksin DPT, Hepatitis B dan Haemophilus Influenzae dan Imunisasi Polio terhadap anak di RW 09, Kelurahan Pondok Benda, Tangerang Selatan, Senin (14/12/2020). (merdeka.com/Dwi Narwoko)

Liputan6.com, Jakarta - Polio adalah penyakit akibat virus yang dapat berujung pada lumpuh layu atau disabilitas fisik.

Guna mencegah anak-anak terkena virus ini, maka mereka perlu mendapatkan vaksinasi lengkap. Pasalnya, kerentanan anak terhadap polio tergantung pada riwayat imunisasinya.

“Apakah anak disabilitas lebih rentan kena polio? Ini tergantung imunisasinya, artinya anak-anak difabel ini kan harusnya diberikan imunisasi. Jadi kalau anak-anak ini lengkap status imunisasinya, itu dia enggak berisiko,” kata Direktur Pengelolaan Imunisasi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI), Prima Yosephine kepada Disabilitas Liputan6.com, Jumat, 19 Juli 2024.

Lantas, apakah anak-anak dengan disabilitas intelektual bisa berisiko mengalami disabilitas ganda setelah terserang polio?

“Kalau terkena polio dia lebih berisiko berujung pada kondisi disabilitas ganda? Ya udah pasti lah, kalau mereka memang terkena.”

Lebih lanjut, Prima menjelaskan, lumpuh layu akibat polio tidak terjadi begitu saja. Artinya, tidak satu orang terkena polio langsung lumpuh.

“Jadi, kalau sudah ada kasus yang lumpuh itu biasanya udah ada 200 orang di sekitarnya yang sebetulnya sudah juga terinfeksi si virus polio ini,” papar Prima.

“Kalau anak sudah memiliki disabilitas misalnya disabilitas intelektual, tentu dia bisa saja jadi lumpuh (karena polio) dan akan berakhir dengan disabilitas ganda,” ucap Prima.

Daya Tahan Tubuh Anak Difabel Rendah

Ellen Roostaty Sianipar
Dokter spesialis anak dari Komite Nasional Pengkajian dan Penanggulangan Kejadian Ikutan Pascaimunisasi (Komnas PP KIPI) Ellen Roostaty Sianipar soal polio (19/7/2024). Foto: Tangkapan layar Youtube Kemenkes RI.

Dalam kesempatan yang sama, dokter spesialis anak dari Komite Nasional Pengkajian dan Penanggulangan Kejadian Ikutan Pascaimunisasi (Komnas PP KIPI) Ellen Roostaty Sianipar memberi tambahan.

Menurutnya, risiko anak-anak difabel terkena polio menjadi lebih tinggi lantaran mereka juga memiliki daya tahan tubuh rendah.

“Untuk anak-anak yang sudah ada disabilitas ini memang menjadi kendala, mereka daya tahan tubuhnya sudah rendah. Seperti Down Syndrome kita ketahui daya tahan tubuhnya sudah rendah,” kata Ellen.

“Jadi kita harapkan harus diberikan imunisasi polio supaya memperkuat daya tahannya. Kalau sudah disabilitas kemudian terkena polio itu memang menjadi disabilitas ganda.”

Maka dari itu, sambung Ellen, kita perlu memberi perlindungan terutama bagi anak disabilitas dan anak yang punya penyakit sehingga mereka terhindar dari polio.

Kontribusi Lalat Terhadap Polio

Direktur Pengelolaan Imunisasi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Prima Yosephine
Direktur Pengelolaan Imunisasi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Prima Yosephine soal risiko polio di pengungsian negara konflik (19/7/2024). Foto: Tangkapan layar YouTube Kemenkes RI.

Dalam diskusi via zoom itu, Prima juga menanggapi soal kontribusi lalat dan nyamuk terhadap penularan virus polio.

Menurutnya, lalat bisa saja membawa kotoran manusia dan hinggap di makanan kemudian termakan.

“Selain sanitasi, vektor seperti nyamuk atau lalat apakah berkontribusi? Logikanya lalat tuh bisa membawa kotoran, mungkin dia hinggap di tinja yang tercemar polio sampai hinggap di makanan ya bisa-bisa aja. Tapi secara teori kita enggak terlalu banyak mengetahui tentang hal ini,” kata Prima.

“Kalau nyamuk sih saya rasa enggak ada (kontribusinya pada polio) karena ini tidak ditularkan lewat darah tapi lewat saluran cerna,” lanjut Prima.

Nyamuk Tak Tularkan Polio

Senada dengan Prima, Ellen menambahkan, lalat memang dapat berkontribusi pada penularan virus polio, tapi nyamuk tidak.

“Memang untuk penularan melalui lalat, kalau ada pasien polio buang air besar sembarangan apalagi kalau lingkungannya jelek itu bisa menularkan polio,” kata Ellen.

“Tapi kalau melalui gigitan nyamuk tidak ya,” imbuhnya.

Infografis Akses dan Fasilitas Umum Ramah Penyandang Disabilitas
Infografis Akses dan Fasilitas Umum Ramah Penyandang Disabilitas. (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya