Fungsi Organ Reproduksi Pria Apa? Simak Penjelasan Anatominya

Pelajari fungsi organ reproduksi pria secara mendalam, dari anatomi hingga cara menjaga kesehatannya. Informasi lengkap untuk pemahaman yang lebih baik.

oleh Liputan6 diperbarui 20 Des 2024, 15:02 WIB
Diterbitkan 20 Des 2024, 15:02 WIB
fungsi organ reproduksi pria
Menunjukkan gambar biologis organ reproduksi pria ©Ilustrasi dibuat AI

Liputan6.com, Jakarta - Sistem reproduksi pria merupakan serangkaian organ yang bekerja sama untuk menghasilkan, menyimpan, dan mentransportasikan sel-sel reproduksi pria atau spermatozoa. Kompleksitas sistem ini memungkinkan terjadinya proses reproduksi yang esensial bagi kelangsungan hidup spesies manusia.

Secara garis besar, fungsi utama sistem reproduksi pria meliputi:

  • Produksi spermatozoa melalui proses spermatogenesis
  • Sintesis dan sekresi hormon seks pria, terutama testosteron
  • Penyimpanan dan pematangan spermatozoa
  • Transportasi spermatozoa keluar tubuh melalui ejakulasi
  • Deposisi spermatozoa ke dalam saluran reproduksi wanita

Keseluruhan proses ini melibatkan berbagai organ yang saling terkoordinasi, mulai dari testis sebagai tempat produksi sperma, hingga penis sebagai organ kopulasi. Pemahaman mendalam tentang anatomi dan fisiologi sistem reproduksi pria sangat penting, tidak hanya untuk kesehatan reproduksi, tetapi juga untuk kesejahteraan pria secara keseluruhan.

Anatomi Organ Reproduksi Pria

Sistem reproduksi pria terdiri dari beragam organ yang memiliki fungsi spesifik namun saling terkait. Berikut adalah penjelasan rinci mengenai anatomi organ-organ utama dalam sistem reproduksi pria:

1. Testis

Testis, atau yang sering disebut buah zakar, merupakan sepasang organ berbentuk oval yang terletak di dalam skrotum. Dengan ukuran sekitar 4-7 cm dan volume 20-25 mL, testis memiliki dua fungsi vital:

  • Spermatogenesis: Proses pembentukan spermatozoa terjadi di dalam tubulus seminiferus, struktur berbentuk tabung yang melilit di dalam testis.
  • Produksi hormon: Sel-sel Leydig di testis menghasilkan hormon testosteron, yang berperan penting dalam perkembangan karakteristik seksual sekunder pria.

Testis dilindungi oleh beberapa lapisan jaringan, termasuk tunika albuginea yang memberikan perlindungan mekanis. Posisi testis di luar rongga tubuh memungkinkan suhu yang lebih rendah, yang optimal untuk produksi sperma.

2. Epididimis

Epididimis adalah struktur berbentuk tabung yang melilit di bagian belakang setiap testis. Dengan panjang mencapai 6 meter jika diluruskan, epididimis memiliki beberapa fungsi krusial:

  • Penyimpanan sperma: Epididimis menyimpan spermatozoa yang baru diproduksi oleh testis.
  • Pematangan sperma: Selama perjalanannya melalui epididimis, spermatozoa mengalami proses pematangan yang memungkinkan mereka untuk bergerak dan membuahi sel telur.
  • Transportasi sperma: Epididimis membantu mengangkut sperma menuju vas deferens.

Struktur epididimis terbagi menjadi tiga bagian utama: caput (kepala), corpus (badan), dan cauda (ekor). Masing-masing bagian memiliki peran spesifik dalam proses pematangan dan penyimpanan sperma.

3. Vas Deferens

Vas deferens, juga dikenal sebagai duktus deferens, adalah saluran berotot yang menghubungkan epididimis dengan uretra. Dengan panjang sekitar 30-45 cm, vas deferens memiliki beberapa fungsi penting:

  • Transportasi sperma: Vas deferens mengangkut sperma matang dari epididimis menuju uretra selama ejakulasi.
  • Penyimpanan sementara: Sebagian sperma dapat disimpan di dalam vas deferens sebelum ejakulasi.
  • Kontribusi pada komposisi semen: Dinding vas deferens menghasilkan sekresi yang menjadi bagian dari semen.

Struktur vas deferens terdiri dari tiga lapisan: lapisan mukosa dalam, lapisan otot tengah, dan lapisan adventitia luar. Kontraksi otot pada vas deferens membantu mendorong sperma selama ejakulasi.

4. Vesikula Seminalis

Vesikula seminalis adalah sepasang kelenjar berbentuk kantung yang terletak di belakang kandung kemih. Fungsi utama vesikula seminalis meliputi:

  • Produksi cairan seminal: Vesikula seminalis menghasilkan sekitar 60% dari volume total semen.
  • Nutrisi sperma: Cairan yang dihasilkan kaya akan fruktosa, yang berfungsi sebagai sumber energi bagi spermatozoa.
  • Peningkatan motilitas sperma: Komponen cairan seminal membantu meningkatkan pergerakan sperma.

Sekresi dari vesikula seminalis juga mengandung prostaglandin, yang berperan dalam menetralisir keasaman vagina dan merangsang kontraksi uterus untuk membantu pergerakan sperma.

5. Kelenjar Prostat

Kelenjar prostat adalah organ berbentuk seperti kacang kenari yang terletak tepat di bawah kandung kemih, mengelilingi bagian atas uretra. Fungsi utama prostat meliputi:

  • Produksi cairan prostat: Cairan ini membentuk sekitar 30% dari volume semen dan mengandung enzim, mineral, dan lipid yang penting untuk fungsi sperma.
  • Pengaturan pH semen: Cairan prostat membantu menetralkan keasaman uretra dan vagina, melindungi sperma.
  • Kontrol ejakulasi: Otot prostat berkontraksi selama ejakulasi untuk membantu mengeluarkan semen.

Kelenjar prostat juga menghasilkan antigen spesifik prostat (PSA), yang membantu mencairkan semen setelah ejakulasi.

6. Penis

Penis adalah organ eksternal yang berfungsi ganda dalam sistem urinari dan reproduksi. Struktur penis terdiri dari:

  • Batang penis: Terdiri dari tiga kolom jaringan erektil - dua corpora cavernosa dan satu corpus spongiosum.
  • Glans penis: Ujung penis yang sangat sensitif, dilindungi oleh prepusium (kulit kulup) pada pria yang tidak disunat.
  • Uretra: Saluran yang berjalan sepanjang penis untuk mengeluarkan urin dan semen.

Fungsi utama penis dalam reproduksi adalah untuk deposisi sperma ke dalam saluran reproduksi wanita melalui penetrasi selama hubungan seksual. Kemampuan ereksi penis memungkinkan terjadinya kopulasi yang efektif.

Fisiologi Sistem Reproduksi Pria

Pemahaman tentang fisiologi sistem reproduksi pria sangat penting untuk mengerti bagaimana organ-organ ini bekerja bersama dalam proses reproduksi. Berikut adalah penjelasan rinci tentang proses-proses fisiologis utama dalam sistem reproduksi pria:

1. Spermatogenesis

Spermatogenesis adalah proses pembentukan spermatozoa yang terjadi di dalam tubulus seminiferus testis. Proses ini melibatkan beberapa tahap:

  • Proliferasi: Spermatogonia (sel induk sperma) mengalami pembelahan mitosis untuk menghasilkan lebih banyak sel.
  • Meiosis: Spermatosit primer mengalami pembelahan meiosis untuk menghasilkan spermatid haploid.
  • Spermiogenesis: Spermatid berdiferensiasi menjadi spermatozoa matang dengan kepala, leher, dan ekor.

Proses spermatogenesis diatur oleh hormon FSH (Follicle Stimulating Hormone) dan testosteron. Satu siklus spermatogenesis membutuhkan waktu sekitar 64 hari, dengan produksi sekitar 200 juta sperma per hari pada pria dewasa sehat.

2. Produksi Hormon

Sistem endokrin memainkan peran krusial dalam fungsi reproduksi pria. Hormon-hormon utama yang terlibat meliputi:

  • Testosteron: Diproduksi oleh sel-sel Leydig di testis, testosteron berperan dalam perkembangan karakteristik seksual sekunder, libido, dan produksi sperma.
  • FSH (Follicle Stimulating Hormone): Dihasilkan oleh kelenjar pituitari, FSH merangsang produksi sperma di tubulus seminiferus.
  • LH (Luteinizing Hormone): Juga dihasilkan oleh pituitari, LH merangsang produksi testosteron oleh sel-sel Leydig.
  • Inhibin: Diproduksi oleh sel-sel Sertoli di testis, inhibin memberikan umpan balik negatif terhadap produksi FSH.

Keseimbangan hormon-hormon ini sangat penting untuk fungsi reproduksi yang optimal.

3. Pematangan dan Penyimpanan Sperma

Setelah diproduksi di testis, spermatozoa belum mampu membuahi sel telur. Mereka harus melalui proses pematangan di epididimis:

  • Peningkatan motilitas: Sperma mengembangkan kemampuan untuk bergerak progresif.
  • Kondensasi kromatin: Materi genetik dalam kepala sperma menjadi lebih padat.
  • Modifikasi membran: Perubahan pada membran sperma mempersiapkannya untuk kapasitasi dan reaksi akrosom.
  • Penyimpanan: Epididimis menyimpan sperma matang hingga ejakulasi, dengan cauda epididimis sebagai tempat penyimpanan utama.

Proses pematangan ini membutuhkan waktu sekitar 2 minggu, selama sperma bergerak melalui epididimis.

4. Ereksi dan Ejakulasi

Ereksi dan ejakulasi adalah dua proses yang sangat penting dalam fungsi seksual pria:

Ereksi:

  • Dipicu oleh stimulasi seksual, baik fisik maupun psikologis.
  • Melibatkan peningkatan aliran darah ke jaringan erektil penis (corpora cavernosa dan corpus spongiosum).
  • Diatur oleh sistem saraf parasimpatis, yang menyebabkan relaksasi otot halus dan vasodilatasi.

Ejakulasi:

  • Terdiri dari dua fase: emisi dan ekspulsi.
  • Emisi melibatkan kontraksi vas deferens, vesikula seminalis, dan prostat untuk mendorong sperma dan cairan seminal ke uretra.
  • Ekspulsi adalah pengeluaran semen dari uretra melalui kontraksi otot bulbospongiosus dan ischiocavernosus.
  • Diatur oleh sistem saraf simpatis dan refleks spinal.

Koordinasi yang tepat antara ereksi dan ejakulasi sangat penting untuk keberhasilan deposisi sperma dalam saluran reproduksi wanita.

Peran Hormon dalam Fungsi Reproduksi Pria

Hormon memainkan peran vital dalam mengatur fungsi reproduksi pria. Sistem endokrin yang kompleks ini melibatkan interaksi antara hipotalamus, kelenjar pituitari, dan organ reproduksi. Berikut adalah penjelasan rinci tentang hormon-hormon utama yang terlibat:

1. Gonadotropin-Releasing Hormone (GnRH)

GnRH adalah hormon yang dihasilkan oleh hipotalamus dan memiliki peran penting dalam mengatur produksi hormon reproduksi:

  • Fungsi: Merangsang kelenjar pituitari anterior untuk melepaskan FSH dan LH.
  • Pola sekresi: Diproduksi secara pulsatil, dengan frekuensi dan amplitudo yang bervariasi.
  • Regulasi: Dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk umpan balik dari hormon testosteron.

2. Follicle Stimulating Hormone (FSH)

FSH adalah hormon gonadotropin yang dihasilkan oleh kelenjar pituitari anterior:

  • Fungsi utama: Merangsang sel-sel Sertoli di testis untuk mendukung spermatogenesis.
  • Mekanisme aksi: Berikatan dengan reseptor pada sel Sertoli, meningkatkan produksi protein pengikat androgen (ABP) dan faktor-faktor lain yang diperlukan untuk perkembangan sperma.
  • Regulasi: Produksi FSH diatur oleh GnRH dan umpan balik negatif dari inhibin yang dihasilkan oleh sel Sertoli.

3. Luteinizing Hormone (LH)

LH, juga dihasilkan oleh kelenjar pituitari anterior, memiliki peran penting dalam produksi testosteron:

  • Fungsi utama: Merangsang sel-sel Leydig di testis untuk memproduksi dan melepaskan testosteron.
  • Mekanisme aksi: Berikatan dengan reseptor pada sel Leydig, mengaktifkan jalur sinyal yang mengarah pada sintesis testosteron.
  • Regulasi: Produksi LH diatur oleh GnRH dan umpan balik negatif dari testosteron.

4. Testosteron

Testosteron adalah hormon androgen utama yang diproduksi oleh sel-sel Leydig di testis:

  • Fungsi:
    • Mendukung spermatogenesis
    • Mengembangkan dan memelihara karakteristik seksual sekunder pria
    • Meningkatkan libido dan fungsi seksual
    • Mempengaruhi pertumbuhan otot dan kepadatan tulang
  • Mekanisme aksi: Bekerja melalui reseptor androgen yang terdapat di berbagai jaringan target.
  • Regulasi: Produksi testosteron diatur oleh LH melalui mekanisme umpan balik negatif pada hipotalamus dan pituitari.

5. Inhibin

Inhibin adalah hormon peptida yang dihasilkan oleh sel-sel Sertoli di testis:

  • Fungsi utama: Memberikan umpan balik negatif terhadap produksi FSH oleh kelenjar pituitari.
  • Mekanisme aksi: Menghambat pelepasan FSH, membantu mengatur tingkat spermatogenesis.
  • Regulasi: Produksi inhibin dirangsang oleh FSH, membentuk loop umpan balik yang kompleks.

6. Aktivin

Aktivin, juga diproduksi oleh sel-sel Sertoli, memiliki efek yang berlawanan dengan inhibin:

  • Fungsi: Merangsang produksi FSH oleh kelenjar pituitari.
  • Peran dalam spermatogenesis: Mendukung proliferasi spermatogonia dan diferensiasi sel-sel germinal.

Gangguan pada Sistem Reproduksi Pria

Sistem reproduksi pria dapat mengalami berbagai gangguan yang mempengaruhi fungsi dan kesehatan reproduksi. Berikut adalah penjelasan rinci tentang beberapa gangguan umum:

1. Infertilitas Pria

Infertilitas pria adalah ketidakmampuan untuk menghasilkan kehamilan setelah 12 bulan hubungan seksual tanpa kontrasepsi. Penyebabnya dapat meliputi:

  • Gangguan produksi sperma: Oligospermia (jumlah sperma rendah) atau azoospermia (tidak ada sperma dalam ejakulat).
  • Masalah kualitas sperma: Asthenozoospermia (motilitas sperma rendah) atau teratozoospermia (morfologi sperma abnormal).
  • Obstruksi saluran reproduksi: Misalnya, penyumbatan vas deferens.
  • Faktor hormonal: Ketidakseimbangan hormon seperti testosteron rendah.
  • Varikokel: Pembengkakan pembuluh darah di skrotum yang dapat mempengaruhi produksi sperma.

Diagnosis infertilitas melibatkan analisis semen, pemeriksaan fisik, dan tes hormonal. Pengobatan tergantung pada penyebab dan dapat mencakup terapi hormon, pembedahan, atau teknologi reproduksi berbantu seperti IVF.

2. Disfungsi Ereksi

Disfungsi ereksi (ED) adalah ketidakmampuan untuk mencapai atau mempertahankan ereksi yang cukup untuk hubungan seksual. Penyebabnya dapat bersifat fisik, psikologis, atau kombinasi keduanya:

  • Penyebab fisik: Penyakit kardiovaskular, diabetes, hipertensi, atau gangguan neurologis.
  • Penyebab psikologis: Stres, kecemasan, depresi, atau masalah hubungan.
  • Faktor gaya hidup: Merokok, konsumsi alkohol berlebihan, atau obesitas.

Pengobatan ED dapat meliputi perubahan gaya hidup, terapi psikologis, obat-obatan seperti inhibitor PDE5 (misalnya, sildenafil), atau dalam kasus tertentu, prosedur bedah.

3. Kanker Prostat

Kanker prostat adalah salah satu kanker paling umum pada pria, terutama pada usia lanjut. Faktor risiko meliputi:

  • Usia: Risiko meningkat seiring bertambahnya usia.
  • Genetik: Riwayat keluarga dengan kanker prostat.
  • Ras: Pria Afrika-Amerika memiliki risiko lebih tinggi.
  • Diet: Diet tinggi lemak dan rendah serat dapat meningkatkan risiko.

Gejala awal kanker prostat sering tidak terlihat, tetapi dapat meliputi kesulitan buang air kecil, aliran urin yang lemah, atau nyeri saat ejakulasi. Diagnosis melibatkan pemeriksaan digital rektal, tes PSA, dan biopsi. Pengobatan tergantung pada stadium kanker dan dapat mencakup pengawasan aktif, pembedahan, radioterapi, atau terapi hormon.

4. Hipogonadisme

Hipogonadisme adalah kondisi di mana testis tidak memproduksi jumlah testosteron yang cukup. Ini dapat disebabkan oleh:

  • Hipogonadisme primer: Masalah pada testis itu sendiri.
  • Hipogonadisme sekunder: Gangguan pada hipotalamus atau pituitari yang mengatur produksi testosteron.

Gejala dapat meliputi penurunan libido, disfungsi ereksi, penurunan massa otot, dan perubahan mood. Diagnosis melibatkan tes kadar testosteron dan hormon lainnya. Pengobatan biasanya melibatkan terapi penggantian testosteron.

5. Infeksi Saluran Reproduksi

Infeksi dapat mempengaruhi berbagai bagian sistem reproduksi pria:

  • Prostatitis: Peradangan prostat yang dapat disebabkan oleh infeksi bakteri atau non-infeksi.
  • Epididimitis: Peradangan epididimis, sering disebabkan oleh infeksi bakteri.
  • Orkitis: Peradangan testis, yang dapat disebabkan oleh infeksi virus atau bakteri.

Gejala dapat meliputi nyeri, pembengkakan, demam, dan gangguan buang air kecil. Pengobatan tergantung pada penyebab dan dapat melibatkan antibiotik, anti-inflamasi, dan perawatan suportif.

Cara Menjaga Kesehatan Sistem Reproduksi Pria

Menjaga kesehatan sistem reproduksi pria sangat penting untuk fungsi seksual yang optimal dan kesuburan. Berikut adalah langkah-langkah komprehensif untuk memelihara kesehatan reproduksi pria:

1. Pola Makan Sehat

Diet yang seimbang dan kaya nutrisi sangat penting untuk kesehatan reproduksi:

  • Konsumsi makanan kaya antioksidan: Buah-buahan dan sayuran berwarna-warni untuk melindungi sel sperma dari kerusakan oksidatif.
  • Sumber protein lean: Ikan, daging tanpa lemak, dan kacang-kacangan untuk mendukung produksi hormon.
  • Makanan kaya zinc: Tiram, daging merah, dan biji labu untuk mendukung produksi testosteron dan kualitas sperma.
  • Asam lemak omega-3: Ikan berlemak seperti salmon untuk kesehatan pembuluh darah dan produksi hormon.
  • Batasi makanan olahan dan tinggi gula: Untuk menjaga keseimbangan hormon dan berat badan yang sehat.

2. Olahraga Teratur

Aktivitas fisik rutin memberikan banyak manfaat untuk kesehatan reproduksi:

  • Meningkatkan produksi testosteron: Terutama latihan beban dan latihan intensitas tinggi.
  • Menjaga berat badan ideal: Obesitas dapat mengganggu keseimbangan hormon dan kualitas sperma.
  • Meningkatkan aliran darah: Termasuk ke organ reproduksi, mendukung fungsi ereksi.
  • Mengurangi stres: Yang dapat mempengaruhi libido dan produksi sperma.

Disarankan untuk melakukan minimal 150 menit aktivitas aerobik intensitas sedang atau 75 menit aktivitas intensitas tinggi per minggu, ditambah latihan kekuatan dua kali seminggu.

3. Manajemen Stres

Stres kronis dapat mempengaruhi kesehatan reproduksi secara negatif:

  • Praktikkan teknik relaksasi: Meditasi, yoga, atau pernapasan dalam.
  • Tidur yang cukup: Bertujuan untuk 7-9 jam tidur berkualitas setiap malam.
  • Hobi dan waktu luang: Lakukan aktivitas yang menyenangkan dan menenangkan.
  • Dukungan sosial: Jaga hubungan yang sehat dengan keluarga dan teman.
  • Pertimbangkan konseling: Jika stres menjadi sulit dikelola sendiri.

4. Hindari Zat Berbahaya

Beberapa zat dapat memiliki efek negatif pada kesehatan reproduksi:

  • Berhenti merokok: Merokok dapat mengurangi kualitas sperma dan meningkatkan risiko disfungsi ereksi.
  • Batasi alkohol: Konsumsi berlebihan dapat menurunkan produksi testosteron dan kualitas sperma.
  • Hindari obat-obatan terlarang: Dapat mempengaruhi fungsi seksual dan kesuburan.
  • Waspadai paparan lingkungan: Hindari paparan berlebihan terhadap pestisida, logam berat, dan bahan kimia industri.

5. Praktik Seks Aman

Melindungi diri dari infeksi menular seksual (IMS) sangat penting:

  • Gunakan kondom: Terutama dengan pasangan baru atau multiple.
  • Tes rutin untuk IMS: Terutama jika aktif secara seksual dengan beberapa pasangan.
  • Komunikasi terbuka: Diskusikan riwayat seksual dengan pasangan.
  • Hindari perilaku berisiko tinggi: Seperti seks tanpa perlindungan dengan pasangan yang tidak dikenal.

6. Pemeriksaan Kesehatan Rutin

Kunjungan rutin ke dokter dapat membantu mendeteksi masalah sejak dini:

  • Pemeriksaan prostat tahunan: Terutama untuk pria di atas 50 tahun atau lebih awal jika ada faktor risiko.
  • Tes hormon: Jika ada gejala ketidakseimbangan hormon.
  • Analisis semen: Jika ada masalah kesuburan.
  • Pemeriksaan testis mandiri: Secara rutin untuk mendeteksi benjolan atau perubahan.

7. Menjaga Kebersihan Pribadi

Kebersihan yang baik penting untuk kesehatan reproduksi:

  • Bersihkan area genital secara teratur: Gunakan sabun lembut dan air.
  • Keringkan dengan baik: Terutama di lipatan kulit untuk mencegah infeksi jamur.
  • Ganti pakaian dalam secara teratur: Pilih bahan yang menyerap keringat.
  • Hindari pakaian yang terlalu ketat: Untuk menjaga suhu testis optimal.

Mitos dan Fakta Seputar Sistem Reproduksi Pria

Terdapat banyak mitos yang beredar di masyarakat mengenai sistem reproduksi pria. Penting untuk membedakan antara mitos dan fakta untuk pemahaman yang lebih baik tentang kesehatan reproduksi. Berikut adalah beberapa mitos umum beserta faktanya:

Mitos 1: Ukuran Penis Menentukan Kesuburan

Mitos: Pria dengan penis yang lebih besar leb ih subur dan memiliki kualitas sperma yang lebih baik.

Fakta: Ukuran penis tidak memiliki korelasi langsung dengan kesuburan atau kualitas sperma. Kesuburan lebih ditentukan oleh faktor-faktor seperti jumlah dan kualitas sperma, keseimbangan hormon, dan kesehatan sistem reproduksi secara keseluruhan. Penis berfungsi sebagai saluran untuk mengeluarkan sperma, tetapi ukurannya tidak mempengaruhi kemampuan reproduksi.

Mitos 2: Celana Dalam Ketat Menyebabkan Infertilitas

Mitos: Memakai celana dalam yang ketat dapat menyebabkan infertilitas pada pria.

Fakta: Meskipun suhu testis yang optimal penting untuk produksi sperma, tidak ada bukti konklusif bahwa celana dalam ketat secara signifikan mempengaruhi kesuburan. Namun, beberapa penelitian menunjukkan bahwa pakaian yang sangat ketat dan non-breathable dalam jangka panjang mungkin memiliki efek kecil pada produksi sperma. Disarankan untuk memakai pakaian dalam yang nyaman dan menyerap keringat untuk kesehatan optimal.

Mitos 3: Masturbasi Berlebihan Menyebabkan Kemandulan

Mitos: Masturbasi yang terlalu sering dapat menguras cadangan sperma dan menyebabkan kemandulan.

Fakta: Masturbasi, bahkan jika dilakukan secara teratur, tidak menyebabkan kemandulan. Testis terus memproduksi sperma sepanjang hidup pria dewasa. Meskipun ejakulasi yang sangat sering dapat menurunkan jumlah sperma sementara, hal ini biasanya pulih dalam waktu singkat. Masturbasi yang moderat dianggap normal dan bahkan dapat membantu menjaga kesehatan prostat.

Mitos 4: Pria Tidak Mengalami Menopause

Mitos: Tidak seperti wanita, pria tidak mengalami perubahan hormonal yang signifikan seiring bertambahnya usia.

Fakta: Meskipun pria tidak mengalami menopause seperti wanita, mereka dapat mengalami andropause atau "male menopause". Ini ditandai dengan penurunan bertahap dalam produksi testosteron seiring bertambahnya usia, biasanya mulai sekitar usia 30-40 tahun. Gejala dapat meliputi penurunan libido, kelelahan, perubahan mood, dan penurunan massa otot. Namun, tidak semua pria mengalami gejala yang signifikan, dan penurunan ini lebih bertahap dibandingkan dengan menopause pada wanita.

Mitos 5: Infertilitas Selalu Disebabkan oleh Faktor Wanita

Mitos: Jika pasangan mengalami kesulitan untuk hamil, masalahnya pasti berasal dari pihak wanita.

Fakta: Infertilitas dapat disebabkan oleh faktor dari pria, wanita, atau kombinasi keduanya. Sekitar 40-50% kasus infertilitas melibatkan faktor pria, baik sebagai penyebab tunggal atau berkontribusi. Faktor pria dapat meliputi masalah produksi sperma, obstruksi saluran reproduksi, atau gangguan fungsi seksual. Penting bagi kedua pasangan untuk menjalani evaluasi ketika menghadapi masalah kesuburan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Disclaimer: Artikel ini ditulis ulang oleh redaksi dengan menggunakan Artificial Intelligence

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya