Kepribadian Khalifah Utsman bin Affan: Teladan Kepemimpinan dan Akhlak Mulia

Pelajari kepribadian mulia Khalifah Utsman bin Affan, sahabat Nabi yang terkenal dengan kedermawanan, kesederhanaan dan ketakwaannya.

oleh Tyas Titi Kinapti Diperbarui 06 Mar 2025, 18:13 WIB
Diterbitkan 06 Mar 2025, 18:13 WIB
Utsman bin Affan
Utsman bin Affan... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta Utsman bin Affan merupakan salah satu sahabat utama Nabi Muhammad SAW dan khalifah ketiga dalam sejarah Islam. Beliau dikenal memiliki kepribadian yang mulia dan menjadi teladan bagi umat Islam hingga saat ini. Mari kita telusuri lebih dalam mengenai sosok Utsman bin Affan dan berbagai sifat terpuji yang melekat pada dirinya.

Promosi 1

Latar Belakang Kehidupan Utsman bin Affan

Utsman bin Affan lahir sekitar tahun 574 Masehi di kota Thaif, sebuah daerah subur di kawasan Hijaz. Beliau berasal dari keluarga terpandang suku Quraisy, tepatnya dari Bani Umayyah. Nama lengkapnya adalah Utsman bin Affan bin Abil Ash bin Umaiyah bin Abdusy Syams bin Abdul Manaf.

Sejak kecil, Utsman telah mendapatkan pendidikan yang baik. Ia termasuk salah satu orang Makkah yang pandai membaca dan menulis pada usia dini. Kemampuan ini kelak sangat bermanfaat dalam pengumpulan dan pembukuan Al-Qur'an.

Sebelum memeluk Islam, Utsman adalah seorang saudagar kaya dan terpandang di kalangan masyarakat Makkah. Ia dikenal sebagai pedagang yang jujur dan berperilaku baik. Kepribadian mulianya ini semakin terasah setelah beliau memeluk agama Islam atas ajakan Abu Bakar Ash-Shiddiq.

Sifat-Sifat Terpuji Utsman bin Affan

Sebagai salah satu sahabat utama Nabi Muhammad SAW, Utsman bin Affan memiliki berbagai sifat terpuji yang patut diteladani. Berikut beberapa di antaranya:

1. Kedermawanan yang Luar Biasa

Utsman bin Affan terkenal dengan kedermawanannya yang luar biasa. Beliau tidak segan-segan mengeluarkan harta yang dimilikinya untuk kepentingan Islam dan kaum muslimin. Salah satu contoh paling terkenal adalah ketika Utsman membeli dan mewakafkan sumur Raumah untuk kepentingan umat Islam di Madinah.

Pada saat itu, kaum muslimin Madinah mengalami kesulitan air. Ada sebuah sumur milik seorang Yahudi yang menjual airnya dengan harga mahal. Rasulullah SAW pun menganjurkan para sahabat untuk membeli sumur tersebut. Mendengar hal ini, Utsman langsung berinisiatif membeli sumur tersebut dengan harga 35.000 dirham, jumlah yang sangat besar pada masa itu.

Tidak hanya itu, Utsman juga pernah menyumbangkan 1.000 ekor unta dan 70 ekor kuda, beserta 1.000 dinar untuk membiayai Perang Tabuk. Kedermawanan Utsman ini mendapat pujian langsung dari Rasulullah SAW.

2. Kesederhanaan dalam Hidup

Meski terkenal kaya raya, Utsman bin Affan dikenal sebagai pribadi yang sangat sederhana. Kesederhanaan ini tetap ia pertahankan bahkan setelah menjadi khalifah. Ia tidak segan untuk tidur di lantai masjid dan mengenakan pakaian yang sederhana.

Suatu ketika, seorang sahabat melihat Utsman sedang tertidur di masjid dengan mengenakan pakaian yang sangat sederhana. Sahabat tersebut kemudian berkata, "Engkau adalah pemimpin kaum muslimin, namun engkau tidur di lantai masjid seperti ini." Utsman menjawab, "Aku tidur di sini karena ingin mencontoh Rasulullah SAW yang juga sering tidur di masjid."

Kesederhanaan Utsman juga tercermin dari kebiasaannya dalam hal makanan. Meski mampu menikmati hidangan mewah, Utsman lebih sering memilih menu sederhana seperti roti dan cuka. Ia bahkan pernah berkata, "Makanan yang paling aku sukai adalah roti dan cuka, karena itulah makanan yang paling sering dimakan oleh Rasulullah SAW."

3. Rasa Malu yang Tinggi

Salah satu sifat yang paling menonjol dari Utsman bin Affan adalah rasa malunya yang tinggi. Bahkan Rasulullah SAW pernah bersabda bahwa malaikat pun malu kepada Utsman. Rasa malu ini bukan berarti Utsman lemah atau penakut, melainkan cerminan dari keimanan dan akhlak mulianya.

Rasa malu Utsman ini membuatnya sangat berhati-hati dalam bertutur kata dan bertindak. Ia selalu menjaga lisannya dari perkataan yang tidak bermanfaat dan menjauhi perbuatan yang bisa menimbulkan fitnah. Sifat ini membuatnya sangat dihormati dan disegani oleh para sahabat lainnya.

Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa ketika Utsman hendak masuk ke rumah Rasulullah SAW, ia selalu mengetuk pintu terlebih dahulu dan menunggu izin. Bahkan setelah diizinkan masuk, Utsman tetap menjaga pandangannya dan tidak berani menatap langsung wajah Rasulullah SAW karena rasa malunya yang tinggi.

4. Ketaatan dalam Beribadah

Utsman bin Affan dikenal sebagai pribadi yang sangat taat dalam beribadah. Ia sering menghabiskan malam-malamnya untuk shalat tahajud dan membaca Al-Qur'an. Bahkan diriwayatkan bahwa Utsman pernah mengkhatamkan Al-Qur'an dalam satu rakaat shalat malam.

Ketaatan Utsman dalam beribadah ini tidak hanya terbatas pada ibadah wajib, tetapi juga mencakup berbagai ibadah sunnah. Ia sering berpuasa sunnah dan gemar bersedekah secara sembunyi-sembunyi. Utsman juga dikenal rajin mengunjungi orang sakit dan menghadiri pemakaman kaum muslimin.

Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa ketika Utsman menjadi khalifah, ia tetap melaksanakan shalat Subuh di masjid bersama jamaah, meskipun hal tersebut berisiko bagi keselamatannya. Ini menunjukkan betapa kuatnya komitmen Utsman dalam menjalankan ibadah.

5. Kesabaran yang Luar Biasa

Utsman bin Affan dikenal memiliki kesabaran yang luar biasa, terutama dalam menghadapi berbagai cobaan dan fitnah. Hal ini terlihat jelas pada masa-masa akhir kepemimpinannya sebagai khalifah, ketika ia menghadapi berbagai pemberontakan dan fitnah.

Meski menghadapi tekanan dan ancaman, Utsman tetap bersikap sabar dan tidak menggunakan kekuasaannya untuk menindak para pemberontak secara keras. Ia lebih memilih untuk berdialog dan mencari jalan damai. Bahkan ketika rumahnya dikepung oleh para pemberontak, Utsman tetap tenang dan memilih untuk tidak melawan dengan kekerasan.

Kesabaran Utsman ini mencapai puncaknya ketika ia rela mengorbankan nyawanya demi menghindari pertumpahan darah di kalangan umat Islam. Ia memilih untuk tetap di rumahnya dan tidak melawan ketika para pemberontak menyerangnya, demi menjaga persatuan umat Islam.

Kontribusi Utsman bin Affan dalam Perkembangan Islam

Selain memiliki kepribadian yang mulia, Utsman bin Affan juga memberikan kontribusi besar dalam perkembangan Islam. Beberapa di antaranya adalah:

1. Pembukuan Al-Qur'an

Salah satu jasa terbesar Utsman bin Affan adalah inisiatifnya dalam membukukan Al-Qur'an. Pada masa kepemimpinannya, Utsman memerintahkan untuk mengumpulkan seluruh naskah Al-Qur'an yang ada dan menyalinnya dalam satu mushaf standar. Mushaf ini kemudian dikenal sebagai "Mushaf Utsmani" dan menjadi standar penulisan Al-Qur'an hingga saat ini.

Langkah ini diambil Utsman untuk menghindari perbedaan bacaan Al-Qur'an yang mulai muncul di berbagai wilayah kekuasaan Islam. Dengan adanya mushaf standar ini, persatuan umat Islam dalam hal bacaan Al-Qur'an dapat terjaga.

2. Perluasan Wilayah Islam

Di bawah kepemimpinan Utsman, wilayah kekuasaan Islam semakin meluas. Berbagai ekspedisi militer dilakukan untuk menyebarkan Islam ke berbagai penjuru dunia. Wilayah-wilayah seperti Armenia, Kaukasus, Khurasan, Kerman, Sijistan, Cyprus, dan bagian-bagian Afrika Utara berhasil ditaklukkan pada masa kepemimpinan Utsman.

Perluasan wilayah ini tidak hanya membawa Islam ke berbagai pelosok dunia, tetapi juga membuka jalan bagi pertukaran budaya dan ilmu pengetahuan yang sangat bermanfaat bagi perkembangan peradaban Islam.

3. Pembangunan Infrastruktur

Utsman bin Affan juga dikenal sebagai pemimpin yang memperhatikan pembangunan infrastruktur. Ia memperluas Masjid Nabawi di Madinah dan Masjidil Haram di Mekah untuk menampung jumlah jamaah yang semakin bertambah. Selain itu, Utsman juga membangun berbagai sarana umum seperti jalan, jembatan, dan saluran irigasi di berbagai wilayah kekuasaan Islam.

Pembangunan infrastruktur ini tidak hanya meningkatkan kualitas hidup masyarakat, tetapi juga memperlancar aktivitas dakwah dan perdagangan di wilayah kekuasaan Islam.

Pelajaran dari Kepribadian Utsman bin Affan

Dari berbagai sifat dan kontribusi Utsman bin Affan, ada beberapa pelajaran penting yang bisa kita ambil:

1. Pentingnya Kedermawanan

Kedermawanan Utsman mengajarkan kita bahwa harta yang kita miliki seharusnya tidak hanya untuk kepentingan pribadi, tetapi juga untuk kemaslahatan umat. Semakin banyak harta yang kita miliki, semakin besar pula tanggung jawab kita untuk berbagi dengan sesama.

2. Keutamaan Hidup Sederhana

Kesederhanaan Utsman mengingatkan kita bahwa kebahagiaan dan kemuliaan seseorang tidak ditentukan oleh kemewahan hidup, melainkan oleh keimanan dan akhlak yang baik. Hidup sederhana juga membantu kita untuk lebih fokus pada hal-hal yang benar-benar penting dalam hidup.

3. Pentingnya Menjaga Harga Diri

Rasa malu yang tinggi pada diri Utsman mengajarkan kita untuk selalu menjaga harga diri dan kehormatan. Dalam era modern ini, kita perlu lebih berhati-hati dalam bertutur kata dan bertindak, terutama di media sosial.

4. Keutamaan Ibadah

Ketaatan Utsman dalam beribadah mengingatkan kita bahwa ibadah bukan hanya kewajiban, tetapi juga kebutuhan spiritual yang harus kita penuhi. Semakin dekat kita dengan Allah SWT, semakin tenang dan bahagia hidup kita.

5. Pentingnya Kesabaran

Kesabaran Utsman dalam menghadapi cobaan mengajarkan kita untuk tidak mudah terprovokasi dan selalu mencari jalan damai dalam menyelesaikan masalah. Kesabaran adalah kunci dalam menghadapi berbagai tantangan hidup.

Kesimpulan

Kepribadian Utsman bin Affan merupakan teladan yang sangat berharga bagi umat Islam. Kedermawanan, kesederhanaan, rasa malu yang tinggi, ketaatan dalam beribadah, dan kesabarannya dalam menghadapi cobaan adalah sifat-sifat yang patut kita teladani dalam kehidupan sehari-hari. Kontribusinya dalam perkembangan Islam, terutama dalam hal pembukuan Al-Qur'an, juga menunjukkan betapa besarnya peran Utsman dalam sejarah Islam.

Mempelajari kepribadian Utsman bin Affan tidak hanya menambah wawasan kita tentang sejarah Islam, tetapi juga memberikan inspirasi untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Semoga kita bisa mengambil pelajaran dari kehidupan Utsman bin Affan dan menerapkannya dalam kehidupan kita sehari-hari. Dengan demikian, kita bisa menjadi generasi muslim yang tidak hanya memahami sejarah, tetapi juga mampu meneladani akhlak mulia para pendahulu kita.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Disclaimer: Artikel ini ditulis ulang oleh redaksi dengan menggunakan Artificial Intelligence

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya