Liputan6.com, Jakarta Sindrom ovarium polikistik atau polycystic ovary syndrome (PCOS) merupakan gangguan hormonal yang kerap dialami wanita pada usia produktif. Kondisi ini ditandai dengan ketidakseimbangan hormon yang menyebabkan gangguan pada siklus menstruasi dan kadar hormon androgen (hormon pria) yang berlebihan.
Pada penderita PCOS, ovarium atau indung telur memproduksi banyak kantong-kantong kecil berisi cairan yang disebut kista. Akibatnya, sel telur tidak dapat berkembang dengan sempurna dan gagal dilepaskan secara teratur setiap bulannya. Hal ini dapat menyebabkan gangguan ovulasi dan kesulitan untuk hamil.
Advertisement
PCOS merupakan salah satu penyebab utama infertilitas pada wanita. Selain itu, kondisi ini juga dapat meningkatkan risiko terjadinya komplikasi kesehatan lainnya seperti diabetes tipe 2, hipertensi, penyakit jantung, dan kanker endometrium.
Advertisement
Meski penyebab pastinya belum diketahui, PCOS diduga berkaitan erat dengan faktor genetik dan gaya hidup. Kelebihan berat badan dan resistensi insulin juga diyakini berperan dalam perkembangan kondisi ini.
Ciri-ciri dan Gejala PCOS pada Wanita
Gejala PCOS dapat bervariasi pada setiap wanita. Beberapa ciri dan gejala umum yang sering dialami penderita PCOS antara lain:
1. Gangguan Siklus Menstruasi
Salah satu ciri utama PCOS adalah gangguan pada siklus menstruasi. Penderita PCOS seringkali mengalami:
- Siklus haid yang tidak teratur - jarak antar menstruasi bisa kurang dari 21 hari atau lebih dari 35 hari
- Haid yang jarang - hanya mengalami 8-9 kali menstruasi dalam setahun
- Amenore - tidak mengalami menstruasi sama sekali selama beberapa bulan
- Perdarahan haid yang lebih banyak dari normal
Gangguan siklus haid ini terjadi karena ovulasi yang tidak teratur atau bahkan tidak terjadi sama sekali. Akibatnya, dinding rahim tidak dapat meluruh secara normal setiap bulannya.
2. Pertumbuhan Rambut Berlebihan (Hirsutisme)
Kadar hormon androgen yang tinggi pada penderita PCOS dapat menyebabkan pertumbuhan rambut yang berlebihan di beberapa bagian tubuh, terutama di area yang biasanya hanya ditumbuhi rambut pada pria. Kondisi ini disebut hirsutisme.
Rambut dapat tumbuh lebih tebal dan gelap di area seperti:
- Wajah (terutama di dagu dan bibir atas)
- Dada
- Perut
- Punggung
- Lengan
Sekitar 70% wanita dengan PCOS mengalami hirsutisme. Pertumbuhan rambut berlebihan ini dapat menimbulkan rasa tidak nyaman dan menurunkan kepercayaan diri.
3. Jerawat
Produksi hormon androgen yang berlebihan juga dapat menyebabkan kulit menjadi lebih berminyak. Akibatnya, penderita PCOS lebih rentan mengalami masalah jerawat yang parah dan sulit diatasi.
Jerawat pada penderita PCOS biasanya muncul di:
- Wajah
- Dada
- Punggung bagian atas
Jerawat ini cenderung lebih persisten dan sulit hilang dibandingkan jerawat biasa. Pengobatan jerawat pada penderita PCOS mungkin memerlukan pendekatan yang berbeda.
4. Kenaikan Berat Badan
Banyak wanita dengan PCOS mengalami kesulitan untuk menjaga berat badan ideal. Sekitar 80% penderita PCOS mengalami kenaikan berat badan yang signifikan dan sulit untuk diturunkan.
Kelebihan berat badan pada penderita PCOS umumnya terpusat di area perut. Hal ini berkaitan dengan resistensi insulin yang sering dialami penderita PCOS. Resistensi insulin membuat tubuh kesulitan mengolah gula darah sehingga cenderung menyimpannya sebagai lemak.
Kenaikan berat badan ini dapat memperparah gejala PCOS lainnya dan meningkatkan risiko komplikasi kesehatan.
5. Kerontokan Rambut
Meski mengalami pertumbuhan rambut berlebih di beberapa bagian tubuh, penderita PCOS justru dapat mengalami kerontokan rambut di kepala. Kondisi ini disebut alopecia androgenik.
Kerontokan rambut pada penderita PCOS biasanya terjadi secara bertahap dan menyerupai kebotakan pada pria. Rambut di bagian depan, samping, dan puncak kepala cenderung menipis.
6. Perubahan Warna Kulit
Beberapa penderita PCOS mengalami perubahan warna kulit menjadi lebih gelap di beberapa area tubuh. Kondisi ini disebut acanthosis nigricans.
Area yang sering mengalami perubahan warna kulit antara lain:
- Lipatan leher
- Ketiak
- Selangkangan
- Bawah payudara
Perubahan warna kulit ini berkaitan dengan resistensi insulin yang dialami penderita PCOS.
7. Gangguan Mood
Ketidakseimbangan hormon pada penderita PCOS dapat mempengaruhi suasana hati. Banyak wanita dengan PCOS yang mengalami:
- Perubahan mood yang drastis
- Depresi
- Kecemasan
- Gangguan makan
Gangguan mood ini dapat dipicu oleh ketidakseimbangan hormon serta tekanan psikologis akibat gejala fisik PCOS lainnya.
8. Kesulitan Hamil
PCOS merupakan salah satu penyebab utama infertilitas pada wanita. Gangguan ovulasi yang terjadi pada penderita PCOS menyebabkan sel telur tidak dilepaskan secara teratur, sehingga pembuahan sulit terjadi.
Wanita dengan PCOS yang berhasil hamil juga memiliki risiko lebih tinggi mengalami komplikasi kehamilan seperti keguguran, diabetes gestasional, dan preeklamsia.
Advertisement
Penyebab PCOS
Hingga saat ini, penyebab pasti PCOS belum diketahui secara jelas. Namun, ada beberapa faktor yang diduga berperan dalam perkembangan kondisi ini:
1. Ketidakseimbangan Hormon
Penderita PCOS umumnya mengalami peningkatan kadar hormon androgen (hormon pria) dalam tubuh. Kelebihan hormon androgen ini dapat mengganggu proses ovulasi dan menyebabkan gejala-gejala PCOS lainnya.
Selain itu, ketidakseimbangan hormon lainnya seperti peningkatan kadar LH (Luteinizing Hormone) dan penurunan kadar FSH (Follicle Stimulating Hormone) juga berperan dalam gangguan ovulasi pada PCOS.
2. Resistensi Insulin
Banyak wanita dengan PCOS yang mengalami resistensi insulin. Kondisi ini membuat sel-sel tubuh kurang sensitif terhadap efek insulin, sehingga kadar insulin dalam darah meningkat.
Kadar insulin yang tinggi dapat merangsang produksi hormon androgen yang berlebihan oleh ovarium. Hal ini memperparah gejala PCOS dan meningkatkan risiko diabetes tipe 2.
3. Faktor Genetik
PCOS cenderung diturunkan dalam keluarga. Wanita yang memiliki ibu atau saudara perempuan dengan PCOS memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami kondisi yang sama.
Meski gen spesifik yang bertanggung jawab belum teridentifikasi, para peneliti yakin ada komponen genetik yang berperan dalam perkembangan PCOS.
4. Inflamasi Kronis
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa wanita dengan PCOS memiliki tingkat inflamasi yang lebih tinggi dalam tubuhnya. Inflamasi kronis tingkat rendah ini diduga berkontribusi pada resistensi insulin dan produksi hormon androgen yang berlebihan.
5. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan dan gaya hidup juga diduga berperan dalam perkembangan PCOS. Paparan terhadap bahan kimia tertentu (endocrine disruptors) selama masa pertumbuhan dapat mempengaruhi keseimbangan hormon dan meningkatkan risiko PCOS.
Selain itu, pola makan yang tidak sehat, kurangnya aktivitas fisik, dan stres kronis juga dapat memperparah gejala PCOS.
Diagnosis PCOS
Diagnosis PCOS dapat menjadi tantangan karena gejalanya yang bervariasi dan mirip dengan beberapa kondisi kesehatan lainnya. Dokter biasanya akan melakukan serangkaian pemeriksaan untuk memastikan diagnosis PCOS:
1. Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik
Langkah pertama dalam diagnosis PCOS adalah wawancara medis dan pemeriksaan fisik. Dokter akan menanyakan tentang:
- Riwayat menstruasi
- Gejala yang dialami
- Riwayat kesehatan keluarga
- Pola makan dan gaya hidup
Pemeriksaan fisik meliputi pengukuran berat badan, tinggi badan, dan lingkar pinggang. Dokter juga akan memeriksa tanda-tanda fisik PCOS seperti pertumbuhan rambut berlebih, jerawat, dan perubahan warna kulit.
2. Pemeriksaan Darah
Beberapa tes darah yang mungkin dilakukan untuk mendiagnosis PCOS antara lain:
- Tes hormon - untuk mengukur kadar hormon androgen, LH, FSH, dan prolaktin
- Tes toleransi glukosa - untuk menilai resistensi insulin dan risiko diabetes
- Profil lipid - untuk mengecek kadar kolesterol dan trigliserida
- Tes fungsi tiroid - untuk menyingkirkan gangguan tiroid yang dapat menyerupai gejala PCOS
3. USG Panggul
Ultrasonografi (USG) panggul dilakukan untuk memeriksa kondisi ovarium. Pada penderita PCOS, ovarium biasanya terlihat membesar dengan banyak folikel kecil di tepinya. Gambaran ini disebut "ovarium polikistik".
Namun, tidak semua wanita dengan ovarium polikistik menderita PCOS, dan tidak semua penderita PCOS memiliki gambaran ovarium polikistik pada USG.
4. Kriteria Diagnosis
Diagnosis PCOS umumnya ditegakkan berdasarkan kriteria Rotterdam. Menurut kriteria ini, seseorang didiagnosis PCOS jika memenuhi setidaknya dua dari tiga kriteria berikut:
- Oligoovulasi atau anovulasi (siklus menstruasi yang tidak teratur atau tidak ada ovulasi)
- Tanda-tanda hiperandrogenisme (kadar hormon androgen yang tinggi atau gejala fisik seperti hirsutisme)
- Gambaran ovarium polikistik pada USG
Dokter juga akan menyingkirkan kondisi lain yang dapat menyerupai PCOS seperti hipotiroidisme, hiperplasia adrenal kongenital, atau tumor penghasil androgen.
Advertisement
Penanganan dan Pengobatan PCOS
Penanganan PCOS bertujuan untuk mengatasi gejala, memperbaiki keseimbangan hormon, dan mencegah komplikasi jangka panjang. Pendekatan pengobatan biasanya disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi masing-masing pasien.
1. Perubahan Gaya Hidup
Langkah pertama dalam penanganan PCOS adalah melakukan perubahan gaya hidup, terutama bagi penderita yang mengalami kelebihan berat badan. Beberapa perubahan yang disarankan antara lain:
- Menurunkan berat badan - Penurunan berat badan sebesar 5-10% saja dapat membantu memperbaiki keseimbangan hormon dan mengurangi gejala PCOS
- Pola makan sehat - Mengonsumsi makanan rendah indeks glikemik, tinggi serat, dan kaya nutrisi
- Olahraga teratur - Aktivitas fisik dapat membantu meningkatkan sensitivitas insulin dan mengontrol berat badan
- Manajemen stres - Teknik relaksasi seperti yoga atau meditasi dapat membantu mengelola stres yang sering dialami penderita PCOS
2. Terapi Hormonal
Untuk mengatur siklus menstruasi dan mengurangi gejala hiperandrogenisme, dokter mungkin meresepkan:
- Pil KB kombinasi - Mengandung estrogen dan progesteron untuk mengatur siklus haid dan mengurangi produksi androgen
- Progestin - Diberikan secara siklik untuk menginduksi menstruasi
- Anti-androgen - Seperti spironolakton untuk mengurangi pertumbuhan rambut berlebih dan jerawat
3. Obat Penyubur
Bagi penderita PCOS yang ingin hamil, dokter dapat meresepkan obat-obatan untuk merangsang ovulasi seperti:
- Clomiphene citrate
- Letrozole
- Gonadotropin
Jika obat-obatan ini tidak berhasil, prosedur seperti IVF (In Vitro Fertilization) mungkin dipertimbangkan.
4. Obat Pengontrol Insulin
Untuk mengatasi resistensi insulin, dokter mungkin meresepkan obat seperti metformin. Obat ini dapat membantu:
- Meningkatkan sensitivitas insulin
- Menurunkan kadar androgen
- Mengatur siklus menstruasi
- Membantu penurunan berat badan
5. Perawatan Kosmetik
Untuk mengatasi gejala fisik PCOS seperti pertumbuhan rambut berlebih, beberapa pilihan perawatan kosmetik antara lain:
- Laser hair removal
- Elektrolisis
- Waxing atau pencukuran
6. Dukungan Psikologis
Mengingat dampak PCOS terhadap kesehatan mental, dukungan psikologis seperti konseling atau terapi dapat membantu penderita mengatasi stres, kecemasan, atau depresi yang mungkin dialami.
Komplikasi PCOS
Jika tidak ditangani dengan baik, PCOS dapat meningkatkan risiko beberapa komplikasi kesehatan jangka panjang:
1. Gangguan Metabolik
- Diabetes tipe 2 - Penderita PCOS memiliki risiko 5-10 kali lebih tinggi terkena diabetes
- Sindrom metabolik - Kombinasi dari hipertensi, dislipidemia, dan resistensi insulin
- Obesitas - Sekitar 80% penderita PCOS mengalami obesitas
2. Masalah Kardiovaskular
- Hipertensi
- Penyakit jantung koroner
- Stroke
3. Gangguan Kesuburan
- Infertilitas
- Komplikasi kehamilan seperti keguguran, diabetes gestasional, dan preeklamsia
4. Kanker
- Kanker endometrium - Risiko meningkat akibat paparan estrogen yang tidak diimbangi progesteron
- Kanker ovarium - Meski risikonya lebih rendah dibanding kanker endometrium
5. Gangguan Psikologis
- Depresi
- Kecemasan
- Gangguan makan
- Rendahnya kepercayaan diri
Advertisement
Pencegahan PCOS
Meski PCOS tidak dapat dicegah sepenuhnya, ada beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko dan keparahan gejalanya:
1. Menjaga Berat Badan Ideal
Kelebihan berat badan dapat memperparah gejala PCOS. Menjaga berat badan ideal melalui pola makan sehat dan olahraga teratur dapat membantu:
- Meningkatkan sensitivitas insulin
- Mengatur siklus menstruasi
- Mengurangi risiko komplikasi jangka panjang
2. Pola Makan Seimbang
Mengonsumsi makanan yang seimbang nutrisinya dapat membantu mengelola PCOS:
- Perbanyak sayuran dan buah-buahan
- Pilih karbohidrat kompleks dengan indeks glikemik rendah
- Konsumsi protein tanpa lemak
- Batasi makanan olahan dan tinggi gula
3. Olahraga Teratur
Aktivitas fisik secara teratur bermanfaat untuk:
- Meningkatkan sensitivitas insulin
- Membantu mengontrol berat badan
- Mengurangi risiko penyakit kardiovaskular
- Memperbaiki suasana hati
4. Manajemen Stres
Stres dapat memperburuk gejala PCOS. Beberapa cara mengelola stres antara lain:
- Meditasi atau yoga
- Teknik pernapasan dalam
- Olahraga
- Hobi yang menyenangkan
5. Pemeriksaan Rutin
Melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin dapat membantu mendeteksi PCOS sejak dini dan mencegah komplikasi. Konsultasikan dengan dokter jika mengalami gejala-gejala yang mencurigakan.
Kesimpulan
PCOS merupakan gangguan hormonal yang kompleks dan dapat berdampak signifikan terhadap kesehatan dan kualitas hidup wanita. Mengenali ciri-ciri dan gejala PCOS sejak dini sangat penting untuk mendapatkan penanganan yang tepat.
Meski belum ada obat yang dapat menyembuhkan PCOS secara total, berbagai pilihan pengobatan dan perubahan gaya hidup dapat membantu mengelola gejala dan mencegah komplikasi jangka panjang. Dengan penanganan yang tepat, penderita PCOS tetap dapat menjalani hidup yang sehat dan berkualitas.
Jika Anda mengalami gejala-gejala yang mengarah pada PCOS, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter. Diagnosis dan penanganan dini dapat membuat perbedaan besar dalam mengelola kondisi ini.
Advertisement
