31 Tahun Berkarya,Desainer Biyan Hadir dengan Kematangan `Seruni`

Waktu 31 tahun telah membentuk Biyan menjadi desainer dengan konsep-konsep rancangan yang sangat matang.

oleh Bio In God Bless diperbarui 18 Jun 2014, 15:00 WIB
Diterbitkan 18 Jun 2014, 15:00 WIB
Biyan Seruni 0614 7

Liputan6.com, Jakarta Foyer Grand Ball Room Hotel Mulia, Jakarta, Selasa (17/6/2014) berhias cantik untuk sebuah pagelaran busana dari seorang desainer yang telah melalang buana selama 31 tahun di dunia fesyen, Biyan Wanaatmadja.

Pukul 7 malam, tamu-tamu mulai berdatangan. Waktu 1 jam di foyer dihabiskan tamu-tamu undangan dengan berbincang-bincang. Dalam dekorasi foyer bernuansa ungu, aktivitas chit-chat ini berlangsung dengan selaan kudapan dan minum yang disajikan oleh para pelayan hotel. Musik dari slow hingga mid beat menjadi latar yang melebur dengan suara obrolan para tamu.

 

Tema Spring/Summer 2015 dari Biyan adalah Seruni. Meski sudah jelas bahwa desainer lulusan London College of Fashion ini mengangkat tema floral, shownya kali ini memberi kejutan sedari awal tamu memasuki tempat show. Grand Ballroom yang lazimnya benderang dengan kilauan chandelier, saat itu menjadi gelap, langit-langitnya ditutup tirai hitam. Menengok ke ujung catwalk, backdrop hutan bambu terhampar dengan semburat lampu berwarna hijau. Suara kicauan burung pun terdengar.

 

Acara pagelaran busana ini diawali dengan pemberian karangan bunga bagi pihak-pihak terkait acara, yakni label skincare asal Paris, Ioma, yang mendukung terselenggaranya acara, dan 2 organisasi kemanusiaan yang disupport Biyan melalui sebagian hasil dari fashion show tersebut.

Dua organisasi itu adalah FAN (For All Nation) Campus Indonesia yang fokus pada rehabilitas pengguna narkoba, dan Habitat for Humanity Indonesia yang bergerak dalam membangun rumah layak huni bagi masyarakat yang kurang mampu.

Tiga puluh satu tahun bukanlah waktu yang singkat. Namun durasi tentu bukan hal mendasar dari eksistensi seseorang. Adalah apa yang telah dilakukan seseorang dalam satu kurun waktu yang menjadi dasar penilaian eksistensi hidup.

 

Biyan mendulang berbagai prestasi selama kurun waktu itu. Selain berbagai penghargaan, kehadiran labelnya di banyak department stores ternama, misalnya Saks Fifth Avenue Dubai, adalah pencapaian yang menjadi parameter bagi eksistensinya sebagai seorang desainer.

“It’s all about blessing” dan “Tuhan Baik”, dua kalimat yang diucap Biyan dengan haru pada konferensi pers sebelum fashion show di mulai. Merefleksikan kehidupannya sebagai seorang desainer dan insan Tuhan selama 31 tahun berkarya, Biyan mengatakan bahwa hidup jangan hanya diisi dengan bekerja untuk kepentingan sendiri, tapi juga untuk peduli dengan orang-orang sekitar.

Apakah rancangan-rancangan koleksi Biyan kali ini sematang pandangan hidupnya? Simak ulasan liputan6.com atas koleksi Seruni yang mengambil inspirasi dari kebudayaan Jepang dan Sumba-Indonesia.

Seruni Postmodern Biyan

 Seruni Postmodern Biyan

`Enter the World of Personal Beauty` adalah tagline dari koleksi Seruni. Hal ini memberi kejelasan atas rancangan-rancangan dalam koleksi ini di mana terdapat diferensiasi forma estetika dari satu tema besar.

Pada bagian awal tampil busana-busana dua lapis dengan warna-warna lembut. Oversized jacket olahan model dasar kimono melapisi ruffle dress yang berlayer. Motif tradisional kimono jepang atau 3D floral embroidery menghiasi jaket-jaket itu. Sebagian di antaranya dipadukan lagi dengan celana ataupun rok.

 

Di sequence lain, rancangan-rancangn dengan model yang lebih intricating muncul melalui long & loose jacket berpadu celana selutut, atau layered-ruffle dress kerah sabrina asimetris, atau floral printed dress berukuran besar dengan model flared-ruffle sleeve. Tema siluet dan potongan serupa kemudian hadir dengan warna-warna yang lebih cerah seperti oranye.

 

Kontras dengan sequence sebelumnya, warna-warna gelap hadir pada busana-busana yang diberi sentuhan budaya Sumba. Kaos motif bunga dengan aksesori tribal di bagian bawah dipadukan Biyan dengan crop pants hitam. Oversized jacket hitam dengan 3D tribal embroidery yang intense menjadi pasangan bagi layered dress hitam yang longgar.

 

Sebuah dress cantik dan eksotis dari kain Sumba dipadu dengan aksen cape yang berhias gambar crane menjadi satu contoh dari perpaduan antara peleburan budaya Jepang dan budaya tradisional Indonesia dalam satu desain.

 

Secara keseluruhan tiap varian karya-karya Bian di koleksi ini memiliki kekuatan atas karakternya sendiri. Meski ada kesamaan hal yang dapat ditemukan pada rancangan-rancangan di koleksi ini, yakni elemen ruffle, layer, print, 3D emroidery, simple shiloutte, loose, oversize, rancangan-rancangan tersebut sangat divergen untuk dapat diikat oleh sebuah benang merah.

Namun itulah esensi konsep personal beauty yang memang diangkat koleksi ini. Untuk dapat memahami koleksi Biyan kali ini, seseorang perlu mendekonstruksi ide-ide besar dalam pemikirannya sendiri tentang fesyen yang selama ini ada. Narasi-narasi besar dan pengkutuban antara ready-to-wear dan couture dirombak oleh seorang Biyan.

Hasil rekonstruksi dari dekonstruksi yang dilakukan Biyan adalah rancangan-rancangan yang mengaburkan batas-batas definitif dari konsep ready-to-wear dan couture. Koleksi ini bukan lagi ada di level peleburan budaya dua negara. Berada di level yang lebih mutakhir, koleksi ini adalah peleburan atau pengaburan konsep-konsep mapan di dunia fesyen.

 

Sedari awal hingga akhir, karya-karya Biyan secara bertahap mensyaratkan cara penikmatan fesyen yang baru, yakni dengan melibatkan pemikiran. Think to enjoy dan enjoy in thinking adalah cara yang dibutuhkan untuk menikmati koleksi Seruni ini.

Inilah kejutan lain yang diberikan oleh Biyan. Mengambil nama Seruni, koleksi tersebut ternyata tak sekedar bunga yang biasa dibayangkan. Bunga rancangan Biyan ini adalah Seruni postmodern yang tak muat lagi pada kotak definisi bunga yang selama ini ada.

Entah sengaja dikonsepkan ataupun tidak, elemen musik dari pagelaran busana inipun memiliki konsep yang sama dengan koleksi busana yang dipamerkan. Musik yang ditampilkan beragam mulai dari yang bernuansa oriental, eropa, etnik, ataupun kombinasi ketiganya. Disharmoni adalah wajah estetika baru yang dapat ditemui baik pada musik mauapun rancangan-rancangan yang dibawakan model.

 

Samar-samar terderang lantunan lagu Jepang `Kokoronotomo` yang ditimpa dengan musik instumental lain dengan warna yang sangat kontras. Perpindahan lagu pun bersifat diskontinyu harmoni. Hal serupa juga dapat Anda temukan dalam koleksi Biyan. Melihat karya-karya tersebut, Anda akan merasakan kesan ready-to-wear hadir namun juga samar-samar berpadu dengan nuansa couture yang tak dapat dikatakan lemah.

Bold tanpa meluap-luap dari Seruni menunjukkan kematangan seorang Biyan dalam berekspresi melalui karya-karyanya. Waktu 31 tahun ternyata bukan hanya mematangkan cara pandang Biyan tentang hidup tapi juga mematangkan sudut pandangnya dalam berkreasi dalam fesyen.

 

 

(Fotografer: Faisal R. Syam - Liputan6.com)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya