Sambutlah Tren Mode Terbaru Bercorak Individu

Kemajuan teknologi berdampak menciptakan tren mode terbaru yaitu individu. Seperti apa?

oleh Liputan6 diperbarui 17 Nov 2016, 20:30 WIB
Diterbitkan 17 Nov 2016, 20:30 WIB

Liputan6.com, Jakarta Pengaruh teknologi sangat besar terhadap tren gaya mode berpakaian. Tidak saja kecepatan pergantian mode fashion yang dikenakan, namun individu sebagai konsumen juga aktif menjadi bagian dari rancangan busana yang dikenakan.

"Tren individu cenderung terjadi saat ini. Individu yang dimaksud adalah konsemen juga 'ikut menjadi desainer' atas pakaian yang mereka kenakan," ungkap Sofie, saat memberi materi di depan 100 perwakilan guru tata busana dari Aceh sampai Papua dalam Workshop Revitalisasi SMK Bidang Tata Busana, Kamis (17/11/2016) di Kudus.

Sofie menunjukkan bahwa tren mode individu, bukan kategori style baru. Namun juga dipengaruhi gaya pada umumnya. "Misalnya, pakaian casual dikombinasi sporty atau sebaliknya. Semua dilakukan oleh pemakai pakaian itu sendiri. Dan tren ini dilakukan hampir semua kalangan usia," tambah anggota Indonesia Fashion Chamber (IFC).

Gaya mencampur busana, tambah dia, tidak muncul secara asal. Namun, juga dipengaruhi kemampuan mengombinasi pakaian yang dimiliki oleh masyarakat. "Informasi yang mudah diakses membuat masyarakat sadar fashion. Bahkan, tidak jarang model yang baru muncul di negara yang menjadi barometer mode hari ini dikeluarkan besok pagi atau maksimal tiga hari kemudian bisa diketahui dan diikuti bahkan dikombinasi," tambahnya.

Dengan kecepatan pergeseran mode, Sofie mengharapkan guru tata busana bisa lebih aktif mengakses informasi tentang mode untuk memberikan terobosan dalam pengajaran bagi siswa.

"Kendati tren bergerak cepat, namun untuk market fashion saat ini dikuasai oleh pakaian hijab. Namun, karena mode telah menjadi kebutuhan maka bukan berarti pakaian biasa tidak bisa diterima market. Tetap bisa karena semua pakaian juga bisa dibuat hijab," tambahnya," ungkapnya.

Terbukanya market fashion hijab, ungkap Sofie mencontohkan dari 100 guru dari Aceh sampai Papua yang digelar Kementrian Pendidikan, lebih dari 90 % mengenakan hijab. "Dari pakaian yang dikenakan kalangan menunjukan market pada posisi ke mana. Ini contoh jelas jika dilihat dari segi pasar," ungkapnya mencontohkan. (Felek Wahyu)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya