Liputan6.com, Jakarta Erich Fromm merupakan salah satu tokoh psikologi humanistik yang memberikan sumbangan besar dalam memahami kepribadian manusia dari sudut pandang eksistensial. Teorinya memadukan perspektif psikoanalisis, sosiologi, dan filsafat untuk mengkaji hakikat manusia dan perkembangan kepribadiannya. Dalam artikel ini, kita akan mengupas secara mendalam berbagai aspek penting dari teori kepribadian Erich Fromm.
Latar Belakang dan Pengaruh Pemikiran Erich Fromm
Erich Fromm lahir pada tahun 1900 di Frankfurt, Jerman dalam keluarga Yahudi ortodoks. Masa kecilnya diwarnai oleh suasana keluarga yang neurotik, dengan ayah yang sering cemas dan ibu yang mengalami depresi. Pengalaman masa kecil ini turut membentuk ketertarikannya pada psikologi dan filsafat.
Fromm menempuh pendidikan di bidang psikologi, sosiologi dan filsafat di beberapa universitas terkemuka di Jerman. Ia memperoleh gelar doktor filsafat dari Universitas Heidelberg pada tahun 1922. Setelah itu, Fromm mempelajari psikoanalisis di Institut Psikoanalisis Berlin.
Pemikiran Fromm banyak dipengaruhi oleh beberapa tokoh dan aliran filsafat, di antaranya:
- Sigmund Freud dan psikoanalisis klasik
- Karl Marx dan teori kritik sosial
- Max Weber dan sosiologi
- Eksistensialisme
- Buddhisme Zen
Meski awalnya Fromm tertarik pada psikoanalisis Freud, ia kemudian mengembangkan pemikirannya sendiri yang lebih humanistik dan berorientasi sosial. Fromm mengkritik pandangan Freud yang menurutnya terlalu biologis dan mekanistik dalam memahami manusia.
Sebagai bagian dari Mazhab Frankfurt, Fromm juga mengintegrasikan perspektif sosiologis dan filosofis dalam teori kepribadiannya. Ia menekankan pentingnya faktor sosial-budaya dalam membentuk kepribadian manusia.
Advertisement
Konsep Dasar Teori Kepribadian Erich Fromm
Teori kepribadian Fromm didasarkan pada beberapa konsep dan asumsi dasar tentang hakikat manusia, yaitu:
1. Manusia sebagai Makhluk yang Terasing
Fromm memandang bahwa manusia modern mengalami keterasingan (alienasi) dari alam, sesama manusia, bahkan dari dirinya sendiri. Keterasingan ini merupakan akibat dari terputusnya hubungan manusia dengan alam seiring perkembangan kesadaran diri dan rasionalitas. Manusia tidak lagi hidup selaras dengan alam dan insting seperti makhluk lainnya.
2. Dilema Eksistensial Manusia
Sebagai konsekuensi dari keterasingan tersebut, manusia menghadapi dilema eksistensial berupa:
- Kehidupan vs Kematian
- Perkembangan vs Stagnasi
- Kebebasan vs Keamanan
Dilema-dilema ini mendorong manusia untuk terus mencari makna hidup dan mengembangkan potensinya.
3. Kebutuhan Eksistensial Manusia
Untuk mengatasi dilema eksistensial tersebut, Fromm menyatakan bahwa manusia memiliki lima kebutuhan eksistensial yang harus dipenuhi:
- Kebutuhan akan keterhubungan (relatedness)
- Kebutuhan akan transendensi
- Kebutuhan akan keberakaran (rootedness)
- Kebutuhan akan identitas
- Kebutuhan akan kerangka orientasi
Pemenuhan kebutuhan-kebutuhan ini menjadi kunci bagi perkembangan kepribadian yang sehat.
4. Karakter Sosial
Fromm memperkenalkan konsep karakter sosial, yaitu struktur kepribadian yang terbentuk sebagai hasil interaksi antara kebutuhan psikologis individu dengan tuntutan sosio-ekonomi masyarakat. Karakter sosial ini memungkinkan individu beradaptasi dengan lingkungan sosialnya.
5. Orientasi Karakter
Fromm mengidentifikasi lima orientasi karakter yang dapat dimiliki individu:
- Orientasi reseptif
- Orientasi eksploitatif
- Orientasi menimbun
- Orientasi pemasaran
- Orientasi produktif
Orientasi produktif dianggap sebagai orientasi karakter yang paling ideal dan sehat.
Kebutuhan Eksistensial Manusia Menurut Erich Fromm
Fromm mengidentifikasi lima kebutuhan eksistensial manusia yang harus dipenuhi untuk mencapai kepribadian yang sehat. Mari kita bahas masing-masing kebutuhan tersebut secara lebih mendalam:
1. Kebutuhan akan Keterhubungan (Relatedness)
Kebutuhan ini muncul sebagai respons terhadap keterasingan manusia dari alam. Manusia membutuhkan hubungan yang bermakna dengan orang lain dan lingkungannya. Fromm menyebutkan tiga cara utama manusia berusaha memenuhi kebutuhan ini:
- Ketundukan (submission): Individu menyerahkan diri sepenuhnya pada orang atau kelompok lain.
- Kekuasaan (power): Individu berusaha mendominasi dan mengendalikan orang lain.
- Cinta (love): Cara yang paling ideal, di mana individu membangun hubungan yang setara dan saling menghargai.
Menurut Fromm, cinta merupakan cara terbaik untuk memenuhi kebutuhan akan keterhubungan karena memungkinkan individu mempertahankan integritas dan individualitasnya.
2. Kebutuhan akan Transendensi
Kebutuhan ini berkaitan dengan dorongan manusia untuk melampaui kondisi pasifnya sebagai makhluk ciptaan. Manusia ingin menjadi pencipta, mengaktualisasikan potensi kreatifnya. Fromm menyebutkan dua cara utama manusia berusaha mentransendensi dirinya:
- Kreativitas: Menciptakan sesuatu yang baru dan bermakna.
- Destruktivitas: Menghancurkan atau mendominasi orang/hal lain.
Kreativitas dianggap sebagai cara yang lebih sehat dalam memenuhi kebutuhan transendensi.
3. Kebutuhan akan Keberakaran (Rootedness)
Kebutuhan ini muncul karena manusia telah terpisah dari alam dan insting hewaninya. Manusia membutuhkan rasa memiliki dan terhubung dengan akar-akarnya. Fromm menyebutkan dua cara utama pemenuhan kebutuhan ini:
- Fiksasi: Tetap terikat pada ikatan-ikatan primordial seperti ibu, keluarga, atau kelompok etnis.
- Persaudaraan: Membangun ikatan baru yang lebih luas dengan sesama manusia dan alam.
Persaudaraan dianggap sebagai cara yang lebih matang dalam memenuhi kebutuhan keberakaran.
4. Kebutuhan akan Identitas
Kebutuhan ini berkaitan dengan dorongan manusia untuk memiliki kesadaran diri sebagai entitas yang unik dan terpisah. Manusia ingin menjawab pertanyaan "Siapakah aku?". Fromm menyebutkan dua cara utama pembentukan identitas:
- Konformitas: Mengadopsi identitas yang ditentukan oleh kelompok atau masyarakat.
- Individualitas: Mengembangkan identitas unik berdasarkan potensi dan pilihan pribadi.
Pengembangan individualitas dianggap sebagai cara yang lebih sehat dalam memenuhi kebutuhan identitas.
5. Kebutuhan akan Kerangka Orientasi
Kebutuhan ini berkaitan dengan dorongan manusia untuk memahami dunia dan menempatkan dirinya dalam suatu konteks yang bermakna. Manusia membutuhkan sistem nilai dan keyakinan sebagai panduan hidupnya. Fromm menyebutkan dua pendekatan dalam memenuhi kebutuhan ini:
- Rasional: Menggunakan akal dan pengalaman untuk memahami realitas.
- Irasional: Bergantung pada otoritas, tradisi, atau dogma tanpa pemikiran kritis.
Pendekatan rasional dianggap lebih sehat dalam memenuhi kebutuhan akan kerangka orientasi.
Advertisement
Orientasi Karakter dalam Teori Kepribadian Erich Fromm
Fromm mengidentifikasi lima orientasi karakter yang dapat dimiliki individu sebagai hasil dari interaksi antara kebutuhan psikologis dan tuntutan sosial. Berikut penjelasan lebih rinci tentang masing-masing orientasi:
1. Orientasi Reseptif
Individu dengan orientasi reseptif cenderung pasif dan bergantung pada orang lain. Mereka percaya bahwa sumber kebahagiaan dan pemenuhan kebutuhan berasal dari luar diri. Karakteristik utama orientasi ini meliputi:
- Pasif dan menunggu
- Mudah terpengaruh dan dimanipulasi
- Loyal tapi juga submisif
- Kurang percaya diri
- Optimis dan penyayang ketika merasa aman
2. Orientasi Eksploitatif
Individu dengan orientasi eksploitatif cenderung agresif dan mengambil apa yang diinginkan dari orang lain. Mereka percaya bahwa sumber kebahagiaan harus "direbut" atau "dicuri". Karakteristik utama orientasi ini meliputi:
- Agresif dan oportunistik
- Egois dan manipulatif
- Sombong dan congkak
- Impulsif dan mudah terprovokasi
- Energik dan menarik ketika dalam kondisi terbaik
3. Orientasi Menimbun
Individu dengan orientasi menimbun cenderung mengumpulkan dan mempertahankan apa yang mereka miliki. Mereka mencari rasa aman melalui penghematan dan kepemilikan. Karakteristik utama orientasi ini meliputi:
- Teratur dan metodis
- Hemat hingga pelit
- Posesif dalam hubungan
- Keras kepala dan kaku
- Loyal dan dapat diandalkan ketika dalam kondisi terbaik
4. Orientasi Pemasaran
Individu dengan orientasi pemasaran cenderung melihat diri mereka sebagai komoditas yang harus "dijual" di pasar sosial. Mereka sangat peduli dengan citra diri dan penerimaan sosial. Karakteristik utama orientasi ini meliputi:
- Fleksibel dan mudah beradaptasi
- Berorientasi pada penampilan dan citra
- Kurang memiliki prinsip yang kuat
- Cenderung superfisial dalam hubungan
- Kreatif dan inovatif ketika dalam kondisi terbaik
5. Orientasi Produktif
Orientasi produktif dianggap Fromm sebagai orientasi karakter yang paling ideal dan sehat. Individu dengan orientasi ini mampu menggunakan potensi mereka secara penuh dan kreatif. Karakteristik utama orientasi produktif meliputi:
- Mandiri dan percaya diri
- Kreatif dan inovatif
- Mencintai dan menghargai diri sendiri serta orang lain
- Rasional dan objektif
- Fleksibel namun tetap berprinsip
- Mampu membangun hubungan yang mendalam dan bermakna
Fromm menekankan bahwa orientasi-orientasi ini bukanlah kategori yang mutually exclusive. Setiap individu memiliki campuran dari berbagai orientasi, dengan satu atau dua orientasi yang lebih dominan. Orientasi karakter juga dapat berubah seiring waktu dan pengalaman hidup.
Konsep Kebebasan dalam Teori Kepribadian Erich Fromm
Salah satu tema sentral dalam pemikiran Fromm adalah konsep kebebasan dan dampaknya terhadap perkembangan kepribadian manusia. Fromm mengeksplorasi tema ini secara mendalam dalam bukunya "Escape from Freedom" (1941). Berikut beberapa poin penting terkait konsep kebebasan menurut Fromm:
1. Kebebasan Positif vs Kebebasan Negatif
Fromm membedakan antara dua jenis kebebasan:
- Kebebasan negatif ("freedom from"): Bebas dari batasan dan tekanan eksternal.
- Kebebasan positif ("freedom to"): Kebebasan untuk merealisasikan potensi diri dan hidup secara otentik.
Menurut Fromm, kebebasan negatif saja tidak cukup. Manusia perlu mengembangkan kebebasan positif untuk mencapai kepenuhan hidup.
2. Dilema Kebebasan
Fromm berpendapat bahwa kebebasan dapat menjadi beban bagi manusia modern. Ketika individu terbebas dari ikatan tradisional dan otoritas, mereka menghadapi tanggung jawab baru untuk menentukan arah hidup mereka sendiri. Hal ini dapat menimbulkan kecemasan dan ketidakpastian.
3. Mekanisme Pelarian dari Kebebasan
Untuk mengatasi kecemasan akibat kebebasan, Fromm mengidentifikasi tiga mekanisme pelarian yang sering digunakan:
- Otoritarianisme: Menyerahkan kebebasan pada figur otoritas atau ideologi.
- Destruktivitas: Menghancurkan objek atau orang yang dianggap mengancam.
- Konformitas: Melebur dengan massa dan mengikuti norma sosial tanpa berpikir kritis.
4. Kebebasan dan Aktualisasi Diri
Fromm menekankan bahwa kebebasan sejati harus digunakan untuk mengaktualisasikan potensi diri. Ini melibatkan pengembangan cinta produktif, kreativitas, dan pemikiran kritis. Hanya dengan demikian manusia dapat mencapai kepenuhan dan mengatasi keterasingan.
5. Peran Masyarakat dalam Kebebasan
Fromm berpendapat bahwa struktur sosial dan ekonomi masyarakat mempengaruhi kemampuan individu untuk mengembangkan kebebasan positif. Ia mengkritik masyarakat kapitalis modern yang menurutnya cenderung mendorong konformitas dan menghambat aktualisasi diri yang sejati.
Advertisement
Konsep Cinta dalam Teori Kepribadian Erich Fromm
Cinta merupakan salah satu konsep kunci dalam pemikiran Fromm. Ia membahas tema ini secara mendalam dalam bukunya "The Art of Loving" (1956). Berikut beberapa poin penting terkait konsep cinta menurut Fromm:
1. Cinta sebagai Jawaban atas Eksistensi Manusia
Fromm memandang cinta sebagai solusi terhadap problem eksistensial manusia, yaitu keterasingan. Melalui cinta, manusia dapat mengatasi isolasi dan membangun koneksi yang bermakna dengan orang lain tanpa kehilangan individualitasnya.
2. Cinta sebagai Seni
Fromm menekankan bahwa cinta bukanlah sekadar perasaan, melainkan suatu seni yang harus dipelajari dan dipraktikkan. Seperti halnya seni lain, cinta membutuhkan pengetahuan, disiplin, dan latihan untuk dikuasai.
3. Elemen-elemen Cinta
Menurut Fromm, cinta yang matang memiliki beberapa elemen penting:
- Perhatian (care)
- Tanggung jawab (responsibility)
- Rasa hormat (respect)
- Pengetahuan (knowledge)
4. Jenis-jenis Cinta
Fromm mengidentifikasi beberapa jenis cinta:
- Cinta persaudaraan (brotherly love)
- Cinta keibuan (motherly love)
- Cinta erotis (erotic love)
- Cinta diri (self-love)
- Cinta kepada Tuhan (love of God)
5. Cinta dan Masyarakat Modern
Fromm mengkritik pandangan masyarakat modern tentang cinta yang menurutnya terlalu menekankan pada aspek romantis dan seksual. Ia berpendapat bahwa cinta sejati membutuhkan kedewasaan, kemandirian, dan kemampuan untuk memberi dan menerima secara tulus.
6. Cinta dan Kebebasan
Fromm menekankan bahwa cinta sejati tidak bertentangan dengan kebebasan individu. Sebaliknya, cinta yang matang justru memungkinkan dua individu untuk tumbuh bersama sambil tetap mempertahankan integritas masing-masing.
Kritik dan Kontribusi Teori Kepribadian Erich Fromm
Seperti halnya teori-teori lain, pemikiran Fromm juga mendapat berbagai kritik sekaligus pengakuan atas kontribusinya. Berikut beberapa kritik dan kontribusi utama dari teori kepribadian Erich Fromm:
Kritik terhadap Teori Fromm:
- Kurang empiris: Beberapa kritikus menganggap teori Fromm terlalu filosofis dan kurang didukung oleh bukti empiris yang kuat.
- Terlalu optimistik: Pandangan Fromm tentang potensi manusia untuk mencapai aktualisasi diri dianggap terlalu idealistis oleh sebagian orang.
- Bias budaya: Beberapa kritikus berpendapat bahwa teori Fromm terlalu berfokus pada nilai-nilai Barat dan kurang mempertimbangkan keragaman budaya.
- Kurang memperhatikan faktor biologis: Fromm dianggap terlalu menekankan faktor sosial-budaya dan kurang mempertimbangkan peran faktor genetik dan biologis dalam pembentukan kepribadian.
Kontribusi Teori Fromm:
- Integrasi perspektif: Fromm berhasil memadukan pandangan psikoanalisis, sosiologi, dan filsafat dalam teorinya, memberikan pemahaman yang lebih holistik tentang manusia.
- Penekanan pada faktor sosial-budaya: Fromm memperluas pemahaman tentang pembentukan kepribadian dengan menekankan peran penting faktor sosial dan budaya.
- Konsep karakter sosial: Gagasan Fromm tentang karakter sosial memberikan wawasan baru tentang hubungan antara individu dan masyarakat.
- Humanisasi psikologi: Fromm berkontribusi dalam mengembangkan pendekatan yang lebih humanistik dalam psikologi, menekankan potensi positif manusia.
- Kritik sosial: Analisis Fromm tentang masyarakat modern memberikan perspektif kritis yang berharga tentang dampak struktur sosial terhadap kesehatan mental.
- Eksplorasi tema eksistensial: Fromm membawa tema-tema eksistensial seperti kebebasan, cinta, dan makna hidup ke dalam diskursus psikologi mainstream.
Advertisement
Aplikasi Teori Kepribadian Erich Fromm dalam Kehidupan Sehari-hari
Meskipun teori Fromm bersifat filosofis, pemikirannya memiliki banyak aplikasi praktis dalam kehidupan sehari-hari. Berikut beberapa cara menerapkan konsep-konsep Fromm:
1. Pengembangan Diri
- Mengenali dan mengembangkan potensi kreatif
- Mempraktikkan cinta produktif dalam hubungan
- Mengembangkan pemikiran kritis dan kemandirian
- Mencari keseimbangan antara kebebasan dan tanggung jawab
2. Hubungan Interpersonal
- Membangun hubungan yang setara dan saling menghargai
- Mengembangkan empati dan kepedulian terhadap orang lain
- Menghindari pola hubungan yang eksploitatif atau submisif
- Mempraktikkan komunikasi yang terbuka dan jujur
3. Pekerjaan dan Karir
- Mencari pekerjaan yang memungkinkan ekspresi kreatif
- Menghindari orientasi "pemasaran" yang berlebihan dalam karir
- Mengembangkan etika kerja yang produktif dan bermakna
- Menjaga keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi
4. Partisipasi Sosial
- Terlibat aktif dalam komunitas dan isu-isu sosial
- Mengembangkan sikap kritis terhadap norma dan nilai sosial
- Berkontribusi dalam menciptakan masyarakat yang lebih humanis
- Menghindari konformitas buta terhadap tuntutan sosial
5. Kesehatan Mental
- Mengenali dan mengatasi perasaan keterasingan
- Mengembangkan orientasi karakter yang lebih produktif
- Mencari makna dan tujuan hidup yang otentik
- Mempraktikkan cinta diri yang sehat
Kesimpulan
Teori kepribadian Erich Fromm menawarkan perspektif yang unik dan mendalam tentang eksistensi manusia dan perkembangan kepribadian. Dengan memadukan pandangan psikoanalisis, sosiologi, dan filsafat, Fromm berhasil memberikan pemahaman yang lebih holistik tentang manusia sebagai makhluk sosial sekaligus individu yang unik.
Konsep-konsep kunci seperti kebutuhan eksistensial, orientasi karakter, kebebasan, dan cinta memberikan wawasan berharga tentang bagaimana manusia dapat mengatasi keterasingan dan mencapai aktualisasi diri. Meskipun tidak lepas dari kritik, teori Fromm tetap relevan dalam memahami kompleksitas kepribadian manusia di era modern.
Penerapan pemikiran Fromm dalam kehidupan sehari-hari dapat membantu individu mengembangkan kepribadian yang lebih sehat, membangun hubungan yang lebih bermakna, dan berkontribusi dalam menciptakan masyarakat yang lebih humanis. Dengan demikian, teori kepribadian Erich Fromm tidak hanya bernilai secara akademis, tetapi juga memiliki implikasi praktis yang signifikan bagi pengembangan diri dan kesejahteraan psikologis manusia.
Advertisement