Liputan6.com, Jakarta Kecelakaan di masa kecil membawa Novita Fajrin pada kondisi disabilitas. Salah satu jari tangan kirinya diamputasi dan fungsi tangan kirinya terganggu sejak umur tiga tahun.
Kondisi ia kehilangan harapan untuk mengejar cita-cita menjadi seorang polisi. Namun, harapan itu kembali muncul ketika Polri membuka rekrutmen jalur disabilitas.
Baca Juga
Kini, Novita adalah salah satu dari 16 siswa penyandang disabilitas Polri yang sedang menjalani Pendidikan Bintara.
Advertisement
Perempuan muda kelahiran 1 November 2003 ini tampak bersemangat mengikuti hari terakhir Diklat Integrasi Kampus Kebangsaan TNI-Polri tahun anggaran 2024 di Puslatdiksarmil Juanda, Sidoarjo, Jawa Timur.
“Senang sekali selama lima hari ini belajar dan berlatih bersama. Saya dapat saudara-saudara baru di sini,” kata gadis setinggi 169 cm ini mengutip laman berita resmi Polri Tribrata News, Selasa (24/9/2024).
Novita tak serta-merta lolos menjadi siswa bintara karena disabilitas yang disandang tapi juga karena prestasi yang dikumpulkan selama masa sekolah.
Ia memiliki hobi bela diri yakni Silat dan Muay Thai. Meskipun tangan kirinya tidak bisa maksimal, ia mampu beberapa kali berprestasi di bidang tersebut.
Prestasi terakhirnya adalah meraih medali emas lewat cabang olahraga Muay Thai kelas 63,5 kg putri di Pekan Olahraga Provinsi tahun 2023.
Kalahkan Peserta Non Disabilitas
Novita bahkan mampu mengalahkan lawan-lawan yang tidak memiliki keterbatasan fisik. Prestasi inilah salah satunya yang membuka kesempatan Novita mendaftar seleksi calon siswa Bintara Polri.
“Saya dapat informasi penerimaan jalur rekpro penyandang disabilitas dari pelatih saya. Saya merasa bersyukur memiliki prestasi di bidang olahraga yang menjadi modal saya mendaftar Bintara Polri,“ ucap Novita.
Novita juga berharap ia bisa membuat kedua orangtuanya bangga, terutama ibunya dengan capaian prestasi dan kesempatan menjadi seorang Polisi Wanita.
Advertisement
Siswa Bintara Polri Disabilitas Lainnya
Selain Novita, ada pula siswa penyandang disabilitas Bintara Polri asal Polda Kalimantan Timur, Warhana Nandyu.
Ia berbagi kisah tentang awal mula mendaftar sebagai anggota Kepolisian Republik Indonesia.
Baginya, ini adalah hal yang tak disangka-sangka. Pasalnya, informasi soal pendaftaran nyaris terlewatkan olehnya.
Penyandang disabilitas fisik pada tangan kanan ini adalah anggota grup Whatsapp komunitas penyandang disabilitas. Ia mengaku jarang melihat grup sampai suatu hari ia membuka grup tersebut dan mendapatkan informasi yang membuka jalan mewujudkan cita-citanya.
“Grup itu nyaris nggak pernah saya buka. Tapi tahun lalu tiba-tiba aja saya iseng buka dan baca. Ternyata ada informasi tentang penerimaan siswa Bintara Polri jalur rekpro untuk penyandang disabilitas dengan kompetensi tertentu. Langsung saya urus semua dokumen yang dibutuhkan untuk pendaftaran,” kenang Warhana mengutip laman yang sama.
Seperti Novita, menjadi seorang polisi adalah cita-cita Warhana sejak kecil. Ia juga ingin meneruskan cita-cita sang ayah yang pernah mendaftar menjadi polisi tapi gagal saat mengikuti seleksi. Dukungan untuk menjadi polisi juga datang dari orangtua dan kakek neneknya.
Namun, Ia sempat mengira kesempatan mendaftar polisi sudah tertutup menyadari keterbatasan fisiknya.
“Alhamdulillah tahun ini bapak Kapolri Jenderal Pol Listyo Sigit Prabowo memberikan kesempatan kepada kami penyandang disabilitas bisa mendaftar dan mengikuti pendidikan seperti orang dengan kondisi fisik normal lainnya. Saya sangat senang sekali,” ungkap Warhana Nandyu.
Miliki Keahlian Kembangkan Piranti Lunak
Jika Novita memiliki prestasi di bidang bela diri, maka Warhana punya prestasi dalam mengembangkan piranti lunak.
Memiliki tangan kanan yang tidak sempurna tidak serta-merta mengganggu kemampuan lain yang dimiliki Warhana.
Bahkan, di bidang tertentu ia lebih unggul ketimbang non disabilitas. Misalnya, dia memiliki kemampuan dalam merancang piranti lunak dan web programming yang ia dapat dan pelajari sejak duduk di bangku SMK. Kemampuan ini adalah salah satu modal kuat Warhana lolos menjadi siswa Bintara Polisi.
“Waktu COVID-19 saya berdua dengan teman saya merancang aplikasi yang bisa mengetahui pergerakan orang terdampak COVID-19. Aplikasi ini sangat berguna untuk mengurangi potensi penyebaran virus Corona,” imbuh Warhana.
Advertisement